Tuesday, November 7, 2017

Desa Sex Bebas

Aku menemukan satu kampung unik ini secara kebetulan. Temanku yang bekerja di salah satu kementerian suatu hari mengajakku melakukan survey advance. Demikian istilah yang sering mereka gunakan untuk mempersiapkan suatu acara seremonial besar. Acara yang dipersiapkan adalah “Panen Raya Kedelai”.


Temanku ini bekerja di bagian biro protokol, sehingga tugasnyalah menyiapkan segala sesuatu untuk kelancaran acara bagi menteri. Aku dengar malah bukan hanya menteri yang akan hadir, tetapi juga Presiden.




Aku berdua dengan temanku sebut saja namanya Johan meluncur dengan kendaraan dinasnya ke arah Kabupaten Subang. Jam 9 pagi kami sudah berada di kantor Kabupaten Subang untuk melakukan koordinasi dengan pejabat setempat sekaligus membawa penunjuk jalan untuk menuju lokasi. Kami sempat rapat sebentar dengan Bupati dan segenap Muspida untuk persiapan acara ini.

Akhirnya dipersingkat saja ceritanya aku dan Johan serta staf Dinas Pertanian Subang sampai di lokasi. Perkampungan yang agak jauh dari jalan raya. Tadi kuingat, dari Subang mengarah ke Pamanukan lalu membelok ke arah Timur. Dari jalan raya kami melalui jalan perkebunan tebu hampir satu jam baru sampai ke lokasi. Tempat yang kami datangi memang menghampar tanaman kedelai. Tempat acara sudah dipilih oleh pejabat setempat, suatu petak sawah yang kedelainya siap dipanen.
Selesai meninjau lokasi kami melakukan rapat berlarut-larut di kantor kelurahan yang baru tuntas sekitar pukul 5 sore.

“Pak menginap di sini saja pak, dari pada harus kembali ke Subang,” kata Lurah. Dia lalu memperkenalkan kepada kami kepada seorang wanita dengan umur kitaran 26 tahun yang memperkenalkan diri bernama Siti. Dia adalah Sekretaris penggerak PKK desa setempat.
Mbak Siti kemudian ikut mobil kami untuk menunjukkan dimana kami akan menginap. Siti membawa kami ke kampung . Mobil berhenti di sebuah bangunan yang bagian depannya terdapat warung kopi. “ Pak mari turun, ini rumah saya,” katanya.

Aku dan Johan diajak masuk ke dalam rumahnya. Lumayan lega juga di dalam.
“Bapak nginap di sini saja, ini ada 3 kamar kosong, tapi ya keadaannya sederhana, maklum di desa,” kata Siti.
Kami lalu diajak meninjau kamar, seperti kami meninjau kamar hotel. Untuk ukuran desa kamar yang dimiliki Siti cukup lumayan dan bersih. Aku kagum, karena tempat tidurnya semua adalah spring bed. Aku jadi bertanya-tanya siapa Siti, apa kerjanya dan mana suami dan anak-anaknya.
Kami setuju dan Siti mengarahkan agar kami bertiga mengambil kamar sendiri-sendiri. “Santai saja pak, di sini tidak perlu buru-buru kayak di Jakarta,” kata Siti.

Rumah Siti cukup besar dan sejak aku datang sampai selesai mandi dan ngopi aku belum menemukan suaminya atau anak-anaknya. “ Kamu tinggal sama siapa mbak, “ tanyaku penuh penasaran.
“Sendiri saja pak, paling ya ditemeni sama yang kerja di warung itu. Saya sudah tidak punya suami lagi pak, sudah jomblo,” katanya genit.
Aku menanyakan kenapa rumahnya punya banyak kamar, seperti hotel.
“ O itu biasalah pak, sering ada yang nginap, kadang-kadang dari Jakarta juga, mereka kan mau rileks di sini,” kata Siti sambil senyum genit.

