Wednesday, November 22, 2017

Pesta Sex di Villa

Hari itu adalah hari Minggu sebulan setelah peristiwaku di vila bersama Pak Jarwo dan Ray, selama ini aku belum ke sana lagi akibat kesibukan kuliahku. Hari Minggu itu aku pergi ke sana untuk refreshing seperti biasa karena Seninnya tanggal merah atau libur. Kali ini aku tidak sendiri tapi bersama 2 orang teman cewekku yaitu Vina dan Icha, kami semua adalah teman akrab di kampus, sebenarnya geng kami ini ada 4 orang, satu lagi si Rika yang hari ini tidak bisa ikut karena ada acara dengan keluarganya.

Kami sama-sama terbuka tentang seks dan sama-sama penggemar seks, Vina dikaruniai tubuh tinggi semampai dengan buah dada yang bulat montok yang membuat pikiran kotor para cowok melayang-layang, beruntunglah mereka karena Vina tidak sulit diajak naik ranjang karena dia sudah ketagihan seks sejak SMP. Sedangkan Icha mempunyai wajah yang imut dengan rambut panjang yang indah, bodynya pun tidak kalah dari Vina walaupun payudaranya lebih kecil, namun dibalik wajah imutnya ternyata Icha termasuk cewek yang lihai memanfaatkan cowok, sudah berkali-kali dia ganti pacar gara-gara sifat materenya. Sedangkan aku sendiri sepertinya kalian sudah tahulah cewek seperti apa aku ini dari cerita-ceritaku dulu.


Baiklah, sekarang kita kembali ke kejadian hari itu yang rencananya mau mengadakan orgy party setelah sekian lama otak kami dijejali bahan-bahan kuliah dan urusan sehari-hari. Waktu itu Vina protes karena aku tidak memperbolehkannya mengajak teman-teman cowok yang biasa diajak, begitu juga Icha yang ikut mendukung Vina karena pacarnya juga tidak boleh diajak.

Emangnya lu ngundang siapa aja sih Na, masa si Charlie aja ga boleh ikutan? kata Icha.

Iya nih, emangnya kita mau pesta lesbian apa, wah gua kan cewek normal nih timpal Vina.

"Udahlah, lu orang tenang aja, cowok-cowoknya nanti nyusul, pokoknya yang kali ini surprise deh! dijamin kalian puas sampe ga bisa bangun lagi deh.

Aku ingin sedikit membuat kejutan agar acara kali ini lain dari yang lain, karena itulah aku merahasiakan siapa pejantannya yang tidak lain adalah penjaga vilaku dan vila tetanggaku, Pak Jarwo dan Ray.

Kemarinnya aku memang sudah mengabari Pak Jarwo lewat telepon bahwa aku besok akan ke sana dengan teman-temanku yang pernah kujanjikan pada mereka dulu. Pak Jarwo tentu antusias sekali dengan acara kali ini, kami telah mengatur skenario acaranya agar seru. Beberapa jam kemudian kami sampai di villaku, Pak Jarwo seperti biasa membukakan pintu garasi, bola matanya melihat jelalatan pada kami terutama Vina yang hari itu pakaiannya seksi berupa sebuah tank top merah berdada rendah dengan rok mini. Dia kusuruh keluar dulu sampai aku memberi syarat padanya, dia menunggunya di villa tetangga yang tidak lain vila yang dijaga si Ray. Setelah membereskan barang bawaan, kami menyantap makan siang, lalu ngobrol-ngobrol dan istirahat. Icha yang daritadi kelihatan letih terlelap lebih dulu. Kami bangun sore hari sekitar jam 4 sore.

“Eh.. sambil nunggu cowok-cowoknya mendingan kita berenang dulu yuk ajakku pada mereka.

Aku melepaskan semua bajuku tanpa tersisa dan berjalan ke arah kolam dengan santainya.

“Wei.. gila lo Na, masa mau berenang ga pake apa-apa gitu, kalo keliatan orang gimana? tegur Icha.

“Iya Na, lagian kan kalo si tua Jarwo itu dateng gimana tuh sambung Vina.

“Yah kalian, katanya mo party, masa berenang bugil aja ga berani, tenang aja Pak Jarwo udah gua suruh jangan ke sini sampai kita pulang nanti bujukku sambil menarik tangan Vina.

Di tepi kolam mereka masih agak ragu melepas pakaiannya, alasannya takut kepergok tetangga, setelah kutantang Vina baru mulai berani melepas satu demi satu yang melekat di tubuhnya, aku membantu Icha yang masih agak malu mempreteli pakaiannya. Akhirnya kami bertiga nyebur ke kolam tanpa memakai apapun.

Perlahan-lahan rasa risih mereka pun mulai berkurang, kami tertawa-tawa, main siram-siraman air, dan balapan renang kesana kemari dengan bebasnya. Mungkin seperti inilah kira-kira gambaran tempat pemandian di istana haremnya para raja. Sesudah agak lama bermain di air aku naik ke atas dan mengelap tubuhku yang basah, lalu membalut tubuhku dengan kimono.

“Na, sekalian ambilin kita minum yah pinta Vina.

