Wednesday, August 30, 2017

Cerita Sex Anak Ibu Kost


Waktu itu usiaku 23 tahun. Aku duduk di tingkat akhir suatu perguruan tinggi teknik di kota Jakarta. Wajahku ganteng. Badanku tinggi dan tegap, mungkin karena aku selalu berolahraga seminggu tiga kali. Teman-temanku bilang, kalau aku bermobil pasti banyak cewek yang dengan sukahati menempel padaku. Aku sendiri sudah punya pacar.

Kami pacaran secara serius. Baik orang tuaku maupun orang tuanya sudah setuju kami nanti menikah. Tempat kos-ku dan tempat kos-nya hanya berjarak sekitar 700 m. Aku sendiri sudah dipegangi kunci kamar kosnya. Walaupun demikian bukan berarti aku sudah berpacaran tanpa batas dengannya.

Dalam masalah pacaran, kami sudah saling cium-ciuman, gumul-gumulan, dan remas-remasan. Namun semua itu kami lakukan dengan masih berpakaian. Toh walaupun hanya begitu, kalau “voltase’-ku sudah amat tinggi, aku dapat ‘muntah” juga.

Dia adalah seorang yang menjaga keperawanan sampai dengan menikah, karena itu dia gak mau berhubungan sex sebelum menikah. Aku menghargai prinsipnya tersebut. Karena aku belum pernah pacaran sebelumnya, maka sampai saat itu aku belum pernah merasakan vagina perempuan.

Pacarku seorang anak bungsu. Kecuali kolokan, dia juga seorang penakut, sehingga sampai jam 10 malam minta ditemani. Sehabis mandi sore, aku pergi ke kosnya. Sampai dia berangkat tidur. aku belajar atau menulis tugas akhir dan dia belajar atau mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di ruang tamu. Kamar kos-nya sendiri berukuran cukup besar, yakni 3mX6m.

Kamar sebesar itu disekat dengan triplex menjadi ruang tamu dengan ukuran 3mX2.5m dan ruang tidur dengan ukuran 3mX3.5m. Lobang pintu di antara kedua ruang itu hanya ditutup dengan kain korden.

lbu kost-nya mempunyai empat anak, semua perempuan. Semua manis-manis sebagaimana kebanyakan perempuan Sunda. Anak yang pertama sudah menikah, anak yang kedua duduk di kelas 3 SMA, anak ketiga kelas I SMA, dan anak bungsu masih di SMP. Menurut desas-desus yang sampai di telingaku, menikahnya anak pertama adalah karena hamil duluan. Kemudian anak yang kedua pun sudah mempunyai prestasi.

Nama panggilannya Ika. Dia dikabarkan sudah pernah hamil dengan pacarya, namun digugurkan. Menurut penilaianku, Ika seorang playgirl. Walaupun sudah punya pacar, pacarnya kuliah di suatu politeknik, namun dia suka mejeng dan menggoda laki-laki lain yang kelihatan keren. Kalau aku datang ke kos pacarku, dia pun suka mejeng dan bersikap genit dalam menyapaku.

lka memang mojang Sunda yang amat aduhai. Usianya akan 18 tahun. Tingginya 160 cm. Kulitnya berwarna kuning langsat dan kelihatan licin. Badannya kenyal dan berisi. Pinggangnya ramping. Buah dadanya padat dan besar membusung. Pinggulnya besar, kecuali melebar dengan indahnya juga pantatnya membusung dengan montoknya.

Untuk gadis seusia dia, mungkin toket dan pinggul yang sudah terbentuk sedemikian indahnya karena terbiasa dinaiki dan digumuli oleh pacarnya. Paha dan betisnya bagus dan mulus. Lehernya jenjang. Matanya bagus. Hidungnya mungil dan sedikit mancung. Bibirnya mempunyai garis yang sexy dan sensual, sehingga kalau memakai lipstik gak perlu membuat garis baru, tinggal mengikuti batas bibir yang sudah ada. Rambutnya lebat yang dipotong Rey dengan indahnya.

Sore itu sehabis mandi aku ke kos pacarku seperti biasanya. Di teras rumah tampak Ika sedang mengobrol dengan dua orang adiknya. Ika mengenakan baju atas ‘you can see’ dan rok span yang pendek dan ketat sehingga lengan, paha dan betisnya yang mulus itu dipertontonkan dengan jelasnya.

“Mas Rey, ngapel ke Mbak Dina? Wah… sedang nggak ada tuh. Tadi pergi sama dua temannya. Katanya mau bikin tugas,” sapa Ika dengan centilnya.

“He… masa?” balasku.

“Iya… Sudah, ngapelin Ika sajalah Mas Rey,” kata Ika dengan senyum menggoda. Edan! Cewek Sunda satu ini benar-benar menggoda hasrat. Kalau mau mengajak beneran aku gak menolak nih, he-he-he…

“Ah, neng Ika macam-macam saja…,” tanggapanku sok menjaga wibawa. “Kak Dai belum datang?”

Pacar Ika namanya Daniel, namun Ika memanggilnya Kak Dai. Mungkin Dai adalah panggilan akrab atau panggilan masa kecil si Daniel. Daniel berasal dan Bogor. Dia ngapeli anak yang masih SMA macam minum obat saja.

Dan pulang kuliah sampai malam hari. Lebih hebat dan aku, dan selama ngapel waktu dia habiskan untuk ngobrol. Atau kalau setelah waktu isya, dia masuk ke kamar Ika. Kapan dia punya kesempatan belajar?

“Wah… dua bulan ini saya menjadi singgel lagi. Kak Dai lagi kerja praktek di Riau. Makanya carikan teman Mas Rey buat menemani Ika dong, biar Ika gak kesepian… Tapi yang keren lho,” kata Ika dengan suara yang amat manja. Edan si playgirl Sunda mi. Dia bukan tipe orang yang ngomong begitu bukan sekedar bercanda, namun tipe orang yang suka nyerempet-nyerempet hat yang berbahaya.

“Neng Ika ini… Nanti Kak Dainya ngamuk dong.”

“Kak Dai kan gak akan tahu…”

Aku kembali memaki dalam hati. Perempuan Sunda macam Ika ini memang enak ditiduri. Enak digenjot dan dinikmati kekenyalan bagian-bagian tubuhnya.

Aku mengeluarkan kunci dan membuka pintu kamar kos Dina. Di atas meja pendek di ruang tamu ada sehelai memo dari Dina. Sambil membuka jendela ruang depan dan ruang tidur, kubaca isi memo tadi. ‘Mas Reyby, gue ngerjain tugas kelompok bersama Niken dan Wiwin. Tugasnya banyak, jadi gue malam ini gak pulang. Gue tidur di rumah Wiwin. Di kulkas ada jeruk, ambil saja. Soen sayang, Dina’

Aku mengambil bukuku yang sehari-harinya kutinggal di tempat kos Di. Sambil menyetel radio dengan suara perlahan, aku mulai membaca buku itu. Biarlah aku belajar di situ sampai jam sepuluh malam.

Sedang asyik belajar, sekitar jam setengah sembilan malam pintu diketok dan luar. Tok-tok-tok…

Kusingkapkan korden jendela ruang tamu yang telah kututup pada jam delapan malam tadi, sesuai dengan kebiasaan pacarku. Sepertinya Ika yang berdiri di depan pintu.

“Mbak Di… Mbak Dina…,” terdengar suara Ika memanggil-manggil dan luar. Aku membuka pintu.

“Mbak Dina sudah pulang?” tanya Ika.

“Belum. Hari ini Dina gak pulang. Tidur di rumah temannya karena banyak tugas. Ada apa?”

“Mau pinjam kalkulator, mas Rey. Sebentar saja. Buat bikin pe-er.”

“Ng… bolehlah. Pakai kalkulatorku saja, asal cepat kembali.”

“Beres deh mas Rey. Ika berjanji,” kata Ika dengan genit. Bibirnya tersenyum manis, dan pandang matanya menggoda menggemaskan.

Kuberikan kalkulatorku pada Ika. Ketika berbalik, kutatap tajam-tajam tubuhnya yang aduhai. Pinggulnya yang melebar dan montok itu menggial ke kiri-kanan, seolah menantang diriku untuk meremas-remasnya. Sialan! K0ntolku jadi berdiri. Si ‘boy-ku ini responsif sekali kalau ada cewek cakep yang enak digenjot.

Sepeninggal Ika, sesaat aku gak dapat berkonsentrasi. Namun kemudian kuusir pikiran yang gak-gak itu. Kuteruskan kembali membaca textbook yang menunjang penulisan tugas sarjana itu.

Tok-tok-tok! Baru sekitar limabelas menit pintu kembali diketok.

“Mas Rey… Mas Rey…,” terdengar Ika memanggil lirih.

Pintu kubuka. Mendadak k0ntolku mengeras lagi. Di depan pintu berdiri Ika dengan senyum genitnya. Bajunya bukan atasan ‘you can see’ yang dipakai sebelumnya. Dia menggunakan baju yang hanya setinggi separuh dada dengan ikatan tali ke pundaknya. Baju tersebut berwarna kuning muda dan berbahan mengkilat.

Dadanya tampak membusung dengan gagahnya, yang ujungnya menonjol dengan tajam dan batik bajunya. Sepertinya dia gak memakai BH. Juga, bau harum sekarang terpancar dan tubuhnya. Tadi, bau parfum harum semacam ini gak tercium sama sekali, berarti datang yang kali ini si Ika menyempatkan diri memakai parfum. Kali ini bibirnya pun dipolesi lipstik pink.

“Ini kalkulatornya, Mas Rey,” kata Ika manja, membuyarkan keterpanaanku.

“Sudah selesai. Neng Ika?” tanyaku basa-basi.

“Sudah Mas Rey, namun boleh Ika minta diajari Matematika?”

“0, boleh saja kalau sekiranya bisa.”

Tanpa kupersilakan Ika menyelonong masuk dan membuka buku matematika di atas meja tamu yang rendah. Ruang tamu kamar kos pacarku itu tanpa kursi. Hanya digelari karpet tebal dan sebuah meja pendek dengan di salah satu sisinya terpasang rak buku. Aku pun duduk di hadapannya, sementara pintu masuk tertutup dengan sendirinya dengan perlahan. Memang pintu kamar kos pacarku kalau mau disengaja terbuka harus diganjal potongan kayu kecil.

“Ini mas Rey, Ika ada soal tentang bunga majemuk yang gak tahu cara penyelesaiannya.” Ika mencari-cari halaman buku yang akan ditanyakannya.

Menunggu halaman itu ditemukan, mataku mencari kesempatan melihat ke dadanya. Amboi! Benar, Ika gak memakai bra. Dalam posisi agak menunduk, kedua gundukan toketnya kelihatan sangat jelas. Sungguh padat, mulus, dan indah. K0ntolku terasa mengeras dan sedikit berdenyut-denyut.