Ketika Siti ke belakang Pak Asep, staf Dinas Pertanian Subang menjelaskan kepada kami bahwa di daerah ini kehidupan sangat bebas. Siapa saja yang kita inginkan, baik dia sedang punya suami, janda atau masih perawan bisa diajak tidur. Aku jadi berpandang-pandangan dengan Johan. Kami berdua memang penjahat kelamin.
Sekembalinya Siti bergabung dengan kami pak Asep tanpa basa basi menanyakan ke Siti mengenai teman tidur yang bisa disediakan malam ini. “ Bapak-bapak mau yang model apa, “ tanya Siti.
Agak repot juga menjawab pertanyaannya.

“ Ya udah nanti pada saya panggilin, bapak-bapak tenang saja, ada yang abg ada yang stw,” kata Siti lalu berlalu. Dia berbicara dengan pembantu lakinya yang tidak lama kemudian pembantu itu pergi membawa sepeda motor.
Sekitar 2 jam setelah kami makan malam, kami diajak melihat warung di depan. “ Itu pak anak-anaknya, bapak-bapak tinggal pilih saja yang mana itu ada 8 orang yang bisa siap malam ini nginap.
Aku dan Johan menyapu pandangan ke seluruh cewek yang duduk di warung. Cukup lumayan juga. Johan dan Asep sudah menentukan pilihan. Siti memanggil mereka yang terpilih. “ Bapak yang mana,” tanya Siti kepadaku.

“Wah agak susah juga nih menyebutnya, “ kataku.
“ Kenapa pak gak ada yang cocok ya, nanti biar dipanggil lagi yang lain, “ kata Siti.
“Nggak bukan itu , ndak perlu manggil lagi, tapi saya dari tadi naksir sama yang punya rumah,” kataku terus terang.
“ Ah bisa aja si Bapak, saya mah udah tua, udah kendor pak, takutnya nanti ngecewain,” katanya tersipu malu dengan pandangan genit.
“ Ah tapi pandangan saya, yang punya rumah yang terbaik dari semua itu,” kataku mulai melambungkan pujian.
Siti lalu memberi kode ke pada pembantunya laki-laki dan kepada perempuan yang tidak terpilih satu persatu meninggalkan warung.

Asep dan Johan langsung menggiring pasangannya masuk ke kamar, sementara aku masih ngobrol dengan Siti. Aku banyak mengorek keterangan mengenai kehidupan di kampung ini.
Menurut Siti masyarakat di kampung ini bebas terhadap masalah sex. Dia tidak tahu bagaimana awalnya sampai adat kampung ini demikian. “ Kalau bapak tinggal di sini baru bisa merasakan bahwa di sini masyarakatnya ramah dan masalah sex bukan hal yang tabu,” katanya.

“Tapi bagaimana istri orang kok bisa diajak nginep,” tanyaku.
“ Disini uang kan susah pak, Kalau istrinya dibooking, berarti kan dia dapat duit, seratus duaratus sudah besar di kampung, pak” katanya.
“Pak kita terusin ngobrolnya dikamar saya saja pak,” kata Siti sambil menggandeng tanganku.
Di dalam kamar Siti melepas semua pakaiannya, BH nya tinggal celana dalam dan dia memakai sarung setinggi dada. Dia tidak malu-malu bertelanjang di depan saya. Susunya cukup besar dan pahanya juga tebal sekali.

Aku tidak perlu menceritakan secara rinci bagaimana pertempuranku dengan Siti. Dia memulai dengan memijat seluruh tubuhku lalu mengoral dan akhirnya kami mengayuh birahi. Permainannya cukup trampil dan memeknya bisa dia mainkan sehingga penisku seperti di pijat-pijat. Kami bermain dua ronde lalu tertidur lelap sampai pagi.
Pagi-pagi Siti sudah menyiapkan nasi goreng dengan telur mata sapi serta dua telur ayam kampung setengah matang untuk kami masing-masing.