Akupun berjalan ke dalam dan meminum segelas air.

“Ok, it's the showtime gumamku dalam hati, inilah saat yang tepat untuk menjalankan skenario ini. Aku segera menelepon vila sebelah menyuruh Pak Jarwo dan Ray segera kesini karena pesta akan segera dimulai.

Iya neng, kita segera ke sana sahut Ray sambil menutup gagang telepon.

Hanya dalam hitungan menit mereka sudah nampak di pekarangan depan vilaku. Aku yang sudah menunggu membukakan pintu untuk mereka.

“Wah udah ga sabaran nih, daritadi cuma ngintipin neng sama temen-temen neng dari loteng kata Pak Jarwo.

“Pokoknya yang rambutnya dikuncir itu buat saya dulu yah neng ujar Ray merujuk pada Icha.

“Iya tenang, sabar, Pokoknya semua kebagian, ok? kataku “yang penting sekarang surprise buat mereka dulu.

Setelah beberapa saat berbicara kasak-kusuk, akhirnya operasi pun siap dilaksanakan. Pertama-tama dimulai dari Vina. Aku berjalan ke arah kolam membawakan mereka dua gelas air, disana Icha sedang tiduran di kursi santai tanpa busana, sementara Vina masih berendam di air.

Vin, lu bisa ke kamar gua sebentar ga, gua mo minta tolong dikit nih pintaku padanya.

lap badan dulu gih, gua tunggu di sana.

Aku masuk ke dalam terlebih dahulu dan duduk di pinggir ranjang menunggunya. Di balik pintu itu Pak Jarwo dan Ray yang sudah kusuruh bugil telah siap memangsa temanku itu, kemaluan mereka sudah mengeras dan berdiri tegak seperti pedang yang terhunus. Tak lama kemudian Vina memasuki kamarku sambil mengelap rambutnya yang masih basah.

“Kenapa Na, ada perlu apa emang? tanyanya.

“Ngga, cuma mau ngasih surprise dikit kok jawabku dengan menyeringai dan memberi aba-aba pada mereka.

Sebelum Vina sempat membalikkan badan, sepasang lengan hitam sudah memeluknya dari belakang dan tangan yang satunya dengan sigap membekap mulutnya agar tidak berteriak. Vina yang terkejut tentu saja meronta-ronta, namun pemberontakan itu justru makin membakar nafsu kedua orang itu.

Pak Jarwo dengan gemas meremas payudara kirinya dan memilin-milin putingnya. Si Ray berhasil menangkap kedua pergelangan kakinya yang menendang-nendang. Dibentangkannya kedua tungkai itu, lalu dia berjongkok dengan wajah tepat di hadapan kemaluan Vina.

“Wah jembutnya lebat juga yah, kaya si neng komentar Ray sambil menyentuhkan lidahnya ke liang vagina Vina, diperlakukan seperti itu Vina cuma bisa merem melek dan mengeluarkan desahan tertahan karena bekapan Pak Jarwo begitu kokoh.

“Hei, jangan rakus dong Ray, dia kan buat Pak Jarwo, tuh jatahlu masih nunggu di luar sana kataku padanya.

Mengingat kembali sasarannya semula, Ray menurunkan kembali kaki Vina dan bergegas menuju ke kolam.

“Jangan terlalu kasar yah ke dia, bisa-bisa pingsan gara-gara lu godaku.

Setelah Ray keluar tinggallah kami bertiga di kamarku. Pak Jarwo langsung menghempaskan dirinya bersama Vina ke ranjang spring bed-ku. Tak berapa lama terdengarlah jeritan Icha dari kolam, aku melihat dari jendela kamarku apa yang terjadi antara mereka. Icha terpelanting dari kursi santai dan berusaha melepaskan diri dari Ray. Dia berhasil berdiri dan mendapat kesempatan menghindar, tapi kalah cepat dari Ray, tukang kebun itu berhasil mendekapnya dari belakang lalu mengangkat badannya.

“Jangan.. tolong! jeritnya sambil meronta-ronta dalam gendongan Ray.

Ray dengan santai membawa Icha ke tepi kolam, lalu dilemparnya ke air, setelah itu dia ikutan nyebur. Dia air Icha terus berontak saat Ray menggerayangi tubuhnya dalam himpitannya. Sekuat apapun Icha tentu saja bukan tandingan Ray yang sudah kesurupan itu. Perlawanan Icha mengendur setelah Ray mendesaknya di sudut kolam, riak di kolam juga mulai berkurang. Tidak terlalu jelas detilnya Ray menggerayangi tubuh Icha, tapi aku dapat melihat Ray memeluk erat Icha sambil melumat bibirnya.

Kutinggalkan mereka menikmati saat-saat nikmatnya untuk kembali lagi pada situasi di kamarku. Aku lalu menghampiri Pak Jarwo dan Vina untuk bergabung dalam kenikmatan ini. Sama seperti Icha, Vina juga menjerit-jerit, namun jeritannya juga pelan-pelan berubah menjadi erangan nikmat akibat rangsangan-rangsangan yang dilakukan Pak Jarwo. Waktu aku menghampiri mereka Pak Jarwo sedang menjilati paha mulus Vina sambil kedua tangannya masing-masing bergerilya pada payudara dan kemaluan Vina.