Halaman yang dicari ketemu. Ika dengan centilnya membaca soal tersebut. Soalnya cukup mudah. Aku menerangkan sedikit dan memberitahu rumusnya, kemudian Ika menghitungnya. Sambil menunggu Ika menghitung, mataku mencuri pandang ke buah dada Ika. Uhhh… ranum dan segarnya.

“Kok sepi? Mamah, Ema, dan Nur sudah tidur?” tanyaku sambil menelan ludah. Kalau bapaknya gak aku tanyakan karena dia bekerja di Cirebon yang pulangnya setiap akhir pekan.

“Sudah. Mamah sudah tidur jam setengah delapan tadi. Kemudian Erna dan Nur berangkat tidur waktu Ika bermain-main kalkulator tadi,” jawab Ika dengan tatapan mata yang menggoda.

Hasratku mulai naik. Kenapa gak kusetubuhi saja si Ika. Mumpung sepi. Orang-orang di rumahnya sudah tidur. Kamar kos sebelah sudah sepi dan sudah mati lampunya. Berarti penghuninya juga sudah tidur.

Kalau kupaksa dia meladeni hasratku, tenaganya gak akan berarti dalam melawanku. Tetapi mengapa dia akan melawanku? jangan-jangan dia ke sini justru ingin bersetubuh denganku. Soal tanya Matematika, itu hanya sebagai atasan saja.

Bukankah dia menyempatkan ganti baju, dari atasan you can see ke atasan yang memamerkan separuh toketnya? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan gak memakai bra? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan memakai parfum dan lipstik? Apa lagi artinya kalau gak menyodorkan din?

Tiba-tiba Ika bangkit dan duduk di sebelah kananku.

“Mas Rey… ini benar nggak?” tanya Ika.

Ada kekeliruan di tengah jalan saat Ika menghitung. Antara konsentrasi dan menahan nafsu yang tengah berkecamuk, aku mengambil pensil dan menjelaskan kekeliruannya. Tiba-tiba Ika lebih mendekat ke arahku, seolah mau memperhatikan hal yang kujelaskan dan jarak yang lebih dekat. Akibatnya… gumpalan daging yang membusung di dadanya itu menekan lengan tangan kananku. Terasa hangat dan lunak, namun ketika dia lebih menekanku terasa lebih kenyal.

Dengan sengaja lenganku kutekankan ke toketnya.

“Ih… Mas Rey nakal deh tangannya,” katanya sambil merengut manja. Dia pura-pura menjauh.

“Lho, yang salah kan Neng Ika duluan. Buah dadanya menyodok-nyodok lenganku,” jawabku.

lka cemberut. Dia mengambil buku dan kembali duduk di hadapanku. Dia terlihat kembali membetulkan yang kesalahan, namun menurut perasaanku itu hanya berpura-pura saja. Aku merasa semakin ditantang. Kenapa aku gak berani? Memangnya aku impoten? Dia sudah berani datang ke sini malam-malam sendirian. Dia menyempatkan pakai parfum.

Dia sengaja memakai baju atasan yang memamerkan gundukan toket. Dia sengaja gak pakai bra. Artinya, dia sudah mempersilakan diriku untuk menikmati kemolekan tubuhnya. Tinggal aku yang jadi penentunya, mau menyia-siakan kesempatan yang dia berikan atau memanfaatkannya. Kalau aku menyia-siakan berarti aku band!

Aku pun bangkit. Aku berdiri di atas lutut dan mendekatinya dari belakang. Aku pura-pura mengawasi dia dalam mengerjakan soal. Padahal mataku mengawasi tubuhnya dari belakang. Kulit punggung dan lengannya benar-benar mulus, tanpa goresan sedikitpun. Karena padat tubuhnya, kulit yang kuning langsat itu tampak licin mengkilap walaupun ditumbuhi oleh bulu-bulu rambut yang halus.

Kemudian aku menempelkan k0ntolku yang menegang ke punggungnya. Ika sedikit terkejut ketika merasa ada yang menempel punggungnya.

“Ih… Mas Rey jangan begitu dong…,” kata Ika manja.

“Sudah… udah-udah… Aku sekedar mengawasi pekerjaan Neng Ika,” jawabku.

lka cemberut. Namun dengan cemberut begitu, bibir yang sensual itu malah tampak menggemaskan. Sungguh sedap sekali bila dikulum-kulum dan dilumat-lumat. Ika berpura-pura meneruskan pekerjaannya. Aku semakin berani. K0ntolku kutekankan ke punggungnya yang kenyal. Ika menggelinjang.

Gak tahan lagi tubuh Ika kurengkuh dan kurebahkan di atas karpet. Bibirnya kulumat-lumat, sementara kulit punggungnya kuremas-remas. Bibir Ika mengadakan perlawanan, mengimbangi kuluman-kuluman bibirku yang diselingi dengan permainan lidahnya. Terlihat bahkan dalam masalah ciuman Ika yang masih kelas tiga SMA sudah sangat mahir. Bahkan mengalahkan kemahiranku.

Beberapa saat kemudian ciumanku berpindah ke lehernya yang jenjang. Bau harum terpancar dan kulitnya. Sambil kusedot-sedot kulit lehernya dengan hidungku, tanganku berpindah ke buah dadanya. Buah dada yang gak dilindungi bra itu terasa kenyal dalam remasan tanganku. Kadang-kadang dan batik kain licin baju atasannya, putingnya kutekan-tekan dan kupelintir-pelintir dengan jari-jari tanganku. Puting itu terasa mengeras.

“Mas Rey Mas Rey buka baju saja Mas Rey…,” rintih Ika. Tanpa menunggu persetujuanku, jari-jari tangannya membuka Ikat pinggang dan ritsleteng celanaku. Aku mengimbangi, tall baju atasannya kulepas dan baju tersebut kubebaskan dan tubuhnya. Aku terpana melihat kemulusan tubuh atasnya tanpa penutup sehelai kain pun.

Buah dadanya yang padat membusung dengan indahnya. Ditimpa sinar lampu neon ruang tamu, toketnya kelihatan amat mulus dan licin. Putingnya berdiri tegak di ujung gumpalan toket. Putingnya berwarna pink kecoklat-coklatan, sementara puncak bukit toket di sekitarnya berwarna coklat tua dan sedikit menggembung dibanding dengan permukaan kulit toketnya.

Celana panjang yang sudah dibuka oleh Ika kulepas dengan segera. Menyusul. kemeja dan kaos singlet kulepas dan tubuhku. Kini aku cuma tertutup oleh celana dalamku, sementara Ika tertutup oleh rok span ketat yang mempertontonkan bentuk pinggangnya yang ramping dan bentuk pinggulnya yang melebar dengan bagusnya.

Ika pun melepaskan rok spannya itu, sehingga pinggul yang indah itu kini hanya terbungkus celana dalam minim yang tipis dan berwarna pink. Di daerah bawah perutnya, celana dalam itu gak mampu menyembunyikan warna hitam dari jembut lebat Ika yang terbungkus di dalamnya. Juga, beberapa helai jembut Ika tampak keluar dan lobang celana dalamnya.

lka memandangi dadaku yang bidang. Kemudian dia memandang ke arah k0ntolku yang besar dan panjang, yang menonjol dari balik celana dalamku. Pandangan matanya memancarkan nafsu yang sudah menggelegak. Perlahan aku mendekatkan badanku ke badannya yang sudah terbaring pasrah. Kupeluk tubuhnya sambil mengulum kembali bibirnya yang hangat.

Ika pun mengimbanginya. Dia memeluk leherku sambil membalas kuluman di bibirnya. Toketnya pun menekan dadaku. Toket itu terasa kenyal dan lembut. Putingnya yang mengeras terasa benar menekan dadaku. Aku dan Ika saling mengulum bibir, saling menekankan dada, dan saling meremas kulit punggung dengan penuh nafsu.

Ciumanku berpindah ke leher Ika. Leher mulus yang memancarkan keharuman parfum yang segar itu kugumuli dengan bibir dan hidungku. Ika mendongakkan dagunya agar aku dapat menciumi segenap pori-pori kulit lehernya.

“Ahhh… Mas Rey… Ika sudah menginginkannya dan kemarin… Gelutilah tubuh Ika… puasin Ika ya Mas Rey…,” bisik Ika terpatah-patah.

Aku menyambutnya dengan penuh antusias. Kini wajahku bergerak ke arah toketnya. Toketnya begitu menggembung dan padat. namun berkulit lembut. Bau keharuman yang segar terpancar dan pori-porinya. Agaknya Ika tadi sengaja memakai parfum di sekujur toketnya sebelum datang ke sini. Aku menghirup kuat-kuat lembah di antara kedua bukit toketnya itu.

Kemudian wajahku kugesek-gesekkan di kedua bukit toket itu secara bergantian, sambil hidungku terus menghirup keharuman yang terpancar dan kulit toket. Puncak bukit toket kanannya pun kulahap dalam mulutku. Kusedot kuat-kuat toket itu sehingga daging yang masuk ke dalam mulutku menjadi sebesar-besarnya. Ika menggelinjang.

“Mas Rey… ngilu… ngilu…,” rintih Ika.

Gelinjang dan rintihan Ika itu semakin membangkitkan hasratku. Kuremas bukit toket sebelah kirinya dengan gemasnya, sementara puting toket kanannya kumainkan dengan ujung lidahku. Puting itu kadang kugencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi.

Kemudian secara mendadak kusedot kembali toket kanan itu kuat-kuat. sementara jari tanganku menekan dan memelintir puting toket kirinya. Ika semakin menggelinjang-gelinjang seperti ikan belut yang memburu makanan sambil mulutnya mendesah-desah.

“Aduh mas Booob… ssshh… ssshhh… ngilu mas Booob… ssshhh… geli… geli…,” cuma kata-kata itu yang berulang-ulang keluar dan mulutnya yang merangsang, Bandar Poker  Terbaik.

Aku gak puas dengan hanya menggeluti toket kanannya. Kini mulutku berganti menggeluti toket kiri. sementara tanganku meremas-remas toket kanannya kuat-kuat. Kalau toket kirinya kusedot kuat-kuat. tanganku memijit-mijit dan memelintir-pelintir puting toket kanannya. Sedang bila gigi dan ujung lidahku menekan-nekan puting toket kiri, tanganku meremas sebesar-besarnya toket kanannya dengan sekuat-kuatnya.

“Mas Booob… kamu nakal…. ssshhh… ssshhh… ngilu mas Booob… geli…” Ika gak henti-hentinya menggelinjang dan mendesah manja.

Setelah puas dengan toket, aku meneruskan permainan lidah ke arah perut Ika yang rata dan berkulit amat mulus itu. Mulutku berhenti di daerah pusarnya. Aku pun berkonsentrasi mengecupi bagian pusarnya. Sementara kedua telapak tanganku menyusup ke belakang dan meremas-remas pantatnya yang melebar dan menggembung padat.