Aku merasakan ketenangan dan kedamaian di desa yang teduh. Hari ini aku dan Johan melanjutkan rapat koordinasi untuk ancara Panen Raya Kedelai. Soal apa yang kukerjakan kurang menarik untuk diceritakan, tetapi, ketika semua rampung sekitar pukul dua siang kami berdua kembali ke rumah Siti. Pak Asep kembali ke Subang.
Siti menyambut kami, kami mengobrol sebentar. Saat Johan ke kamar mandi, Siti mendekatiku, “ Pak ada janda baru cerai masih muda, anaknya cantik, saya lagi suruh dia di bawa kemari,” kata Siti.

Aku sebenarnya agak rikuh, karena semalam sudah menunggangi Siti. Untuk berpindah ke lain hati sepertinya saya tidak punya perasaan. Tapi, si Siti yang menawarkan. “Begitu bebaskah pergaulan di desa ini sehingga tidak ada rasa memiliki,” batinku.
Tidak lama kemudian datang 2 sepeda motor. Siti menyambut dan menggandeng salah seorang yang lalu diperkenalkan kepadaku. Gadis yang masih kelihatan masih sangat remaja itu disuruh duduk disampingku. Kuakui dia memang cukup cantik dan seksi. Yang seorang lagi juga seimbang cantiknya, tetapi tubuhnya lebih pendek, dan dia dijodohkan ke Johan.

Siti tanpa basa-basi membuka omongan dengan memperkenalkan gadis yang disebelahku bernama Yaya, janda baru 3 bulan dan cewek Johan Mimin belum pernah kawin tapi sudah janda. Selama 3 hari kami menginap di rumah Siti, aku puas karena setiap malam berganti-ganti pasangan. Setelah pekerjaan Johan selesai dan dia harus kembali ke Jakarta, aku masih bertahan di desa itu.
Selama seminggu aku memuaskan fantasi sex ku dikampung sex bebas ini. Kehadiranku di situ, rupanya cepat diketahui peduduk kampung. Warung Siti jika sudah sore sekitar jam 5 sering didatangi cewek-cewek. Mereka sengaja datang untuk aku pilih menjadi teman tidurku. Kegilaanku makin mejadi-jadi, karena aku mencoba berbagai tipe, dari mulai yang gendut, kurus, muda , STW dan berbagai tipe.

Suatu hari aku digamit Siti, “ Pak itu ada orang nawarin anaknya yang masih perawan, bapak berminat gak. Aku melepas pandangan ke warung, terlihat seorang ibu didampingi gadis kecil. Kutaksir umurnya masih dibawah 15 tahun. Aku jadi penasaran ingin pula mencoba perawan kampung. Aku setuju dan harga yang ditawarkan ternyata juga tidak terlalu tinggi. Gadis kecil itu digandeng Siti masuk ke ruang tamu lalu dia menyuruh menyalamiku.
Buset masih kecil sekali. Teteknya memang sudah nyembul, tetapi masih kecil sekali. Anaknya duduk disampingku menunduk malu diam saja. Aku berusaha mengorek informasi ternyata umurnya baru 13 tahun, baru lulus SD.” Kamu benar berani tidur dengan saya,” tanyaku.
Dia menjawab dengan anggukan saja.

“Sudah pernah pacaran,” tanyaku.
Dia menggeleng.
“Sudah pernah dicium laki-laki,” tanyaku lagi.
Dia menggeleng lagi.
Aku lantas bertanya dalam hati apa aku sanggup memerawani anak sekecil ini. Bukan soal menusukkan penis ke memeknya, tetapi mengolahnya bagaimana ?