“Aduh Na.. tega-teganya lu nyerahin kita ke orang-orang kaya gini.. ahh! kata Vina ditengah desahannya.

“Tenang Vin, ini baru namanya surprise, sekali kali coba produk kampung dong kataku seraya melumat bibirnya.

Aku berpagutan dengan Vina beberapa menit lamanya. Jilatan Pak Jarwo mulai merambat naik hingga dia melumat dan meremas payudara Vina secara bergantian, sementara tangannya masih saja mengobok-obok vaginanya. Desahan Vina tertahan karena sedang berciuman denganku, tubuhnya menggeliat-geliat merasakan nikmat yang tiada tara.

“Hhhmmhh.. tetek Neng Vina ini gede juga ya, lebih gede dari punya Neng kata Pak Jarwo disela aktivitasnya.

Memang sih diantara kami bereempat, payudara Vina termasuk yang paling montok. Menurut pengakuannya, cowok-cowok yang pernah ML dengannya paling tergila-gila mengeyot benda itu atau mengocok penis mereka diantara himpitannya. Pak Jarwo pun tidak terkecuali, dia dengan gemas mengemut susunya, seluruh susu kanan Vina ditelan olehnya.

Puas menetek pada Vina, Pak Jarwo bersiap memasuki vagina Vina dengan penisnya. Kulihat dalam posisinya diantara kedua belah paha Vina dia memegang penisnya untuk diarahkan ke liang itu.

“Ouch.. sakit Na, duh kasar banget sih babu lu Vina meringis dan mencengkram lenganku waktu penis super Pak Jarwo mendorong-dorongkan penisnya dengan bernafsu.

“Tahan Ver, ntar juga lu keenakan kok, pokoknya enjoy aja kataku sambil meremasi kedua payudaranya yang sudah basah dan merah akibat disedot Pak Jarwo.

Pak Jarwo menyodokkan penisnya dengan keras sehingga Vina pun tidak bisa menahan jeritannya, Vina kelihatan mau menangis nampak dari matanya yang sedikit berair.Pak Jarwo mulai menggarap Vina dengan genjotannya. Aku merasakan tangan Vina menyelinap ke bawah kimonoku menuju selangkangan, eennghh..aku mendesah merasakan jari-jari Vina menggerayangi kemaluanku.

Aku lalu naik ke wajah Vina berhadapan dengan Pak Jarwo yang sedang menggenjotnya. Vina langsung menjilati kemaluanku dan Pak Jarwo menarik tali pinggang kimonoku sehingga tubuhku tersingkap. Dengan terus menyodoki Vina, dia meraih payudaraku yang kiri, mula-mula dibelainya dengan lembut tapi lama-lama tangannya semakin keras mencengkramnya sampai aku meringis menahan sakit. Dia juga menyorongkan kepalanya berusaha mencaplok payudara yang satunya. Aku yang mengerti apa maunya segera mencondongkan badanku ke depan sehingga dadaku pun makin membusung indah. Ternyata dia tidak langsung mencaplok payudaraku, tetapi hanya menjulurkan lidahnya untuk menjilati putingku menyebabkan benda itu makin mengeras saja. Aku merasakan sensasi yang luar biasa, geli bercampur nikmat. Sapuan-sapuan lidah Vina pada vaginaku membuat daerah itu semakin becek, bukan cuma itu saja Vina juga mengorek-ngoreknya dengan jarinya.

Aku mendesah tak karuan merasakan jilatan dan sedotan pada klistoris dan putingku. Ciuman Pak Jarwo merambat naik dari dadaku hingga hinggap di bibirku, kami berciuman dengan penuh nafsu. Tidak kuhiraukan nafasnya yang bau rokok, lidah kami beradu dengan liar sampai ludah kami bercampur baur.

“Aahh.. oohh.. gua dah mau.. Pak! erang Vina bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang dan membusur ke atas.

Melihat reaksi Vina, Pak jarwo semakin memperdahsyat sodokannya dan semakin ganas meremas dadanya. Aku sendiri tidak merasa akan segera menyusul Vina, dibawah sana seperti mau meledak rasanya. Dalam waktu yang hampir bersamaan aku dan Vina mencapai klimaks, tubuh kami mengejang hebat dan cairan kewanitaanku tumpah ke wajah Vina. Erangan kami memenuhi kamar ini membuat Pak Jarwo semakin liar.

Setelah aku ambruk ke samping, Pak Jarwo menindih Vina dan mulai menciuminya, dijilatinya cairan cintaku yang blepotan di sekitar mulut Vina, tangannya tak henti-hentinya menggerayangi payudara montok itu, seolah-oleh tak ingin lepas darinya.