Kedua tanganku menyelip ke dalam celana yang melindungi pantatnya itu. Perlahan-lahan celana dalamnya kupelorotkan ke bawah. Ika sedikit mengangkat pantatnya untuk memberi kemudahan celana dalamnya lepas. Dan dengan sekali sentakan kakinya, celana dalamnya sudah terlempar ke bawah.

Saat berikutnya, terhamparlah pemandangan yang luar biasa merangsangnya. Jembut Ika sungguh lebat dan subur sekali. Jembut itu mengitari bibir vagina yang berwarna coklat tua. Sambil kembali menciumi kulit perut di sekitar pusarnya, tanganku mengelus-elus pahanya yang berkulit licin dan mulus. Elusanku pun ke arah dalam dan merangkak naik.

Sampailah jari-jari tanganku di tepi kiri-kanan bibir luar vaginanya. Tanganku pun mengelus-elus vaginanya dengan dua jariku bergerak dan bawah ke atas. Dengan mata terpejam, Ika berinisiatif meremas-remas toketnya sendiri. Tampak jelas kalau Ika sangat menikmati permainan ini.

Perlahan kusibak bibir vagina Ika dengan ibu jari dan telunjukku mengarah ke atas sampai kelentitnya menongol keluar. Wajahku bergerak ke vaginanya, sementara tanganku kembali memegangi toketnya. Kujilati kelentit Ika perlahan-lahan dengan jilatan-jilatan pendek dan terputus-putus sambil satu tanganku mempermainkan puting toketnya.

“Au Mas Rey… shhhhh… betul… betul di situ mas Rey… di situ… enak mas… shhhh…,” Ika mendesah-desah sambil matanya merem-melek. Bulu alisnya yang tebal dan indah bergerak ke atas-bawah mengimbangi gerakan merem-meleknya mata. Keningnya pun berkerut pertanda dia sedang mengalami kenikmatan yang semakin meninggi.

Aku meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan-jilatan panjang dan lubang anus sampai ke kelentitnya.

Karena gerakan ujung hidungku pun secara berkala menyentuh vagina Ika. Terasa benar bahkan dinding vaginanya mulai basah. Bahkan sebagian cairan vaginanya mulai mengalir hingga mencapai lubang anusnya. Sesekali pinggulnya bergetar. Di saat bergetar itu pinggulnya yang padat dan amat mulus kuremas kuat-kuat sambil ujung hidungku kutusukkan ke lobang vaginanya.

“Mas Booob… enak sekali mas Rey…,” Ika mengerang dengan kerasnya. Aku segera memfokuskan jilatan-jilatan lidah serta tusukan-tusukan ujung hidung di vaginanya. Semakin lama vagina itu semakin basah saja. Dua jari tanganku lalu kumasukkan ke lobang vaginanya. Setelah masuk hampir semuanya, jari kubengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup terasa agar kena ‘G-spot’-nya. Dan berhasil!

“Auwww… mas Rey…!” jerit Ika sambil menyentakkan pantat ke atas. sampai-sampai jari tangan yang sudah terbenam di dalam vagina terlepas. Perut bawahnya yang ditumbuhi bulu-bulu jembut hitam yang lebat itu pun menghantam ke wajahku. Bau harum dan bau khas cairan vaginanya merasuk ke sel-sel syaraf penciumanku, SumoQQ.

Aku segera memasukkan kembali dua jariku ke dalam vagina Ika dan melakukan gerakan yang sama. Kali ini aku mengimbangi gerakan jariku dengan permainan lidah di kelentit Ika. Kelentit itu tampak semakin menonjol sehingga gampang bagiku untuk menjilat dan mengisapnya.

Ketika kelentit itu aku gelitiki dengan lidah serta kuisap-isap perlahan, Ika semakin keras merintih-rintih bagaikan orang yang sedang mengalami sakit demam. Sementara pinggulnya yang amat aduhai itu menggial ke kiri-kanan dengan sangat merangsangnya.

“Mas Rey… mas Rey… mas Rey…,” hanya kata-kata itu yang dapat diucapkan Ika karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi.

Permainan jari-jariku dan lidahku di vaginanya semakin bertambah ganas. Ika sambil mengerang-erang dan menggeliat-geliat meremas apa saja yang dapat dia raih. Meremas rambut kepalaku, meremas bahuku, dan meremas toketnya sendiri.

“Mas Rey… Ika sudah gak tahan lagi… Masukin k0ntol saja mas Rey… Ohhh… sekarang juga mas Rey…! Sshhh. . . ,“ erangnya sambil menahan nafsu yang sudah menguasai segenap tubuhnya.

Namun aku gak perduli. Kusengaja untuk mempermainkan Ika terlebih dahulu. Aku mau membuatnya orgasme, sementara aku masih segar bugar. Karena itu lidah dan wajahku kujauhkan dan vaginanya. Kemudian kocokan dua jari tanganku di dalam vaginanya semakin kupercepat.

Gerakan jari tanganku yang di dalam vaginanya ke atas-bawah, sampai terasa ujung jariku menghentak-hentak dinding atasnya secara perlahan-lahan. Sementara ibu jariku mengusap-usap dan menghentak-hentak kelentitnya. Gerakan jari tanganku di vaginanya yang basah itu sampai menimbulkan suara crrk-crrrk-crrrk-crrk crrrk… Sementara dan mulut Ika keluar pekikan-pekikan kecil yang terputus-putus:

“Ah-ah-ah-ah-ah…”

Sementara aku semakin memperdahsyat kocokan jari-jariku di vaginanya, sambil memandangi wajahnya. Mata Ika merem-melek, sementara keningnya berkerut-kerut.

Crrrk! Crrrk! Crrek! Crek! Crek! Crok! Crok! Suara yang keluar dan kocokan jariku di vaginanya semakin terdengar keras. Aku mempertahankan kocokan tersebut. Dua menit sudah si Ika mampu bertahan sambil mengeluarkan jeritan-jeritan yang membangkitkan nafsu. Toketnya tampak semakin kencang dan licin, sedang putingnya tampak berdiri dengan tegangnya.

Sampai akhirnya tubuh Ika mengejang hebat. Pantatnya terangkat tinggi-tinggi. Matanya membeliak-beliak. Dan bibirnya yang sensual itu keluar jeritan hebat, “Mas Booo00oob …!“ Dua jariku yang tertanam di dalam vagina Ika terasa dijepit oleh dindingnya dengan kuatnya.

Seiring dengan keluar masuknya jariku dalam vaginanya, dan sela-sela celah antara tanganku dengan bibir vaginanya terpancarlah semprotan cairan vaginanya dengan kuatnya. Prut! Prut! Pruttt! Semprotan cairan tersebut sampai mencapai pergelangan tanganku.

Beberapa detik kemudian Ika terbaring lemas di atas karpet. Matanya memejam rapat. Tampaknya dia baru saja mengalami orgasme yang begitu hebat. Kocokan jari tanganku di vaginanya pun kuhentikan. Kubiarkan jari tertanam dalam vaginanya sampai jepitan dinding vaginanya terasa lemah. Setelah lemah. jari tangan kucabut dan vaginanya. Cairan vagina yang terkumpul di telapak tanganku pun kubersihkan dengan kertas tissue.

Ketegangan k0ntolku belum juga mau berkurang. Apalagi tubuh telanjang Ika yang terbaring diam di hadapanku itu benar-benar aduhai. seolah menantang diriku untuk membuktikan kejantananku pada tubuh mulusnya.

Aku pun mulai menindih kembali tubuh Ika, sehingga k0ntolku yang masih di dalam celana dalam tergencet oleh perut bawahku dan perut bawahnya dengan enaknya. Sementara bibirku mengulum-kulum kembali bibir hangat Ika, sambil tanganku meremas-remas toket dan mempermainkan putingnya. Ika kembali membuka mata dan mengimbangi serangan bibirku. Tubuhnya kembali menggelinjang-gelinjang karena menahan rasa geli dan ngilu di toketnya.

Setelah puas melumat-lumat bibir. wajahku pun menyusuri leher Ika yang mulus dan harum hingga akhirnya mencapai belahan dadanya. Wajahku kemudian menggeluti belahan toketnya yang berkulit lembut dan halus, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah toketnya.

Segala kelembutan dan keharuman belahan dada itu kukecupi dengan bibirku. Segala keharuman yang terpancar dan belahan toket itu kuhirup kuat-kuat dengan hidungku, seolah gak rela apabila ada keharuman yang terlewatkan sedikitpun.

Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan toket itu. Kemudian bibirku bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri. Kuciumi bukit toket yang membusung dengan gagahnya itu. Dan kumasukkan puting toket di atasnya ke dalam mulutku.

Kini aku menyedot-sedot puting toket kiri Ika. Kumainkan puting di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit toket di sekitar puting yang berwarna coklat.

“Ah… ah… mas Rey… geli… geli …,“ mulut indah Ika mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. bagaikan desisan ular kelaparan yang sedang mencari mangsa.

Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas-remas toket kanan Ika yang montok dan kenyal itu. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada putingnya.

“Mas Rey… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu… ngilu…”

Aku semakin gemas. Toket aduhai Ika itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang kusedot besarnya-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya putting susunya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah.

Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil puting yang mencuat gagah di puncaknya.

“Ah… mas Rey… terus mas Rey… terus… hzzz… ngilu… ngilu…” Ika mendesis-desis keenakan. Hasratnya tampak sudah kembali tinggi. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kini semakin sening fnekuensinya.

Sampai akhirnya Ika gak kuat mehayani senangan-senangan keduaku. Dia dengan gerakan eepat memehorotkan celana dalamku hingga tunun ke paha. Aku memaklumi maksudnya, segera kulepas eelana dalamku. Jan-jari tangan kanan Ika yang mulus dan lembut kemudian menangkap k0ntolku yang sudah berdiri dengan gagahnya. Sejenak dia memperlihatkan rasa terkejut.

“Edan… mas Rey, edan… K0ntolmu besar sekali… K0ntol pacan-pacanku dahulu dan juga k0ntol kak Dai gak sampai sebesar in Edan… edan…,” ucapnya terkagum-kagum.

Sambil membiankan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketnya, jan-jari lentik tangan kanannya meremasremas perlahan k0ntolku secara berirama, seolah berusaha mencari kehangatan dan kenikmatan di hiatnya menana kejantananku. Remasannya itu mempenhebat vohtase dam rasa nikmat pada batang k0ntolku.

Sunday, August 27, 2017

Kenikmatan Yang Kudapat Dengan Threesome


   Kawan SMA ku dulu yg bernama Galang kini menjadii swamiku kita Dekaruniiai anak anak yg sudah remaja sekarang dan sekolah dii luar kota , sekarang tiinggallah kita berdua dii rumah terasa sepii , swamiku yg bekerja sbg karyawan PMA sehiinga kehiidupan kita sudah cukup.