Aku berdiri dan menarik Siti. Kami berbicara di dalam. Intinya aku minta bantuan Siti untuk mengajari anak ini memuaskan laki-laki. Siti terdiam, tampaknya dia berpikir sebentar. “ Emang kenapa kok pakai perlu dituntun, tancep aja kan sudah, kan anaknya juga sudah pasrah,” kata Siti.
Aku lalu menjelaskan ke Siti bahwa anak sekecil itu belum bisa membayangkan kejadian seperti apa yang bakal dia alami ketika berdua dengan laki-laki. Aku minta Siti melakukan kursus singkat mempersiapkan dia agar benar-benar siap. Bukan hanya itu, Siti juga harus ikut di dalam kamar menunjukkan contoh dan cara meladeni laki-laki.

Mungkin ini adalah pengalaman pertama bagi Siti memberi training sex sampai pada praktek. Aku pun baru pertama kali ini menghadapi perempuan kecil. Jiwa petualanganku lah yang mendorong aku ingin mencicipi daun muda.
Siti akhirnya paham. Dia lalu menarik anak itu dan kelihatannya dia diminta membantu-bantu Siti. Aku memang mencadangkan energi untuk eksekusinya nanti malam sekitar jam 10. Sekarang baru jam 5 sore. Siti punya waktu 5 jam untuk mempersiapkan anak itu sebelum ditikam.
Sementara itu aku memanfaatkan waktu senggang dengan beristirahat tidur dulu mempersiapkan stamina. Selama ini setiap malam aku bertempur minimal 3 ronde.

Jam 8 malam aku dibangunkan Siti untuk makan malam. Aku duduk di meja makan. Kulihat Siti mengajari Dini, demikian namanya untuk meladeniku makan. Ia mengambilkan piring, lalu menyendokkan nasi, mengambilkan lauknya lalu menyerahkan ke aku. Setelah itu dia makan disampingku.
Pembawaannya kelihatan masih canggung, malu menunduk terus, tidak bicara kalau tidak ditanya. Dini cukup ayu, kulitnya agak gelap, rambutnya sebahu lebih sedikit. Rambutnya kelihatan masih belum begitu kering, sekelebat memancarkan bau harum. Tadi ketika baru datang terasa bau anak kampung, dan rambutnya samar-samar bau minyak kelapa. Siti kelihatannya membersihkan dan mempersiapkan Dini sebelum aku santap nanti malam.

Selesai makan kami ngobrol sambil menonton TV. Sekitar sejam kemudian kami digiring Siti memasuki kamar. Setelah di dalam kamar, Siti mengajak Dini keluar lagi. Aku berganti celana pendek dan kaus oblong lalu berbaring di tempat tidur. Tidak lama kemudian Siti dan Dini masuk. Mereka berdua sudah berkemben sarung. Aku diminta Siti membuka kaus dan tidur telungkup. Siti mengajari Dini memijati seluruh tubuhku. Pijatannya tidak terasa, tekanannya terlalu ringan. Aku maklum sajalah, karena dia masih kecil dan mungkin baru pertama kali memijat laki-laki dewasa. Berrkali-kali Siti memberi instruksi cara memijat.

Setelah seluruh bagian belakang badanku dipijat, aku diminta telentang. Siti mengajak Dini membuka sarungnya. Mereka berdua lalu bugil setengah badan. Tetek Siti besar bergayut-gayut, sementara susu Dini masih kecil, kelihatannya baru tumbuh. Pentilnya masih kecil. Siti mengarahkan Dini melepas celana luar dan celana dalamku.

Gerakannya agak kaku, malah terasa agak gemetar. Penisku langsung tegak ketika celana dalamku diloloskan. Siti dengan bahasa setempat mengajari Dini memegang-megang penisku lalu disuruh mengocok pelan. Nikmat sekali rasanya meskipun genggamannya kecil. Siti mengambil alih dan mengajari bagaimana melakukan oral terhadap penisku. Mulanya Dini menolak, kata dia jijik. Siti lalu mencontohkan mengoralku. Siti memang sudah piawai dengan hisapan dan jilatan. Dini diminta mengikuti apa yang baru saja dilakukan Siti. Dengan ragu-ragu mendekatkan kepalanya dan dia mulai menjulurkan lidahnya menjilat penisku. Siti setengah memaksa, sampai akhirnya Dini mau mengulum kepala penisku dan menjilati buah zakarnya. Tidak begitu nikmat rasanya, tetapi karena yang menjilat ini adalah anak yang belum punya pengalaman, aku merasakan sensasi yang luar biasa.