“Hhmmpphh.. sluurrpp.. cup.. cup.. demikian bunyinya saat mereka bercipokan, lidah mereka saling membelit dan bermain di rongga mulut masing-masing. Pak Jarwo cukup pengertian akan kondisi Vina yang mulai kepayahan, jadi setelah puas berciuman dia membiarkannya memulihkan tenaga dulu. Dan kini disambarnya tubuhku, padahal gairahku baru naik setengahnya setelah orgasme barusan. Tubuhku yang dalam posisi tengkurap diangkatnya pada bagian pinggul sehingga menungging. Dia membuka lebar bibir vaginaku dan menyentuhkan kepala penisnya disitu. Benda itu pelan-pelan mendesak masuk ke vaginaku. Aku mendesah sambil meremas-remas sprei menghayati proses pencoblosan itu.

Permainan Pak Jarwo sungguh membuatku terhanyut, dia memulainya dengan genjotan-genjotan pelan, tapi lama-kelamaan sodokannya terasa makin keras dan kasar sampai tubuhku berguncang dengan hebatnya. Aku meraih tangannya untuk meremasi payudaraku yang berayun-ayun. Tiba-tiba suara desahan Vina terdengar lagi menjari sahut menyahut dengan desahanku. Gila, penjaga vilaku ini mengerjai kami berdua dalam waktu bersamaan, bedanya aku dikocok dengan penis sedangkan Vina dikocok dengan jari-jarinya. Vina membuka pahanya lebih lebar lagi agar jari-jari Pak Jarwo bermain lebih leluasa.

“Aduhh.. aahh.. gila Vin.. enak banget! ceracauku sambil merem-melek.

“Oohh.. terus Pak.. kocok terus Vina terus mendesah dan meremas-remas dadanya sendiri, wajahnya sudah memerah saking terangsangnya.

ÓYak.. dikit lagi.. aahh.. Pak.. udah mau aku mempercepat iramaku karena merasa sudah hampir klimaks.

“Neng Nana.. Neng Vina.. bapak juga.. mau keluar.. eerrhh geramnya dengan mempercepat gerakkannya.

Penis itu terasa menyodok semakin dalam bahkan sepertinya menyentuh dasar rahimku. Sebuah rintihan panjang menandai orgasmeku, tubuhku berkelejotan seperti kesetrum. Kemudian dia lepaskan penisnya dari vaginaku dan berdiri di ranjang. Disuruhnya Vina berlutut dan mengoral penisnya yang berlumuran cairan cintaku. Vina berlutut mengemut penis basah itu sambil tangan kanannya mengocok vaginanya sendiri yang tanggung belum tuntas. Aku bangkit perlahan dan ikut bergabung dengan Vina menikmati penis Pak Jarwo. Vina mengemut batangnya, aku mengemut buah zakarnya, kami saling berbagi menikmati “sosis itu.

Di tengah kulumannya mendadak Vina merintih tertahan, tubuhnya seperti menggigil, dan kulihat ke bawah ternyata dari vaginanya mengucur cairan bening hasil masturbasinya sendiri. Disusul beberapa detik kemudian, Pak Jarwo mencabut penisnya dari mulutku lalu mengerang panjang. Cairan kental berbau khas memancar dengan derasnya membasahi wajah kami. Kami berebutan menelan cairan itu, penis itu kupompa dalam genggamanku agar semuanya keluar, nampak pemiliknya mendesah-desah dan kelabakan

“Sabar, sabar dong neng, bisa putus kont*l bapak kalo rebutan gini katanya terbata-bata.

Setelah tidak ada yang keluar lagi Vina menjilati sisanya di wajahku, demikian pula sebaliknya. Mereka berdua akhirnya ambruk kecapaian, wajah Pak Jarwo jatuh tepat di dada Vina.

Saat mereka ambruk, sebaliknya gairahku mulai timbul lagi. Maka kutinggalkan mereka untuk melihat keadaan Icha dan Ray. Aku tiba di kolam melihat Ray sedang menggarap tubuh mungil Icha. Di daerah dangkal Icha dalam posisi berpegangan pada tangga kolam, Ray dari bawahnya juga dalam posisi berdiri sedang asyik menggenjot penisnya pada vagina Icha. Kedua payudara Icha bergoyang naik turun seirama goyang tubuhnya. Pasti adegan ini membuat para cowok di kampusku sirik pada Ray yang buruk rupa tapi bisa ngent*t dengan gadis seimut itu.

“Belum selesai juga lu orang, udah berapa ronde nih? sapaku.

“Edan Na.. gua sampe klimaks tiga kali.. aahh! desah Icha tak karuan.

“Neng.. temennya enak banget, udah cantik, mem*knya seret lagi komentar Ray sambil terus menggenjot.

Icha tak kuasa menahan rintihannya setiap Ray menusukkan penisnya, tubuhnya bergetar hebat akibat tarikan dan dorongan penis penjaga vila itu pada kemaluannya. Kepala Ray menyelinap lewat ketiak sebelah kirinya lalu mulutnya mencaplok buah dadanya. Pinggul Icha naik turun berkali kali mengikuti gerakan Ray. Jeritannya makin menjadi-jadi hingga akhirnya satu lenguhan panjang membuatnya terlarut dalam orgasme, beberapa saat tubuhnya menegang sebelum akhirnya terkulai lemas di tangga kolam. Setelah menaklukkan Icha, Ray memanggilku yang mengelus-ngelus kemaluanku sendiri menonton adegan mereka.