Aqu juga hobii dgn pergii ke salon unutk merawat badanku walaupun wajahku biiasa saja tetapi kata orang bodyku enggak membosankan apabila diiliihat, swamiku selalu memujii dgn kata kata gombalnya

“harii ini kamu cantiik baget saygku”

Swamiku senang olah raga rambut tangkis dan golf kalau badan enggak terlalu tiinggii 165 cm tetapi cukup atletiis dgn berat badan 63 kg. Urusan diikasur sebenarnya aqu cukup bahagiia kerana swamiku orangnya telaten dan sabar diia selalu memberiikan kesempatan dulu padaqu untuk klimaks sesudah iitu baru diia melaqukan penetrasii sampai aqu klimaks yg kedua.

Pengalaman ini terjadii kerana rasa kesepiianku dii rumah sendiirii akhiirnya aqu usul untuk meneriima kost toh kamar anakku 2 kamar enggak ada yg nempatii.

Akhiirnya swamiku setuju diia yg carii dan kebetulan ada kawan kenalannya seorang pengusaha yg biiasa mondar-mandiir Jakarta ke kotaqu kerana ada anak perusahaannya dii kotaqu. Pertiimbangannya darii pada ke hotel boros kerana kadang harus sampai dua miinggu. Namanya Kendro (samaran) keturunan arab dgn ciina orangnya tiinggii (176 cm 76 kg) besar dgn kuliit putiih tetapi wajah arab kayak Omar Syariif dgn rambut diiseluruh badannya, orangnya sangat santun.

Kita cepat akrab bahkan sepertii keluarga sendiirii kerana makan malam kita selalu bersama bahkan pada waktu lapor Pak RT kita mengaqu sbg saudara. Oh iiya aqu panggiilnya Dek kerana umurnya baru 38 tahun.

Bahkan apabila swamiku dan Aqu pergii berliibur ke Tawangmangu atau Bandungan dan pas ada dii kotaqu iia kita ajak. Begiitu akrabnya kita sehiingga tak jarang Kendro juga membantu kalau ada kerepotan diirumah sehiingga liingkungan taunya memang aDeku.

Untuk seharii-harii sesudah berjalan 3 bulan kita makiin akrab saja bahkan swamiku suatu harii, sewaktu kita ngobrol habiis makan malam.

“Ajaklah IIsteriimu jalan-jalan kemarii Dek Kendro,” celetuk swamiku,

“Biiar diia kenal mbakyumu” lanjutnya, Dek Kendro hanya diiam dan menghela napas panjang.

“Ada apa.. Ada yg salah?” lanjut Mas Galang meliihat gelagat yg kurang enak.

“E.. Anu Mas Aqu sebenarnya aqu duda. iisteriiku meniinggal 3 tahun yg lalu dii rumah cuma ada anak-anak dgn pembantu saja” jawabnya dgn mata berkaca-kaca.

Kita akhiirnya tahu statusnya dan kita miinta suatu sewaktu kalau liiburan sekolah biiar anak-anak diiajak kebetulan anaknya 2 orang masiih 7 tahun dan 4 tahun.

Sejak iitu keakraban kita tambah dekat bahkan swamiku seriing membiisiikii aqu kalau keturunan arab biiasanya barangnya besar dan panjang.

Aqupun merasa Dek Kendro makiin memperhatiikan aqu, pernah aqu diibawakan hadiiah liiontiin permata yg cantiik. Bahkan seharii-harii kita makiin terbuka miisalnya diitengah guyonan, kadang kadang Dek Kendro seolah mau memelukku dan bahkan sembunyii-sembunyii beranii menciiumii piipiiku kalau mau pamiit pulang Jakarta.

Demiikiian pula sebaliiknya Mas Galang seolah membiiarkan kita bercengkarama kadang kadang bahkan ngomporii,

“Ooo mbak yumu iitu biiar STW tetapi malah tambah pulen (maksudnya kemaluannya) lho Dek Kendro” kalau sudah begiitu aqu yg merah padam, tetapi untungnya hanya kita bertiiga, SumoQQ.

Sepertii kebiiasan kita, pada harii liibur Sabtu Miinggu kita bertiiga week end dii kebun kita dii Tawangmangu. Walaupun enggak terlalu luas namun kebun ini cukupanlah untuk hiiburan dan cukup nyaman untuk beriistiirahat.

Entah apa sebabnya Mas Galang harii iitu dgn manja tiiduran berbantal pahaqu dii depan Dek Kendro sesudah selesai makan malam sembari menonton TV dan ngobrol kesana kemarii diiruang keluarga.

Kuliiat Mas Galang sangat atraktiif mempertontonkan kemesraannya dii depan dii Kendro. Aqu sebenarnya sedikit kiikuk tetapi kerana sudah sepertii aDek sendiirii aqu biisa mengatasii perasaanku, lagiian Dek Kendro sudah seriing meliihat kemesraan kita seharii-harii diirumah. Kuliihat Dek Kendro acuh saja meliihat tiingkah laqu Mas Galang. Malah akhiirnya Dek Kendro mengambiil inisiiatiif mengambiil kasur darii kamar tiidur untuk diihamparkan ke lantai.

Akhiirnya kitapun menonton TV sembari tiiduran, aqu dan Kendro bersandar diidiindiing berjajar Cuma berjarak setengah meter sedang Mas Galang tiiduran dii pahaqu. Acara yg diitaygkan kebetulan sedikit menyerempet-nyerempet hubungan swami iisterii.

Kuliihat Dek Kendro enggak biisa konsentrasii, iia lebiih seriing mencurii pandang ke arah dadaqu yg saat iitu hanya terbungkus baju terusan, aqu pura-pura nggak tahu tetapi aqu sempat meliihat arah tengah celananya yg aqu yakiin sudah setengah ereksii.

Tiiba-tiiba Mas Galang memeluk pahaqu sembari mengusap usap tonjolan buah dada darii luar baju terusan yg kukenakan, aqu biingung.

“Mas malu ah masa ada Dek Kendro,” protesku sembari melemparkan tangannya kasar.

“Ah nggak apa apa, wong Dii Kendro juga pernah merasakan koq.” sahut Mas Galang sembari senyum penuh artii ke Kendro.

Kendro tersenyum kecut Aqu melengos sebel tetapi jujur saja rabaan Mas Galang membuat aqu on apalagii udara diingiin Tawangmangu yg menusuk tulang.

Sementara Mas Galang malah nekat dan kepalanya yg meniindiih pahaqu diigeser ke arah selangkanganku, sehiingga tak terhiindarkan baju terusanku yg memang pendek makiin tersiingkap sehiingga Kendro makiin leluasa melahap pahaqu yg terbuka lebar..

“Mbak.. Aqu.. Jadii iingiin niih..” Kendro biicara padaqu.

Giila batiinku aqu benar-benar kaya kepiitiing rebus mendengar kata-kata Kendro hampiir saja aqu tampar. Tetapi Mas Galang malah meniimpalii,

“Nggak pa-pa, ya Mam? Kasiihan khan Dek Kendro sudah lama lho nggak merasakan” sahutnya.

“Pap!! apa-apaan siih ini” sahutku nggak kalah seru.

“Papa boleh kok mam, papa iiklas please, ..!” piintanya sembari mengediip ke Dek Kendro.

Rupanya Kendro tanggap langsung saja diia miiriingkan badannya, kerana jarak kita cuma sejengkal maka langsung diirengkuhnya belakang kepalaqu dan diiciiumnya mulutku dgn paksa. Aqu iingiin menolak tetapi Mas Galang memegang tanganku dan meraba tengah CD ku aqu terombang-ambiing antara nafsu dan niilai yg ada dalem diiriiku tetapi aqu makiin terangsang, tanpa sadar malah kumiiriingkan badanku menghadap Dek Kendro sehiingga aqu biisa berhadapan.

Meliihat reaksiiku tanpa segan Dek Kendro menyelusupkan tangannya diibaliik baju terusanku untuk meremas remas buah dadaqu, sementara Mas Galang tangannya sudah masuk CD untuk mengelus elus kelentitku yg menjadii tiitiik kelemahanku.

Mendapat seranngan dua orang sekaliigus khayalanku melambung tiinggii ada keniikmatan yg tiiada tara. Kucoba memberaniikan diirii meraba perut Kendro dan turun kebawah pusar, ada rasa penasaran iingiin tahu ukuran barangnya.

WAU.. luar biiasa!!! rupannya sudah berdiirii keras dan enggak pakai CD lagii tanganku tak biisa memegang semuanya genggamanku penuh iitupun baru separonya.

Sewaktu iitu Mas Galang melepaskan seluruh pakaiannya dan mencopotii baju terusanku, Kendro melepaskan pakainnya juga dan menggeser posiisiinya merapat ke arahku darii sebelah kiirii kita berhadapan, sedangkan Mas Galang memiiriingkan badannya yg bugiil sebelah kanan (belakangku).

Sehiingga dgn sendiiriinya kemaluan Mas Galang yg sudah kencang menempel bokongku dan kemaluan Kendro yg luar biiasa panjang dan besar menempel pahaqu kerana Kendro tak mau melepaskan pelukannya padaqu jadii Mas Galang hanya merogoh kemaluanqu darii belakang.

Kendro menciiumii diiriiku sembari mengelus buah dada penuh nafsu, kuliihat Kendro yg penuh dgn gairah, aqu iikut terhanyut. Aqu tak sempat berfiikiir macam macam, nafsuku sudah mendomiinasii piikiiranku, kuniikmatii apa yg diilaqukan Kendro padaqu tanpa menghiiraukan Mas Galang yg meremas-remas bokongku, dan mengelus kemaluanqu yg sudah basah.

Aqu mendesiis desiis tak karuan kerana keenakan dgn tangan kanannya Kendro mendekap punggungku erat erat, sedangkan tangan kiiriinya mulai menyiibak kemaluanqu rupanya diia sudah nggak tahan iingiin memasukkan kemaluannya ke kemaluanqu.

Diituntunnya kemaluannya ke arah lubang kemaluanqu, dan dalem tempo siingkat aqu sudah melayg kelangiit ke tujuh meniikmatii kemaluan Dek Kendro yg panjang besar ada walaupun rasa periih dan penuh menyesak dii kemaluanqu namun keniikmatan yg kurasakan mampu membuatku melupakan rasa periih kemaluanqu.

Otomatiis jepiitan lobang kemaluanku makiin jadii dan denyutan-denyutan kemaluanqu yg selama ini diipuja oleh Mas Galang diirasakan oleh Kendro.

“Oh Mbak kemaluanmu luar biiasa, benar-benar pulen Mbak” biisiik Kendro sembari mulai memompa batang kemaluannya secara riitmiis.

Sementara aqu mengiimbangii mengocoknya perlahan lahan, Kendro mendesiis desiis keenakan, kini wajah Kendro menghadap ke arahku dgn matanya yg terpejam sungguh tampan sekalii apalagii desiisanya membuatku benar-benar melayg.