Hampir setengah jam aku dioral, lalu Dini dibaringkan di sebelahku. Ia membuka dulu celananya, sehingga Dini dan Siti sekarang sudah bugil. Belum ada bulu jembut dikemaluan Dini, Memeknya cembung dan belahannya rapat seperti memek anak bayi.
Aku dipersilakan Siti untuk mencumbu Dini. Aku bangkit dan mulai menciumi pipi Dini. Wajah Dini ketakutan. Kupegang, telapak tangannya dingin. Aku mencoba mengulum bibirnya. Siti terus-menerus memberi instruksi bagaimana Dini harus membalas ciumanku. Meski kelihatan agak terpaksa, Dini membuka mulutnya dan menyambut uluran lidahku. Setelah kurasa cukup mengulum bibirnya. Ciumanku berpindah ke bagian telinga lalu turun ke leher. Dini menggelinjang sambil mengatakan rasanya geli sekali. Sementara itu aku merabai tetek kecilnya yang masih sangat kenyal. Aku berhati-hati meremas, karena mungkin saja dia kesakitan kalau aku remas terlalu keras.

Aku menjilati kedua puting susunya yang mengeras, dan masih sangat kecil. Dini tertawa sambil menahan geli. Siti memarahi Dini agar jangan ketawa dan harus menahan rasa gelinya. Dini terus saja menggelinjang-gelinjang menahan rasa geli dari jilatanku. Aku mengindra bahwa nafas Dini mulai memburu dan terdengar detak jantungnya semakin cepat. Mungkin saja anak ini mulai terangsang, atau dia sedang merasakan ketakutan. Sambil kujilati teteknya aku meraba selangkangannya. Belahan memeknya masih kering. Jika cewek dewasa, tanda di memeknya yang masih kering itu berarti dia belum terangsang, tetapi bagi cewek bau kencur ini, aku belum punya pengalaman. Bisa saja dia sudah mulai terangsang, tetapi lendir vaginanya belum berproduksi sempurna. Atau memang dia belum terangsang sama sekali, karena tercekam rasa takut dan kegelian.

Dari bagian teteknya aku turun menciumi gundukan memeknya. Siti membantuku melebarkan kakinya. Aku berpindah diantara kedua kakinya lalu menjulurkan lidahku ke belahan memeknya. Dini menggelinjang-gelinjang sambil tertawa kegelian. Siti  memarahi Dini agar jangan tertawa. Dini beralasan dia tidak dapat menahan rasa geli. Aku menguak belahan memeknya, Terlihat merah di dalamnya dan lubang vaginanya sangat kecil. Tampaknya satu jariku pun tidak muat ditusukkan ke lubang itu. Lipatan bibir dalamnya agak menonjol, sehingga ketika memeknya tertutup lipatan kulit labia minoranya menyembul keluar.

Belum ada kerutan di kulit labia minoranya. Aku mulai menjilati lipatan kulit memek bagian dalam itu. Dini menggelinjang terus kegelian. Aku memaksa menjilatinya terus, tanpa menyentuh bagian clitorisnya. Aku sadar kalau dia belum terangsang maka rasa geli dan ngilu tidak akan mampu dia tahan. Setelah Dini agak tenang dan tidak bergerak-gerak lagi, lidahku baru mulai menggapai kulit penutup clitorisnya. Dini menggelinjang setiap kali lidahku menyentuh kulit penutup clitoris itu. Dia menggelinjang-gelinjang terus. Namun dari perasaanku mengatakan bahwa gelinjang nya kali ini karena rangsangan. Lidahku mulai mencari ujung clitorisnya.