“Sini neng, mendingan dipuasin pake kont*l saya aja daripada ngocok sendiri.

Akupun turun ke air yang merendam sebatas lutut kami, disambutnya aku dengan pelukannya, tangannya mengelusi punggungku terus turun hingga meremas bongkahan pantatku. Sementara tanganku juga turun meraih kemaluannya.

“Gila nih kont*l, masih keras juga..udah keluar berapa kali tadi? tanyaku waktu menggenggam batangnya yang masih “lapar itu.

“Baru sekali tadi.. abis saya masih nungguin neng sih godanya saambil nyengir.

Kemudian diangkatnya badanku dengan posisi kakiku dipinggangnya, aku melingkarkan tangan pada lehernya agar tidak jatuh. Diletakkannya aku pada lantai di tepi kolam, disebelah Icha yang terkapar, dia merapatkan badannya diantara kedua kakiku yang tergantung.

Dia mulai menciumiku dari telinga, lidah itu menelusuri belakang telingaku juga bermain-main di lubangnya. Dengusan nafas dan lidahnya membuatku merasa geli dan menggeliat-geliat. Mulutnya berpindah melumat bibirku dengan ganas, lidahnya menyapu langit-langit mulutku, kurespon dengan mengulum lidahnya. Tanganku meraba-raba kebawah mencari kemaluannya karena birahiku telah demikian tingginya, tak sabar lagi untuk dientot. Ketika kuraih benda itu kutuntun memasuki kemaluanku, tangan kanan Ray ikut menuntun senjatanya menembaki sasaran. Saat kepala penisnya menyentuh bibir kemaluanku, dia menekannya ke dalam, mulutku menggumam tertahan karena sedang berciuman dengannya. Ciuman kami baru terlepas disertai jeritan kecil ketika Ray mengehentakkan pinggulnya hingga penisnya tertanam semua dalam vaginaku. Pinggulnya bergerak cepat diantara kedua pahaku sementara mulutnya mencupangi pundak dan leher jenjangku. Aku hanya bisa menengadahkan kepala menatap langit dan mendesah sejadi-jadinya.

Kalau dibandingkan dengan Pak Jarwo memang sodokan Ray lebih mantap selain karena usianya masih 30-an, badannya juga lebih berisi daripada Pak Jarwo yang tinggi kurus seperti Datuk Maringgih itu. Di tengah badai kenikmatan itu sekonyong-konyong aku melihat sesuatu yang bergerak-gerak di jendela kamarku. Kufokuskan pandanganku dan astaga.. ternyata si Vina, dia sedang disetubuhi dari belakang dengan posisi menghadap jendela, tubuhnya terlonjak-lonjak dan terdorong ke depan sampai payudaranya menempel pada kaca jendela, mulutnya tampak mengap-mengap atau terkadang meringis, sungguh suatu pemandangan yang erotis. Adegan itu ditambah serangan Ray yang makin gencar membuatku makin tak terkontrol, pelukanku semakin erat sehingga dadaku tertekan di dadanya, kedua kakiku menggelepar-gelepar menepuk permukaan air. Aku merasa detik-detik orgasme sudah dekat, maka kuberitahu dia tentang hal ini. Ray memintaku bertahan sebentar lagi karena dia juga sudah mau keluar.

Susah payah aku bertahan agar bisa klimaks bersama, setelah kurasakan ada cairan hangat menyemprot di rahimku, akupun melepas sesuatu yang daritadi ditahan-tahan. Perasaan itu mengalir dengan deras di sekujur tubuhku, otot-ototku mengejang, tak terasa kukuku menggores punggungnya. Beberapa detik kemudian badanku terkulai lemas seolah mati rasa, begitu juga Ray yang jatuh bersandar di pinggir kolam. Aku berbaring di pinggir kolam di atas lantai marmer, kedua payudaraku nampak bergerak naik turun seiring desah nafasku. Kugerakkan mataku, di jendela Vina dan Pak Jarwo sudah tak nampak lagi, di sisi lain Icha yang sudah pulih merendam dirinya di air dangkal untuk membasuh tubuhnya.

Kami beristirahat sebentar, bahkan beberapa diantara kami tertidur. Pesta dimulai lagi sekitar pukul 8 malam setelah makan. Kami mengadakan permainan gila, ceritanya kami bertiga bermain poker dengan taruhan yang kalah paling awal harus rela dikeroyok kedua penjaga villa itu dan diabadikan dalam video klip dengan HP Nokia model terbaru milik Vina, filenya akan disimpan dalam komputer Vina untuk koleksi dan tidak akan boleh dicopy atau dilihat orang lain selain geng kami, mengingat kasus bokep Itenas. Kami duduk melingkar di ranjang, Pak Jarwo dan Ray kusuruh menjauh dan kularang menyentuh siapapun sebelum ada yang kalah, mereka menunggu hanya dengan memakai kolor, sambil sebentar-sebentar mengocok anunya sendiri Aku mulai membagikan kartu dan permainan dimulai. Suasana tegang menyelimuti kami bertiga, setelah akhirnya Icha melempar kartunya yang buruk sambil menepuk jidatnya, dia kalah. Kedua orang yang sudah tak sabar menunggu itu segera maju mengeksekusi Icha.