Gesekan rambut dada dii ujung ujung pentilku membuatku sepertii kesetrum liistriik riibuan watt. Sesudah hampiir sepuluh meniit Kendro memompa kemaluanquaqu mulai kesetanan mau meledak tetapi diia mulai mengendurkan pelukannya.

“Gantii posiisii yuk Mbak, nggak adiil kan masa yg punya (Mas Galang maksudnya) nggak kebagiian” biisiik Kendro padaqu.

Kendro melepaskan kemaluannya darii kemaluanqu pelan-pelan terasa ada yg hiilang darii selanggkanganku, Kendro berdiirii sembari membiimbiingku Mas Galang masiih iikut diibelangku sembari meremasii pantatku.

Aqu menoleh memandang swamiku penasaran iingiin tahu reaksiinya, tetapi ternyata kuliihat Mas Galang begiitu bahagiia bahkan diia tersenyum.

“Kiita main bersamaan ya Mas?” ajak Kendro pada swamiku.

Kendro mengambiil posiisii duduk bersandar dii sofa dgn paha mengangkang, tampak kemaluannya yg besar panjang dan kokoh dgn topii baja yg mengkiilat kerana cairan kemaluanqu berdiirii sepertii prajuriit siiap serbu, kemudiian iia menyuruhku mengangkang diiatasnya dgn menumpangkan pahaqu pada pahanya sembari membelakangiinya.

Perlahan-lahan aqu turunkan bokongku dan Kendro membiibiing kemaluannya untuk memasukii kemaluanqu,

“bles, ahh..” Rasanya tambah niikmat dan sudah nggak periih lagii.

Dgn posiisii begiitu maka darii depan mencuatlah kelentitku yg sudah keras dan kencang, perlahan- lahan aqu mulai memompa dgn menaik turunkan bokongku, meliihat pemandangan sepertii iitu Mas Galanglangsung duduk jongkok dii depanku oh.. IIa menjiilatii kelentitku yg terbiiar menantang.

Oh.. Luar biiasa sensasii yg tiimbul seluruh badanku bergetar kurasakan kemaluanqu makiin berdenyut keras, kuraih kepala Mas Galang kurapatkan ke selangkanganku sementara Kendro terus menyodokku darii bawah.

“Ahh.. Aqu mau meledak.. Mas.. Aqu mau meladak..!!”

Kendro menggeram kerana kemaluannya kucengkeram dgn denyutan kemaluanqu yg makiin kuat,. Dan dgn sembari meremas-remas buah dadaku, kurasakan kemaluan Kendro dalem kemaluanqu berdenyut keras..

“ Ahh Mbak aqu mau keluar..”

Diitariiknya ujung pentilku sembari menyodokku darii bawah kuat-kuat sementara Mas Galang melumat kelentitku aqu benar-benar enggak biisa menggambarkan keniikmatan yg kudapat sewaktu kemaluan Kendro menyemburkan air maninya ke dalem kemaluanqu bersamaan klimaksku dan hiisapan-hiisapan pada kelentitku.

Belum selesai sensasiiku Mas Galang menariikku dan memiintaqu nunggiing ini kebiiasaan Mas Galang diia mau memompaqu kalau aqu sudah klimaks katanya enak sekalii keKendron-keKendron kemaluanqu kalau klimaks.

Aqu mengambiil posiisii nunggiing dgn bertumpu pada kedua paha Kendro pas kemaluannya yg berlendiir-lendiir dii mukaqu langsung saja aqu bersiihkan sementara Mas Galang mulai memasukkan kemaluannya yg walaupun enggak panjang tetapi kepalanya sangat leber sehiingga sepertii klep pompa.

Kurasakan sensasii yg lebiih hebat lagii sewaktu Mas Galang mulai memompaqu darii belakang. Hampiir saja kugiigiit kemaluan Kendro kalau saja Kendro enggak berteriiak, mengaduh. Entah aqu merasa enggak kuat lagii menahan ledakankanku yg beriikutnya dan segara saat kemaluan Mas Galang mulai berkedut-kedut akan menyemburkan air maninya aqupun juga merasakan diiriiku akan meledak lagii, Bandar Poker Terbaik.

Dan aahh dgn teriiakan panjang Mas Galang menyemprotkan air maninya ke dalem kemaluanqu. Aqu segera berbaliik untuk membersiihkan kemaluan Mas Galang, rasa air mani dua orang lakii-lakii yg bercampur membuat liidah merasa aneh dan asiing.

Kita terkulai lemas tetapi aqu merasa lapar dgn tetap bugiil aqu kedapur untuk masak kuliihat dua orang lakii-lakii iitu berpelukan saliing menepuk punggung.

“Gimana Dek?” lamat lamat kudgn suara Mas Galang menanyakan kesannya pada Kendro.

“Wah luar biiasa Mas, aqu nggak nygka kalau Mbak Riin.. Begiitu hebat, pantas Mas Galang enggak pernah jajan,” tiimpal Kendro.

“Begini aja Dek, Dek Kendro nggak usah sungkan lagii sekarang ini mbakyumu ya iisteriimu, tetapi janjii Dek Kendro nggak boleh jajan, aqu jiijiik kalau mbaygkan Dek Kendro jajan,” sambung Mas Galang.

“Sumpah Mas aqu nggak pernah jajan sepeniinggal iisteriiku, pernah pembantuku aqu pakai iitupun Cuma sekalii selebiihnya aqu pake alat,” lanjut Kendro.

“Jadii janjii betulan lho Dek, dan kiita nggak boleh cemburu, satu sama lain..”

“Eh.. Enak aja ngomongiin nasiib orang nggak ngajak yg diiomongiin” aqu langsung protes nglendot dii pangkuan Mas Galang.

“Tetapi Mama setujukann..” lanjut swamiku.

“Mmm.. Giimana.. Ya.. Mmm” sengaja kubuat-buat jawabanku aqu iingiin meliihat reaksii Kendro.

“Maaf Mbak, kalau Mbak nggak setuju aqu nggak pa-pa kok Mbak” Kendro memelas.

“Habiis.. Habiis..” jawabku nggak kulanjutkan.

“Habiis apa Mbak?” Kendro panasaran.

“Habiis.. E n a a k hii.. Hii.. Hii” jawabku sembari cekiikiikan.

Kendro langsung menubrukku yg masiih diipangkuan Mas Galang, tanpa sungka lagii diiciiumnya iibiirku diiremasnya dadaqu kuliihat kemaluannya sudah ngacung. “Eh.. Makan duluu.. Ah aqu lapar niih.. Nasii goreng sudah masak tuh dii meja” piintaqu.

Kendro menghentiikan cumbuannya terus membopongku kekursii makan sembari memangkuku diia menghadapii meja makan sementara Mas Galang mengiikutii darii belakang dan mereka duduk beriimpiitan kursii.

Aqu membagii bokongku diiatas kedua paha mereka yg berhiimpiitan satu berrambut yg satu sedikit liiciin. Mereka dgn sabar bergantiian menyuapii aqu. Aqu benar-benar bahagiia mereka berdua sekarang swamiku, yg siiap memuaskanku.

Selesai makan kusiiapkan siikat giigii dan odol buat mereka, aqu mendahuluii membersiihkan diiriiku dii kamar mandii air mani yg keriing berleleran dii pahaqu terasa lengket. Sesudah iitu aqu kekamar utama menyiisiir rambut ku dii depan cermiin.

Tak lama kemudiian kuliihat mereka berdua mengendap-endap beriiriingan masuk kamar aqu seolah tak meliihat. Kurasakan elusan lembut sebuah tangan dgn rambut-rambut halus menelusurii bokongku, bahkan kemudiian mengarah keselangkangan dan mengelus kemaluanqu.

Aqu sudah biisa menduga pemiiliik tangan iitu, dan hatiiku berdesiir sewaktu kuliihat tangan Kendro lah yg sedang mengelus belahan kemaluanqu, dan Mas Galang mengelus batang kemaluannya, sembari mulutnya menciiumii dadaqu.

Sembari berubah posiisii dgn setengah duduk dii depanku Mas Galang siiap dgn selangkanganku yg terbuka lebar memperliihatkan kemaluan merah basah yg sangat iindah, sementara tangan kanannya menggosokan gosokkan kemaluanya, sementara Kendro enggak tiinggal diiam buah dadaqu yg menggantung diiremas remas dan diiciiumii darii belakang.

Kendro merubah posiisiinya dgn duduk dii meja riias dgn kemaluan siiap diimuka mulutku. Sekarang aqu baru biisa mengukur panjangnya kemaluan Kendro yg ternyata ada dua kepalan tanganku dgn kepala sedikit merunciing dan diiameter kepala bajanya lebiih keciil darii punya Mas Galang.

Langsung kugenggam dan ku jiilatii dan kukocok-kocok. Begiitu kulaqukan sampai hampiir setengah jam dan dalem waktu yg enggak terlalu lama gerakan Kendro tak terkendalii, bahkan iia membalas menekan kepala Mas Galang yg sedang mengenyot kelentitku diibawah meja pada saat iitulah Kendro menghentak hentakkan piinggul dan menyorong-nyorongkan kemaluannya diimulutku dan..

“Croot.. Croot.. Croot..”

Air mani Kendro memenuhii kerongkonganku. Diia sudah klimaks. Ini terlalu cepat, padahal aqu merasa masiih belum apa-apa. Kendro terus turun membopongku ke kasur dan Mas Galang sekarang meniindiihku semetara Kendro mempermainkan ku darii bawah ah rupanya mereka sudah kompak untuk kerja sama memuaskan diiriiku.

Mas Galang sudah terlengkup diibadanku, sementara piinggulnya naik turun, mengocok batangnya yg sudah melesak diitelan liiang keniikmatanku. Sekalii kalii tangannya meremas bokongku.

Aqu mulai on lagii dan otot-otot kemaluanqu mulai berdenyut-denyut tetapi tiiba-tiiba Mas Galang menghentiikan kocokannya, dan mencabut kemaluannya, aqu masiih tanggung tetapi aqu memang juga enggak iingiin selesai sekarang, aqu masiih berharap Kendro bangkiit lagii sesudah iistiirahat.

Aqu iingiin Kendro memompaqu dulu baru Mas Galang yg mengakhiirii puncaknya. Tetapi Mas Galang miinta aqu dan Kendro melaqukan 69 dgn posiisii Kendro diibawah begiitu aqu posiisii enam sembiilan Mas Galang menusukku darii belakang dan Kendro gantii yg ngenyot kelentitku.

Sungguh luar biiasa rasanya ber 69 sembari kemaluanqu diipompa aqu tak dapat menahan keniikmatan yg menyerbu lubang kemaluanqu. Denyutan-denyutan mencengkeram makiin keras dan ini yg paliing diisukai Mas Galang, kemudiian kurasakan Mas Galang mulai mencengkeram bokongku dan melenguh sepertii sapii dii sembeliih sembari mempercepat goygannya, semetara mulut Kendro tak hentii menciiumii kelentitku dan liidahnya menerobos kadang masuk ke kemaluanqu diisela kemaluan Mas Galang. Nafasku tersengal, aqu mulai masuk kemasa klimaks.