Agak terasa mengeras daging seperti daging tumbuh. Dini mulai memasuki gelombang rangsangannya sehingga secara tidak sadar dia merengek-rengek nikmat. Aku meraba lubang memeknya mulai terasa berlendir. Cukup lama juga aku mengoral Dini, sampai aku pegal, tetapi dia tidak bisa mencapai orgasme. Karena bosan akhirnya aku bangkit dan melanjutkan episode berikutnya memerawaninya. Sebelum penisku ku tusukkan Siti mengalasi bagian bawah memek Dini dengan kain batik. Mungkin Siti  menghindarkan spreinya terkena darah perawan. Aku melumuri penisku dengan ludah sebanyak-banyaknya dan juga lubang memek Dini. Dengan bantuan dan tuntunan Siti penisku diarahkan ke lubang memek Dini.

Dia agak berjingkat ketika penisku mulai menusuk gerbang memeknya. Dini mengeluh memeknya perih. Siti menginstruksikan Dini menahan sakit yang kata Siti cuma sebentar. Penisku pelan-pelan menikam lubang memek Dini. Ketat sekali rasanya lubang memek anak bau kencur ini. Meski penisku sudah di dalam lubang memek, tetapi untuk memajukannya sulit sekali. Aku mencoba menarik sedikit lalu menekan lagi demikian berkali-kali sampai kepala penisku masuk seluruhnya. Untuk masuk lebih jauh terasa halangan selaput daranya. Dini sudah bercucuran air mata dan dia kelihatannya menangis meski tanpa suara. Siti  mengusap-usap rambutnya sambil menghibur bahwa sakitnya cuma sebentar. “ Sebentar lagi kamu ngrasai enak, tahanlah,” begitulah kira-kira kata Siti  dalam bahasa lokal.

Setelah agak lancar gerakanku, aku mulai menekan perlahan-lahan dengan tenaga ekstra sampai terasa menjebol sesuatu di dalam rongga memek itu. Dini menjerit kesakitan. Penisku langsung bisa maju terus sampai akhirnya tertelan memek Dini seluruhnya. Aku menahan beberapa saat sampai Dini tenang dan berkurang rasa sakitnya. Setelah itu ketika aku melakukan gerakan menarik sedikit Dini kelihatan tegang dan merintih. Aku hunjamkan lagi begitu berkali-kali sampai dia tidak terlihat ekspresi kesakitan. Aku pun lantas melakukan gerakan lebih jauh maju mundur. Memang terasa sempit dan ketat sekali. Maklumlah memek anak kecil yang belum berkembang dipaksa menerima penis orang dewasa.

Aku tidak mampu bertahan sehingga lepaslah spermaku di dalam memeknya. Ketika kucabut penisku, terlihat ada guratan merah bercampur dengan sperma. Dini terdiam pasrah, seperti orang pingsan. Siti membantu membereskan bekas maniku dan membersihkan batang penisku dengan handuk basah. Dia juga membersihkan memek Dini yang ada lelehan maniku bercampur darah.
Sekitar satu jam kami bertiga istirahat berbaring.

Aku dipinggir disebelahku Dini lalu Siti. Kami bertiga bugil. Aku merasa canggung juga meminta Siti ikut di dalam pertempuran ini. Perannya memang besar. Jika dia tidak memberi arahan, bisa-bisa aku gagal memerawani Dini. Untuk membalas jasanya aku bangkit dan langsung nyosor menindih Siti. Siti tidak siap dia terkejut. Dia mungkin sudah setengah tidur. Aku menciumi mulutnya menghisap kedua teteknya yang menggelembung dan menyedot-nyedot pentilnya. Setelah dia terbakar birahinya aku mulai turun menjilati clitorisnya. Siti tanpa malu-malu mengerang-ngerang nikmat. Dia kuoral sampai orgasme yang ditandai dengan jeritannya. Semua adegan itu disaksikan Dini sambil dia duduk bersila.