Icha sempat berontak, tapi berhasil dilumpuhkan mereka dengan dipegangi erat-erat dan digerayangi bagian-bagian sensitifnya. Ray menyusupkan tangannya ke kimono Icha meraih payudaranya yang tak memakai apa-apa di baliknya. Pak Jarwo menyerang dari bawah dengan merentangkan lebar-lebar kedua paha Icha dan langsung membenamkan kepalanya pada kemaluannya yang terawat dan berbulu lebat itu. Perlakuan ini membuat rontaan Icha terhenti, kini dia malah mengelus-elus penis Ray yang menegang sambil memejamkan mata menikmati vaginanya dijilati Pak Jarwo dan dadanya diremas. Aku melihat lidah Pak Jarwo menjalar jari belahan bawah hingga puncak kemaluan Icha, lalu disentil-sentilkan pada klistorisnya. Icha tidak tahan lagi, dia merundukkan badan untuk memasukkan penis Ray ke mulutnya, benda itu dikulumnya dengan rakus seperti sedang makan es krim. Event menarik itu tidak dilewatkan Vina dengan kamera-HP nya.

Icha terengah-engah melayani penis super Ray, sepertinya dia sudah tidak peduli keadaan sekitarnya, rasa malunya hilang digantikan dengan hasrat yang besar untuk menyelesaikan gairahnya. Dia mempertunjukkan suatu live show yang panas seperti aktris bokep dan Vina sebagai juru kameranya. Pak Jarwo yang baru saja melepaskan kolornya menggesek-gesekkan benda itu pada bibir kemaluan Icha, sebagai pemanasan sebelum memasukinya. Kemulusan tubuh Icha terpampang begitu Ray menarik lepas tali pinggang pada kimononya, sesosok tubuh yang putih mulus serta terawat baik diantara dua tubuh hitam dan kasar, sungguh perpaduan yang kontras tapi menggairahkan. Pak Jarwo mempergencar rangsangannya dengan menciumi batang kakinya mulai dari betis, tumit, hingga jari-jari kakinya. Icha yang sudah kesurupan“setan seks itu jadi makin gila dengan perlakuan seperti itu

“Ahh.. awww.. Pak enak banget.. masukin aja sekarang! rintihnya manja sambil meraih penis Pak Jarwo yang masih bergesekan dengan bibir vaginanya.

Pak jarwo pun mendorong penis itu membelah kedua belahan kemaluan Icha diiringi desahan nikmat yang memenuhi kamar ini sampai aku dibuat merinding mendengarnya. Aku mengeluarkan payudara kiriku dari balik kimono dan meremasnya dengan tanganku, tangan yang satu lagi turun menggesek-gesekkan jariku ke kemaluanku, Vina yang juga sudah horny sesekali mengelus kemaluannya sendiri. Icha nampak sangat liar, kemaluannya digenjot dari depan, dan Ray yang menopang tubuhnya dari belakang meremasi kedua payudaranya serta memencet-mencet putingnya. Rambutnya yang sudah terurai itu disibakkan Ray, lalu melumat leher dan pundaknya dengan jilatan dan gigitan ringan. Hal ini menyebabkan Icha tambah menggelinjang dan mempercepat kocokannya pada penis Ray.

Serangan Pak Jarwo pada vagina Icha semakin cepat sehingga tubuhnya menggelinjang hebat.

“Aaakhh..aahh! jerit Icha dengan melengkungkan tubuhnya ke atas.

Icha telah mencapai orgasme hampir bersamaan dengan Pak Jarwo yang menyemprotkan spermanya di dalam rahimnya. Adegan ini juga direkam oleh Vina, difokuskan terutama pada wajah Icha yang sedang orgasme. Tanpa memberi istirahat, Ray menaikkan Icha ke pangkuannya dengan posisi membelakangi. Kembali vagina Icha dikocok oleh penis Ray. Walaupun masih lemas dia mulai menggoyangkan pantatnya mengikuti kocokan RayRay yang merasa keenakan hanya bisa mengerang sambil meremas pantat Icha menikmati pijatan kemaluannya. Pak Jarwo mengistirahatkan penisnya sambil menyusu dari kedua payudara Icha secara bergantian. Aku semakin dalam mencucukkan jariku ke dalam vaginaku saking terangsangnya, sampai-sampai cairanku mulai meleleh membasahi selangkangan dan jari-jariku.