Tanpa menunggu waktu lagii Mas Galang mempercepat kocokannya, dan kemaluankupun sudah berdenyut denyut kencang, akan segera akan keluar. Mas Galang merengkuh bokonku, makiin kencang, sembari darii mulutnya keluar erangan keniikmatan yg panjang dan kemaluannya diitekan keras ke kemaluanku, diia semprotkan air maninya..

“Crot.. Crot.. Crot” tetapi aqu belum klimaks.

Dan segera berlelehanlah air maniinya menyemprot diidalem kemaluanqu Pada saat yg sama, aqu tak tahan menahan klimaksku, kugenggam kemaluan Kendro kuat-kuat dan kuhiisap sampai batangnya sembari mengejan meniikmatii klimaksku bersama Mas Galang mendapat perlaquan begiitu Kendro juga klimaks kembalii dan menyemburkan maniinya ke mulutku untuk yg kedua kalii.

Keniikmatan yg luar biiasa. Walaupun permainan sudah berakhiir tetapi Mas Galang enggak mau mencopot kemaluanku darii kemaluanqu, aqu paham betul diia paliing suka meniikmatii denyutan kemaluanqu.

“Pah.. Aqu sudah nggak tahan.. Pahaahh.. Eghh.. Eegghh capek niih kasiian Kendro kiita tiindiih”

Malam ini adalah malam pertama aqu merasakan kemaluan orang lain selain punya Mas Galang apalagii kemaluannya lebiih panjang, sebuah pengalaman yg sangat memuaskanku.

Pembaca terhormat masiih banyak pengalaman niikmat yg kualamii bersama ke dua swamiku namun sementara sampai diisini dulu, biila ada kesempatan akan aqu ceritakan lainnya. Sejak kejadiian iitu Kendro miinta jatahnya padaqu setiiap ada Dekotaqu bahkan anak-anaknya seriing diiajak untuk bersama tiinggal Dekotaqu saat liibur agar enggak bolak-baliik.

Saat Kendro ada hampiir tiiap harii sekalii aqu mendapat giiliiran darii Mas Galang dan Kendro kadang kita laqukan treesome kadang hanya berdua saja dgn salah sat darii mereka, dan kita sepakat hanya diilaqukan bertiiga saja.

Pembaca yg terhormat kalau anda waniita diisaygii 2 orang priia percayalah mereka biisa aqur sabar enggak ada rasa cemburu dan yg hebat anda akan diimanja sepertii diiriiku.

Nggak percaya cobalah. Pengalaman ini benar-benar nyata kita sudah 5 tahun bersama tetapi kasiih sayg mereka sangat tulus padaqu. Aqu jadii rajiin jamu dan senam untuk kepuasanku dan kepuasan mereka bagii yg iingiin tanya siilahkan kiiriim email pastii diijawab. Mau coba aqu punya caranya….



Thursday, August 24, 2017

Cerita Sex Perawan Pegawai Salon

Panggil saja aku Weny, umurku 23 tahun. Aku bekerja di salah satu klinik kecantikan. Lulus SMA aku gak meneruskan pendidikanku. Bekerja mencari uang sudah jadi pilihanku. Banyak pengalaman kerja yang aku dapatkan dari yang menjadi pelayan toko penjaga konter semua sudah kurasakan. Pedihnya mencari uang untuk mencukupi kebutuhanku yang semakin hari semakin banyak.

Memenuhi kebutuhan rumah membantu ibuku yang hanya buruh cuci dan setrika. Aku memiliki satu adik yang masih bersekolah di bangku sekolah menengah pertama. Ayahku sudah meninggal 3 tahun yang lalu. Ibuku tulang punggung keluarga jadi mau nggak mau aku harus membantu segala kebutuhan yang ada di rumah. Aku memiliki paras yang cantik kulitku juga putih.


Aku selalu mudah memperoleh pekerjaan, selain penampilanku aku juga pandai berbicara dan menarik perhatian orang. Namun kini aku bekerja di sebuah klinik kecantikan. Padahal aku hanya lulusan SMA gak seperti teman-temanku yang pernah berkuliah dan memiliki pengalaman tentang perawatan wajah. Dulu awalnya interview dengan Pak Kevin yang punya Klinik kecantikan.

Aku memberanikan diri untuk mengirim lamaran di klinik tersebut. Ya aku PD aja percaya jika aku lolos dan bisa bekerja di klinik itu. Penampilanku yang rapi dan menarik perhatian itu membuat aku semakin percaya diri. Waktu interview selama 3 hari dan semua terlewatkan dengan sangat lancar. Apalagi saingan aku wajah dan penampilannya jauh berbeda denganku.

Aku lebih cetar tentunya, setiap kali datang interview semua orang selalu saja memandangiku dari atas hingga ke bawah. Hari ke-3 itu penentuan diterima atau gaknya. Dan saat itu harus berhadapan dengan pemilik klinik yaitu Pak Kevin. Ntah kenapa biasanya aku dapat nomor awal tetapi ini paling akhir. Aku menunggu berjam-jam namun aku harus tetap sabar.

Satu persatu masuk untuk wawancara langsung dengan pemilik klinik itu. Kira-kira 30 0rang sudah memasuki ruangan itu. Masih tersisa 10 lagi rasanya udah kucel make-up ku. Aku bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka dan memakai make-up kembali supaya Fresh. Seger rasanya udah nggak lengket lagi dan kembali dengan ke-PD an ku,

“nona Weny ….” Terdengar suaraku dipanggil dengan lantang

Aku memasuki ruangan yang hanya ada Pak Kevin pemilik klinik. Ketika awal masuk aku berjabat tangan dengannya, tampak wajahnya memandangiku dengan sedikit aneh. Memegang tangangku juga lama sekali setelah itu aku duduk dan diamelepaskan tanganku,

Ketika aku duduk dia masih saja memandangiku dengan tajam. Pria yang kira-kira ber umur 35 tahun itu sepertinya aneh karena selalu memandangiku dengan penuh makna. Aku hanya menundukkan kepala saja, pakaian yang aku kenakan memang seksi sesuai kriteria yang diinginkan. Mungkin dia terpesona dengan kecantikan ku,

“Dengan mbak Weny ya, cantik sekali…”

“Iya pak..hhe terimakasih pak…”

Sekitar 30 menit pak Kevin mewawancarai aku. anehnya lagi pertanyaannya gak sesuai dia bertanya yang menurutku gak begitu penting. Karena lebih kepada kepribadiank namun aku tetap menjawab semua pertanyaannya dengan baik. Sorotan matanya begitu tajam, aku semakin gak mengerti apa yang dia pikirkan. Aku memang berpenampilan sexy dengan lipstick yang merah merona.

Penampilan yang sangat pas jika bekerja di klinik ini,

“Mbak Weny sebenarnya untuk ada satu lagi sessionnya, yaitu cek kesehatan. Disini banyak berhadapan dengan pasien yang berbeda-beda keluhannya. Alat yang digunakan juga gak sembarang alat. Takutnya kesehatan mbak Weny kurang mendukung..”

“Oh gitu ya pak.. saya nurut saja pak yang penting saya bisa diterima sebagai karyawan disini..”

“Silahkan berbaring di tempat tidur yang sudah disediakan saya cuci tangan terlebih dahulu ya mbak…”

Ternyata pas aku lihat papan namanya pak Kevin itu seorang dokter. Pantes aja dia mau ngecek kesehatan tubuhku. Aku langsung saja berbaring ditempat tidur itu. Pak Kevin gak kunjung datang aku gelisah kedinginan ACnya terasa banget. Terdengar pak Kevin sedang mengunci pintu dan kemudian mendekati aku,

“Sebelumnya maaf ya mbak..,” tangan pak Kevin membuka kancing bajuku

Kala itu aku memakai kemeja, jas ketat dan rok mini. Toketku yang besar terlihat menonjol dan aku memakai rok yang sangat mini. Dia membuka kancing bajuku yang paling atas dan memasukkan stetoskop dia sentuh-sentuh dadaku dengan alatnya itu. Terus dia menekan alatnya, heran ngeceknya kok lama sekali. Semakin kebawah mengenai toketku aku merasa geli.

Aku juga pernah periksa ke dokter tapi ini kok lama sekali. Pak Kevin sepertinya ada maksud lain,

“Seksi, putih, bersih dan kenyal…” ucap pak Kevin

“Maksdunya pak????????”

“Kamu sexy aku suka deh sama kamu…” tangannya membelai wajahku

“Apa-apaan ini pak jangan seperti ini pak…” ucapku dengan ketakutan

“Udah nurut aja sama bapak nanti kamu pasti saya terima sebagai karyawan disini…”

“Jangan pak..jangan lakukan ini…”

Tampaknya Pak Kevin gak menghiraukan perkataanku. Dia langsung mendekati dan wajahnya berada didepan wajahku. Aku tampak ketakutan dengan wajah ganas pak Kevin. Bibirnya semakin dekat dengan bibirku dan akhirnya dia mengecup bibirku.

Aku gak bisa menolaknya karena saat itu aku ketakutan dan yang ada dipikiranku aku harus bekerja disini. Terpaksa aku hanya terdiam sementara bibirku terus di kulum dengan lembut. Sesekali kepalaku bergerak dan ciuman itu lepas , namun pak Kevin menarik wajahku kembali dia menciumi bibirku. Tangannya membuka kancing bajuku yang masih tertutup. Posisisex.com Dari atas hingga ke bawah sehingga aku gak mengenakan baju. Dinginny ruangan membuat aku badanku terasa kaku. Sepertinya dia sengaja membuat ruangan ini dingin, SumoQQ,

“Tenang saja Weny malam ini aku akan menghangatkan tubuhmu…”

Aku masih saja terdiam, kemudian pak Kevin meraba toketku. Kedua tangannya meraba-raba toketku hingga tubuhku bergetar karena sangat geli. Lalu dia mendekatkan wajahnya di depan kedua toket dan langsung saja menciumi dengan penuh kenafsuan,

“Aaaaaahhhhhh pak….aaaahhhhhhh……”

Aku sedikit mendesah karena merasakan kenikmatan. Sebelumnya aku pernah melakukan hubungan seks dengan mantan pacar aku. Lama-lama aku merasakan kenikmatan dengan berbagai belaian pak Kevin. Tanpa perlawanan apapun aku hanya terbaring dengan manja. Pak Kevin berada diatasku sebelumnya ida melepas pakaiannya.

Walaupun sudah berumur pak Kevin tampak gagah ketika gak mengenakan baju. Aku lihat kulitnya juga bersih mulus semulus kulitku. Aku lihat k0ntol pak Kevin mulai tegak ketika dia hanya mengenakan celana dalam. Ntah aku juga horny saat itu melihat ke gagahan pak Kevin. Setelah itu pak Kevin langsung saja membuka bra ku dan langsung menciumi toketku.