Aku lalu menancapkan penisku yang sudah 75 persen mengeras. Aku genjot Siti dengan posisi MOT. Bosan pada posisi itu kami ganti posisi Siti diatas. Dia menggenjot penisku sampai dia mencapai orgasmenya dengan jeritan dan ambruk ke dadaku. Penisku masih menegang dan belum ada tanda-tanda mencapai puncaknya. Siti kuminta nungging lalu aku menusuknya dari belakang. Siti mengerang-negerang kembali sampai dia mendapat orgasme lagi. Lubang memek Siti sudah sangat licin sehingga aku mengambil handuk basah untuk membersihkan lendir dari penisku dan menyeka lendir dari memek Siti. Aku kembali mengambil posisi MOT, dengan berbagai gaya mulai dari kaki Siti ditekuk sampai kakinya di letakkan di pundakku. Hampir 45 menit aku menggenjot Siti dengan berbagai gaya dan aku sudah merasa mulai lelah, maka aku berusaha berkosentrasi untuk mencapai puncak kenikmatan. Akhirnya sampai juga kenikmatanku dan aku benamkan sedalam-dalamnya penisku ke dalam memek Siti.

Setelah beristirahat sebentar Siti lalu keluar berbalut sarung bersama dengan Dini. Mereka kelihatannya menuju kamar mandi. Setelah mereka keluar, aku juga merasa agak sesak pipis, maka dengan hanya bersarung aku menuju kamar mandi satu-satunya dirumah itu. Aku mengetuknya dan Siti membuka pintunya. Siti dan Dini sedang jongkok membersihkan memeknya. Siti mengajari Dini berkumur dengan larutan penyegar dan membersihkan daerah kewanitaan dengan sabun khusus. Sementara itu aku ditelanjangi Siti dan Dini disuruh menyabuni seluruh bagian kelaminku sampai bagian dubur. Kami bertiga keluar dari kamar mandi.

Jam di dinding menunjukkan pukul 1 dini hari. Perutku terasa lapar dan hal itu kusampaikan ke Siti . Dia menawarkan membuatkan mi instan. Aku pun setuju. Dengan hanya berkemben sarung Siti dan Dini mempersiapkan mi instan ditambah dengan telur. Kami bertiga makan mi instan hangat. Lumayan kenyang juga. Aku lalu kembali ke kamar mandi mengosok gigi. Mereka berdua sudah berbaring di bed ketika aku masuk kamar. Aku disisakan tempat di tengah. Kami pun tidur bertiga sampai pagi.

Pada pagi hari penisku masih bisa berdiri dan aku menggarap Dini. Dia tidak terlalu merasa sakit, tetapi di wajahnya terlihat masih ada trauma.
Aku akhirnya tinggal sebulan di rumah Siti, mendapat 5 perawan dan setiap malam berganti-ganti pasangan. Aku senang dengan suasa desa itu. Aku sampai bercita-cita membeli sebidang tanah dan rumah serta sawah di kampung ini, Bandar Poker Terbaik.

Dari pengalamanku menjajal potensi desa ini aku mendapatkan kesimpulan bahwa wanita yang berkulit agak gelap, tetek tidak terlalu besar dan badannya terlihat kencang serta mukanya bersih dari jerawat, memeknya rasanya sangat nikmat. Sementara itu wanita yang teteknya gede alias Toge, hanya indah dipandang, tetapi memeknya kurang nikmat dan permianannya di ranjang kurang agresif.
Aku sering ke desa ini menghabiskan liburanku. Aku akhirnya dikenal luas di desa ini sampai ke aparat desa pun aku akrab, SumoQQ.



0 comments:

Post a Comment