Bosan dengan gaya berpangkuan, Ray berbaring telentang dan membiarkan Icha bergoyang di atas penisnya. Kemudian dia menyuruh Vina naik ke atas wajahnya agar bisa menikmati kemaluannya. Vina yang daritadi sudah terangsang itu segera melakukan apa yang disuruh tanpa ragu-ragu. Seluruh wajah Ray tertutup oleh daster transparan Vina, namun aku masih dapat melihat dia dengan rakusnya melahap kemaluannya sambil menyusupkan tangannya dari bawah daster menuju payudaranya. Pak Jarwo yang anunya sudah mulai bangkit lagi menerkamku, kami berguling-guling sambil berciuman penuh nafsu. Dengan tetap berciuman Pak Jarwo memasukkan penisnya ke vaginaku, cairan yang melumuri selangkanganku melancarkan penetrasinya. Dengan kecepatan tinggi penisnya keluar masuk dalam vaginaku hingga aku histeris setiap benda itu menghujam keras ke dalam. Aku cuma bisa pasrah di bawah tindihannya membiarkan tangannya menggerayangi payudaraku, mulutnya pun terus menjilati leherku. Aku masih memakai kimonoku, hanya saja sudah tersingkap kesana kemari.

Aku melihat Ray masih berasyik-masyuk dengan kedua temanku, hanya kali ini Vina sudah bertukar posisi dengan Icha. Sekarang mereka saling berhadapan, Vina bergoyang naik turun diatas penis Ray sambil berciuman dengan Icha yang mekangkangi wajah RayIcha membuka kakinya lebar-lebar sehingga cairannya semakin mengalir, cairan itu diseruput dengan rakus oleh si Ray sampai terdengar suara sluurrpp.. sshhrrpp..Ketika aku sedang menikmati orgasmeku yang hebat, dia tekan sepenuhnya penis itu ke dalam dan ini membawa efek yang luar biasa padaku dalam menghayati setiap detik klimaks tersebut, tubuhku menggelinjang dan berteriak tak tentu arah sampai akhirnya melemas kembali. Pesta gila-gilaan ini berakhir sekitar jam 11 malam. Aku sudah setengah sadar ketika Pak Jarwo menumpahkan maninya di wajahku, tulang-tulangku serasa berantakan. Icha sudah terkapar lebih dulu dengan tubuh bersimbah peluh dan ceceran sperma di dadanya, dari pangkal pahanya yang terbuka nampak cairan kewanitaan bercampur sperma yang mengalir bak mata air.

Sebelum tak sadarkan diri aku masih sempat melihat Ray menyodomi Vina yang masih dalam gaun transparan yang sudah berantakan, tubuh keduanya sudah mandi keringat. Karena letih dan ngantuk aku pun segera tertidur tanpa kupedulikan jeritan histeris Vina maupun tubuhku yang sudah lengket oleh sperma. Besok paginya aku terbangun ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi dan aku hanya mendapati Icha yang masih terlelap di sebelah kiriku. Kuguncang tubuh Icha untuk membangunkannya.

"Gimana Dah.. puas semalem? tanyaku .

“Gila gua dientotin sampe kelenger, barbar banget tuh dua orang, eh.. omong-omong pada kemana yang lain si Vina juga ga ada?

“Ga tau juga tuh gua juga baru bangun kok, duh lengket banget mandi dulu yuk.. udah lengket gini ajakku karena merasa tidak nyaman dengan sperma kering terutama di wajahku, rasanya seperti ada sarang laba-laba menempel di sana.

Baru saja keluar dari kamar, sayup-sayup sudah terdengar suara desahan, kuikuti asal suara itu yang ternyata dari kamar mandi. Kami berdua segera menuju ke kamar mandi yang pintunya setengah terbuka itu, kami tengok ke dalam dan melihat Vina dan kedua penjaga villa itu. Darahku berdesir melihat pemandangan erotis di depan kami, dimana Vina sedang dikerjai oleh mereka di lantai kamar mandi. Ray sedang enak-enaknya mengocok senjatanya diantara kedua gunung bulat itu, sedangkan Pak Jarwo berlutut diantara paha jenjang itu sedang menyetubuhinya, air dan sabun membuat tubuh mereka basah berkilauan. Kedatangan kami sepertinya tidak terlalu membuat mereka terkejut, mereka malah menyapa kami sambil terus “bekerja. Aku dengan tidak terlepas dari live show itu berjalan ke arah shower dan membuka kimonoku diikuti Icha dari belakang. Air hangat mengucur membasuh dan menyegarkan tubuh kami, kuambil sabun cair dan menggosokkannya ke sekujur tubuh Icha. Demikian juga Icha dia melakukan hal yang sama padaku, kami saling menyabuni satu sama lain.

Kami saling mengelus bagian tubuh masing-masing, suatu ketika ketika tanganku sampai ke bawah, iseng-iseng kubelai bibir kemaluannya sekaligus mempermainkan klistorisnya.

“Uuhh.. Na! dia menjerit kecil dan mempererat pelukannya padaku sehingga buah dada kami saling berhimpit.

Tangan Icha yang lembut juga mengelusi punggungku lalu mulai turun ke bawah meremas bongkahan pantatku. Darahku pun mengalir makin cepat ditambah lagi adegan panas Vina dengan kedua pria itu membuatku makin naik. Icha mendekatkan wajahnya padaku dan mencium bibirku yang terbuka karena sedang mendesah, selama beberapa menit bibir kami berpagutan. Kemudian aku memutar badanku membelakangi Icha supaya bisa lebih nyaman menonton Vina.