Putting susuku dijilati dengan lidahnya. Tubuhku semakin bergetar dibuatnya melayang,

“Aaahhhhhhhh….aaaaaaaahhhhhhh….pak….aaaahhhhh…..ooohhh….aaahhhhh……”

Kedua toketku dijilati hingga aku lemas kemudian dia mengulumnya. Seperti bayi yang menyusu ibunya pak Kevin begitu beringas,

“Aaaaagggghhhhhhh…..pak……ooohh…..aaaggghhh….oohhhhh…paaakkk….aaagghhhh….”

Desahan yang bisa aku ucapkan terus dia mencoba membuat aku semakin horny. Tubuhku dibelai dengan sangat lembut dan bibirnya semakin turun kebawah. Pusarku diciumi tubuhku semakin menggeliat manja,

“Aaahhhhh…pak……aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh……”

Lalu dia meraba melepaskan rok miniku secara perlahan. Tangannya meraba-raba vaginaku dari atas hingga ke bawah. Aku semakin tak kuasa menahan hawa nafsu yang sangat memuncak itu. Vaginaku terlihat dengan sedikit bulu jembutku. Jemarinya membuka lipatan demi lipatan vaginaku aku mendesah keras, Bandar Poker Terbaik,

“Aaaaaaaaaaahhhhhhhhh……pak…..aaaaaaaahhhhh nikkmaaatt ahhhh….”

Jemarinya menyusuri bagian demi bagian dan akhirnya salah satu jarinya bisa masuk kedalam lubang vaginaku. Jarinya berhasil masuk dan berputar-putar didalam aku merasaka kenikmatan hingga mengluarkan cairan dari vaginaku,

“Oooohhhh…aaahhh…..aaaaaaahhh….ooohh…..aaaaaakkkhhh…lagi pak….aaaahhhh”

K0ntol pak Kevin memanjang dan siap untuk beraksi. Tampak dia melepaskan jemarinya dan mendekatkan k0ntol tepat didepan mulutku. Dia meminta aku mengulum k0ntol besarnya. Aku memasukkan k0ntol itu ke dalam mulut dan aku kulum dengan lembut,

“Ooohhh enak sekali….aaahhh lebih masukkk lagi aaaaahhhhh….”

Tangan pak Kevin menekan kepalaku agar lebih menunduk dan seluruh k0ntolnya mausk ke dalam mulutku. Sambil aku kocok k0ntolnya dia tampak merasakan kenikmatan yang lebih. Dengan tiba-tiba dia melepas k0ntolnya dan dia gesek-gesekkan di vaginaku. Perlahan dia masukkan k0ntolnya ked alma lubang kenikmatanku.

Perlahan tapi pasti karena sudah gak perawan lagi vaginaku mudah untuk dimasuki,

“Aaahhhhhhh…..aaaahhhhh…..aaaaahhh………”

Dia menekan k0ntolnya agar masuk kedalam vaginaku. Masuklah seluruh batang k0ntol pak Kevin ke dalam vaginaku. Dia menekan terus k0ntolnya hingga mentok ke dalam vaginaku,

“Aaaahhhh…oohhh aakkkhbhhh pak….aaaahhh…ooohhh…terus pak….”

Kakiku diangkat ke atas dan mengangkang lebar. K0ntolnya keluar masuk membuat aku semakin memuncak. Tangan pak Kevin gak henti-hentinya meremas toketku dengan keras. Tubuhku menggeliat manja saat itu. Gerakan semakin keras k0ntol seras gak bisa keluar lagi, tertancap di dalam vaginaku. Keringat bercucuran dingin berubah menjadi kehangatan,

“Ooohhhhh….aaahhh….ooohhh…aahhh…ooohhhhhhhhhh………”

Aku beberapa kali mengeluarkan cairan dari vaginaku. Terlihat sangat basah aku sangat merasakan kenikmatan yang lebih. Tak lama kemudian pak Kevin menegeluarkan pejuhnya,

“Cccccrrrrooooootttt….ccccrrrrooooootttt…..cccrrrrooootttt………”

Pejuh itu keluar dan dia semprotkan dibibir dan tubuhku. Aku menelan sedikit pejuh yang menempel di bibirku. Tubuhku banyak pejuh sehingga terasa sangat lengket. Aku segera bangun dan membersihkan tubuhku sembari menggunakan pakaian kembali. Akupun dipastikan bekerja di klinik itu dengan gaji yang lumayan. Sejak saat itu aku dan pak Kevin sering melakukan hubungan seks dan kemudian aku diberi uang olehnya.

Friday, August 11, 2017

Kusetubuhi Mertuaku Akibat Tidur di Ranjang Sempit


Saat itu Kejadian nya Aku Sedang di Rumah. Kebetulan Ada Mertuaku, Dia adalah seorang janda dengan kulit yang putih, cantik, lembut, dan berwajah keibu ibuan, dia selalu mengenakan kebaya jika keluar rumah. Dan mengenakan daster panjang bila didalam rumah, dan rambutnya dikonde keatas sehingga menampakkan kulit lehernya yang putih jenjang.


Sebenarnya semenjak aku masih pacaran dengan anaknya, aku sudah jatuh cinta padanya Aku sering bercengkerama dengannya walaupun aku tahu hari itu pacarku kuliah. Diapun sangat baik padaku, dan aku diperlakukan sama dengan anak anaknya yang lain.

Bahkan tidak jarang bila aku kecapaian, dia memijat punggungku. Setelah aku kawin dengan anaknya dan memboyong istriku kerumah kontrakanku, mertuaku rajin menengokku dan tidak jarang pula menginap satu atau dua malam. Karena rumahku hanya mempunyai satu kamar tidur, maka jika mertuaku menginap, kami terpaksa tidur bertiga dalam satu ranjang. Biasanya Ibu mertua tidur dekat tembok, kemudian istri ditengah dan aku dipinggir.

Sambil tiduran kami biasanya ngobrol sampai tengah malam, dan tidak jarang pula ketika ngobrol tanganku bergerilya ketubuh istriku dari bawah selimut, dan istriku selalu mendiamkannya. Bahkan pernah suatu kali ketika kuperkirakan mertuaku sudah tidur, kami diam diam melakukan persetubuhan dengan istriku membelakangiku dengan posisi agak miring, kami melakukankannya dengan sangat hati hati dan suasana tegang. Beberapa kali aku tepaksa menghentikan kocokanku karena takut membangunkan mertuaku. Tapi akhirnya kami dapat mengakhirinya dengan baik aku dan istriku terpuaskan walaupun tanpa rintihan dan desahan istriku.

Akibat Ranjang Sempit Suatu malam meruaku kembali menginap dirumahku, seperti biasa jam 21.00 kami sudah dikamar tidur bertiga, sambil menonton TV yang kami taruh didepan tempat tidur. Yang tidak biasa adalah istriku minta ia diposisi pinggir, dengan alasan dia masih mondar mandir kedapur. Sehingga terpaksa aku menggeser ke ditengah walaupun sebenarnya aku risih, tetapi karena mungkin telalu capai, aku segera tidur terlebih dahulu.

Aku terjaga pukul 2.00 malam, layar TV sudah mati. ditengah samar samar lampu tidur kulihat istriku tidur dengan pulasnya membelakangiku, sedangkan disebelah kiri mertuaku mendengkur halus membelakangiku pula.

Hatiku berdesir ketika kulihat leher putih mulus mertuaku hanya beberapa senti didepan bibirku, makin lama tatapan mataku mejelajahi tubuhnya, birahiku merayap melihat wanita berumur yang lembut tergolek tanpa daya disebelahku.. Dengan berdebar debar kugeser tubuhku kearahnya sehingga lenganku menempel pada punggungnya sedangkan telapak tanganku menempel di bokong, kudiamkan sejenak sambil menunggu reaksinya.

Tidak ada reaksi, dengkur halusnya masih teratur, keberanikan diriku bertindak lebih jauh, kuelus bokong yang masih tertutup daster, perlahan sekali, kurasakan birahiku meningkat cepat. Penisku mulai berdiri dan hati hati kumiringkan tubuhku menghadap mertuaku. Kutarik daster dengan perlahan lahan keatas sehingga pahanya yang putih mulus dapat kusentuh langsung dengan telapak tanganku.

Tanganku mengelus perlahan kulit yang mulus dan licin, pahanya keatas lagi pinggulnya, kemudian kembali kepahanya lagi, kunikmati sentuhan jariku inci demi inci, bahkan aku sudah berani meremas bokongnya yang sudah agak kendor dan masih terbungkus CD. Tiba tiba aku dikejutkan oleh gerakan mengedut pada bokongnya sekali, dan pada saat yang sama dengkurnya berhenti. Aku ketakutan, kutarik tanganku, dan aku pura pura tidur, kulirik mertuaku tidak merubah posisi tidurnya dan kelihatannya dia masih tidur.

Kulirik istriku, dia masih membelakangiku, Penisku sudah sangat tegang dan nafsu birahiku sudah tinggi sekali, dan itu mengurangi akal sehatku dan pada saat yang sama meningkatkan keberanianku. Setelah satu menit berlalu situasi kembali normal, kuangkat sarungku sehingga burungku yang berdiri tegak dan mengkilat menjadi bebas, kurapatkan tubuh bagian bawahku kebokong mertuaku sehingga ujung penisku menempel pada pangkal pahanya yang tertutup CD. Kenikmatan mulai menjalar dalam penisku, aku makin berani, kuselipkan ujung penisku di jepitan pangkal pahanya sambil kudorong sedikit sedikit, sehingga kepala penisku kini terjepit penuh dipangkal pahanya, rasa penisku enak sekali, apalagi ketika mertuaku mengeser kakinya sedikit, entah disengaja entah tidak. Tanpa meninggalkan kewaspadaan mengamati gerak gerik istri, kurangkul tubuh mertuaku dan kuselipkan tanganku untuk meremas buah dadanya dari luar daster tanpa BH. Cukup lama aku melakukan remasan remasan lembut dan menggesekan gesekkan penisku dijepitan paha belakangnya. Aku tidak tahu pasti apakah mertuaku masih terlelap tidur atau tidak tapi yang pasti kurasakan puting dibalik dasternya terasa mengeras, Bandar Poker Terbaik.

Dan kini kusadari bahwa dengkur halus dari mertuaku sudah hilang.., kalau begitu..pasti ibuku mertuaku sudah terjaga..? Kenapa diam saja? kenapa dia tidak memukul atau menendangku, atau dia kasihan kepadaku? atau dia menikmati..? Oh.. aku makin terangsang. Tak puas dengan buah dadanya, tanganku mulai pindah keperutnya dan turun keselangkangannya, tetapi posisinya yang menyebabkan tangan kananku tak bisa menjangkau daerah sensitifnya. Tiba tiba ia bergerak, tangannya memegang tanganku, kembali aku pura pura tidur tanpa merrubah posisiku sambil berdebar debar menanti reaksinya. Dari sudut mataku kulihat dia menoleh kepadaku, diangkatnya tanganku dengan lembut dan disingkirkannya dari tubuhnya, dan ketika itupun dia sudah mengetahui bahwa dasternya sudah tersingkap sementara ujung penisku yang sudah mengeras terjepit diantara pahanya.

Jantungku rasanya berhenti menunggu reaksinya lebih jauh. Dia melihatku sekali lagi, terlihat samar samar tidak tampak kemarahan dalam wajahnya, dan ini sangat melegakanku . Dan yang lebih mengejutkanku adalah dia tidak menggeser bokongnya menjauhi tubuhku, tidak menyingkirkan penisku dari jepitan pahanya dan apalagi membetulkan dasternya.

Dia kembali memunggungiku meneruskan tidurnya, aku makin yakin bahwa sebelumnya mertuaku menikmati remasanku di payudaranya, hal ini menyebabkan aku berani untuk mengulang perbuatanku untuk memeluk dan meremas buah dadanya. Tidak ada penolakan ketika tanganku menyelusup dan memutar mutar secara lembut langsung keputing teteknya melalui kancing depan dasternya yang telah kulepas. Walaupun mertuaku berpura pura tidur dan bersikap pasif, tapi aku dengar nafasnya sudah memburu.

Cukup lama kumainkan susunya sambil kusodokkan kemaluanku diantara jepitan pahanya pelan pelan, namun karena pahanya kering, aku tidak mendapat kenikmatan yang memadai, Kuangkat pelan pelan pahanya dengan tanganku, agar aku penisku terjepit dalam pahanya dengan lebih sempurna, namun dia justru membalikkan badannya menjadi terlentang, sehingga tangannya yang berada disebelah tangannya hampir menyetuh penisku, bersamaan dengan itu tangan kirinya mencari selimutnya menutupi tubuhnya. Kutengok istri yang berada dibelakangku, dia terlihat masih nyenyak tidurnya dan tidak menyadari bahwa sesuatu sedang terjadi diranjangnya. Kusingkap dasternya yang berada dibawah selimut, dan tanganku merayap kebawah CDnya. Dan kurasakan vaginanya yang hangat dan berbulu halus itu sudah basah. Jari tanganku mulai mengelus, mengocok dan meremas kemaluan mertuaku. Nafasnya makin memburu sementara dia terlihat berusaha untuk menahan gerakan pinggulnya, yang kadang kadang terangkat, kadang mengeser kekiri kanan sedikit. Kunikmati wajahnya yang tegang sambil sekali kali menggigit bibirnya.

Hampir saja aku tak bisa menahan nafsu untuk mencium bibirnya, tapi aku segera sadar bahwa itu akan menimbulkan gerakan yang dapat membangunkan istriku. Setelah beberapa saat tangan kanannya masih pasif, maka kubimbing tangannya untuk mengelus elus penisku, walaupun agak alot akhirnya dia mau mengelus penisku, meremas bahkan mengocoknya. Agak lama kami saling meremas, mengelus, mengocok dan makin lama cepat, sampai kurasakan dia sudah mendekati puncaknya, mertuakan membuka matanya, dipandanginya wajahku erat erat, kerut dahinya menegang dan beberapa detik kemudian dia menghentakkan kepalanya menengadah kebelakang. Tangan kirinya mencengkeram dan menekan tanganku yang sedang mengocok lobang kemaluannya. Kurasakan semprotan cairan di pangkal telapak tanganku. Mertuaku mencapai puncak kenikmatan, dia telah orgasme. Dan pada waktu hampir yang bersamaan air maniku menyemprot kepahanya dan membasahi telapak tangannya. Kenikmatan yang luar biasa kudapatkan malam ini, kejadianya begitu saja terjadi tanpa rencana bahkan sebelumnya membayangkanpun aku tidak berani.

Sejak kejadian itu, sudah sebulan lebih mertuaku tidak pernah menginap dirumahku, walaupun komunikasi dengan istriku masih lancar melalui telpon. Istriku tidak curiga apa apa tetapi aku sendiri merasa rindu, aku terobsesi untuk melakukannya lebih jauh lagi. Kucoba beberapa kali kutelepon, tetapi selalu tidak mau menerima. Akhirnya setelah kupertimbangkan maka kuputuskan aku harus menemuinya. Hari itu aku sengaja masuk kantor separo hari, dan aku berniat menemuinya dirumahnya, sesampai dirumahnya kulihat tokonya sepi pengunjung, hanya dua orang penjaga tokonya terlihar asik sedang ngobrol. Tokonya terletak beberapa meter dari rumah induk yang cukup besar dan luas. Aku langsung masuk kerumah mertuaku setelah basa basi dengan penjaga tokonya yang kukenal dengan baik. Aku disambut dengan ramah oleh mertuaku, seolah olah tidak pernah terjadi sesuatu apa apa, antara kami berdua, padahal sikapku sangat kikuk dan salah tingkah. “Tumben tumbenan mampir kesini pada jam kantor?” “Ya Bu, soalnya Ibu nggak pernah kesana lagi sih” Mertuaku hanya tertawa mendengarkan jawabanku “Ton.

Ibu takut ah.. wong kamu kalau tidur tangannya kemana mana.., Untung istrimu nggak lihat, kalau dia lihat.. wah.. bisa berabe semua nantinya..” “Kalau nggak ada Sri gimana Bu..?” tanyaku lebih berani. “Ah kamu ada ada saja, Memangnya Sri masih kurang ngasinya, koq masih minta nambah sama ibunya.” “Soalnya ibunya sama cantiknya dengan anaknya” gombalku. “Sudahlah, kamu makan saja dulu nanti kalau mau istirahat, kamar depan bisa dipakai, kebetulan tadi masak pepes” selesai berkata ibuku masuk ke kamarnya. Aku bimbang, makan dulu atau menyusul mertua kekamar. Ternyata nafsuku mengalahkan rasa lapar, aku langsung menyusul masuk kekamar, tetapi bukan dikamar depan seperti perintahnya melainkan kekamar tidur mertuaku, SumoQQ.

Pelan pelan kubuka pintu kamarnya yang tidak terkunci, kulihat dia baru saja merebahkan badannya dikasur, dan matanya menatapku, tidak mengundangku tapi juga tidak ada penolakan dari tatapannya. Aku segera naik keranjang dan perlahan lahan kupeluk tubuhnya yang gemulai, dan kutempelkan bibirku penuh kelembutan. Mertuaku menatapku sejenak sebelum akhirnya memejamkan matanya menikmati ciuman lembutku. Kami berciuman cukup lama, dan saling meraba dan dalam sekejap kami sudah tidak berpakaian, dan nafas kami saling memburu. Sejauh ini mertuaku hanya mengelus punggung dan kepalaku saja, sementara tanganku sudah mengelus paha bagian dalam. Ketika jariku mulai menyentuh vaginanya yang tipis dan berbulu halus, dia sengaja membuka pahanya lebar lebar, hanya sebentar jariku meraba kemaluanya yang sudah sangat basah itu, segera kulepas ciumanku dan kuarahkan mulutku ke vagina merona basah itu. Pada awalnya dia menolak dan menutup pahanya erat erat. “Emoh.. Ah nganggo tangan wae, saru ah.. risih..” namun aku tak menghiraukan kata katanya dan aku setengah memaksa, akhirnya dia mengalah dan membiarkan aku menikmati sajian yang sangat mempesona itu, kadang kadang kujilati klitorisnya, kadang kusedot sedot, bahkan kujepit itil mertuaku dengan bibirku lalu kutarik tarik keluar.

“Terus nak Ton.., Enak banget.. oh.. Ibu wis suwe ora ngrasakke penak koyo ngene sstt” Mertuaku sudah merintih rintih dengan suara halus, sementara sambil membuka lebar pahanya, pinggulnya sering diangkat dan diputar putar halus. Tangan kiriku yang meremas remas buah dadanya, kini jariku sudah masuk kedalam mulutnya untuk disedot sedot. Ketika kulihat mertuaku sudah mendekati klimax, maka kuhentikan jilatanku dimemeknya, kusodorkan kontolku kemulutnya, tapi dia membuang muka kekiri dan kekanan, mati matian tidak mau mengisap penisku.

Dan akupun tidak mau memaksakan kehendak, kembali kucium bibirnya, kutindih tubuhnya dan kudekap erat erat, kubuka leber lebar pahanya dan kuarahkan ujung penisku yang mengkilat dibibr vaginanya. Mertuaku sudah tanpa daya dalam pelukanku, kumainkan penisku dibibir kemaluannya yang sudah basah, kumasukkan kepala penis, kukocok kocok sedikt, kemudian kutarik lagi beberapa kali kulakukan. “Enak Bu?” “He eh, dikocok koyo ngono tempikku keri, wis cukup Ton, manukmu blesekno sin jero..” “Sekedap malih Bu, taksih eco ngaten, keri sekedik sekedik” “Wis wis, aku wis ora tahan meneh, blesekno sih jero meneh Ton oohh.. ssttss.. Ibu wis ora tahan meneh, aduh enak banget tempikku” sambil berkata begitu diangkatnya tinggi tinggi bokongnya, bersamaan dengan itu kumasukkan kontolku makin kedalam memeknya sampai kepangkalnya, kutekan kontolku dalam dalam, sementara Ibu mertuaku berusaha memutar mutar pinggulnya, kukocokkan penisku dengan irama yang tetap, sementara tubuhnya rapat kudekap, bibirku menempel dipipinya, kadang kujilat lehernya, ekspresi wajahnya berganti ganti.

Rupanya Ibu anak sama saja, jika sedang menikmati sex mulutnya tidak bisa diam, dari kata jorok sampai rintihan bahkan mendekati tangisan. Ketika rintihannya mulai mengeras dan wajahnya sudah diangkat keatas aku segera tahu bahwa mertua akan segera orgasme, kukocok kontolku makin cepat. “Ton..aduh aduh.. Tempikku senut senut, ssttss.. Heeh kontolmu gede, enak banget.. Ton aku meh metu.. oohh.. Aku wis metu..oohh.” Mertuaku menjerit cukup keras dan bersamaan dengan itu aku merasakan semprotan cairan dalam vaginanya.

Tubuhnya lemas dalam dekapanku, kubiarkan beberapa menit untuk menikmati sisa sisa orgasmenya sementara aku sendiri dalam posisi nanggung. Kucabut penisku yang basah kuyup oleh lendirnya memeknya, dan kusodorkan ke mulutnya, tapi dia tetap menolak namun dia menggegam penisku untuk dikocok didepan wajahnya. Ketika kocokkannya makin cepat, aku tidak tahan lagi dan muncratlah lahar maniku kewajahnya. Siang itu aku sangat puas demikian juga mertuaku, bahkan sebelum pulang aku sempat melakukannya lagi, ronde kedua ini mertuaku bisa mengimbangi permainanku, dan kami bermain cukup lama dan kami bisa sampai mencapai orgasme pada saat yang sama.