Aku melihat wajah horny Vina yang cantik, dia meringis dan mengerang menikmati tusukan Pak Jarwo pada vaginanya, sementara Ray hampir mencapai orgasmenya, dia semakin cepat menggesek-gesekkan penisnya diantara gunung kembar itu, tangannya pun semakin keras mencengkram daging kenyal itu sehingga pemiliknya merintih kesakitan. Akhirnya menyemprotlah spermanya membasahi dada, leher dan mulut Vina. Mataku tidak berkedip menyaksikan semua itu sambil menikmati belaian Icha pada daerah sensitifku. Dengan tangan kanannya dia memainkan payudaraku, putingnya dipencet dan dipilin hingga makin menegang, tangan kirinya meraba-raba selangkanganku. Perbuatan Icha yang mengobok-obok vaginaku dengan jarinya itu hampir membuatku orgasme, sungguh sulit dilukiskan dengan kata-kata betapa nikmatnya saat itu.

Aku masih menikmati jari-jari Icha bermain di vaginaku ketika Ray yang baru menyelesaikan hajatnya dengan Vina berjalan ke arahku, penisnya agak menyusut karena baru orgasme. Jantungku berdetak lebih kencang menunggu apa yang akan terjadi. Tangannya mendarat di payudara kiriku dan meremasnya dengan lembut sambil sesekali memelintirnya. Lalu dia membungkuk dan mengarahkan kepalanya ke payudara kananku yang langsung dikenyotnya. Aku memejamkan mata menghayati suasana itu dan mengeluarkan desahan menggoda. Lalu aku merasakan kaki kananku diangkat dan sesuatu mendesak masuk ke vaginaku. Sejenak kubuka mataku untuk melihat, dan ternyata yang bertengger di vaginaku bukan lagi tangan Icha tapi penis Ray yang sudah bangkit lagi. Kembali aku disetubuhi dalam posisi berdiri sambil digerayangi Icha dari belakang. Tubuhku seolah terbang tinggi, wajahku menengadah dengan mata merem-melek merasakan nikmat yang tak terkira.

Hampir satu jam lamanya kami melakukan orgy di kamar mandi. Akhirnya setelah mandi bersih-bersih kami bertiga mencari udara segar dengan berjalan-jalan di kompleks sekalian makan siang di sebuah restoran di daerah itu. Setelah makan kami kembali ke vila dan mengepak barang untuk kembali ke Jakarta. Icha dan Vina keluar dari kamar terlebih dulu meninggalkanku yang masih membereskan bawaanku yang lebih banyak. Cukup lama juga aku dikamar gara-gara sibuk mencari alat charge HP-ku yang ternyata kutaruh di lemari meja rias. Waktu aku menuju ke garasi terdengar suara desahan dan ya ampun.. ternyata mereka sedang bermain “short time sambil menungguku.

Icha yang celana panjang dan dalamnya sudah dipeloroti sedang menungging dengan bersandar pada moncong mobil, Pak Jarwo menyodokinya dari belakang sambil memegangi payudaranya yang tidak terbuka. Sementara di pintu mobil, Vina berdiri bersandar dengan baju dan rok tersingkap, paha kirinya bertumpu pada bahu Ray yang berjongkok di bawahnya. Celana dalamnya tidak dibuka, Ray menjilati kemaluannya hanya dengan menggeser pinggiran celana dalamnya, tangannya turut bekerja meremasi payudara dan pantatnya.

“Weleh.. weleh.. masih sempat-sempatnya lu orang, asal jangan kelamaan aja, ntar kejebak macet kita kataku sambil geleng-geleng kepala.

“Tenang neng ga usah buru-buru, masih pagi kok, ini cuma sebentar aja kok tanggap Pak Jarwo dengan terengah-engah.

Akhirnya setelah 15 menitan Pak Jarwo melepas penisnya dan memanggilku untuk bergabung dengan Icha menjilatinya. Aku tadinya menolak karena tak ingin make upku luntur, tapi karena didesak terus akhirnya aku berjongkok di sebelah Icha, Bandar Poker Terbaik.

“Tapi kalo keluar lu yang isep ya Dah, ntar muka gua luntur kataku padanya yang hanya dijawab dengan anggukan kepala sambil mengulum benda itu.

Sesuai perjanjian tidak lama kemudian Pak Jarwo menggeram dan cepat-cepat kuberikan penis itu pada Icha yang segera memasukkan ke mulutnya. Pria itu mendesah panjang sambil menekan penisnya ke mulut IchaIcha sendiri sedang menyedot sperma dari batang itu, sepertinya yang keluar tidak banyak lagi soalnya Icha tidak terlalu lama mengisapnya.

“Yuk cabut, udah ga haus lagi kan Dah ujar Vina yang sudah merapikan kembali pakaiannya.

Kami naik ke mobil dan kembali ke kota kami dengan kenangan tak terlupakan. Dalam perjalanan kami saling berbagi cerita dan kesan-kesan dari pengalaman kemarin dan membicarakan rencana untuk mengerjai si Ratna yang hari ini absen, SumoQQ.

0 comments:

Post a Comment