Tuesday, October 31, 2017

Kenikmatan Sex Gadis Muda Belia

Pada saat itu saya tercatat sebagai siswa baru pada SMUN 2 pada waktu itu sebagai siswa baru, yah.. acara sekolahan biasa saja masuk pagi pulang sekitar jam 14:00 sampai pada akhirnya saya dikenalkan oleh teman seorang gadis yang ternyata gadis itu sekolah juga di dekat sekolah saya yaitu di SMPN 3.

Ketika kami saling menjabat tangan, gadis itu masih agak malu-malu, saya lihat juga gadis itu tingginya hanya sekitar 158 cm dan mempunyai dada yang memang kelihatan lebih besar dari anak seumurnya sekitar 34B (kalau tidak salah umurnya 14 tahun), mempunyai wajah yang manis banget dan kulit walaupun tidak terlalu putih tapi sangat mulus, (sekedar info tinggi saya 165 cm dan umur waktu itu 16 tahun), saya berkata siapa namamu?, dia jawab Lisa, setelah berkenalan akhirnya kami saling memberikan nomor telepon masing-masing, besoknya setelah saling telepon dan berkenalan akhirnya kami berdua janjian keluar besok harinya jalan pertama sekaligus cinta pertama saya membuat saya deg-degan tetapi namanya lelaki yah… jalan terus dong.


Akhirnya malam harinya sekitar jam 19.00 saya telah berdiri didepan rumahnya sambil mengetuk pagarnya tidak lama setelah itu Lisa muncul dari balik pintu sambil tersenyum manis sekali dia mengenakan kaos ketat dan rok yang kira-kira panjangnya hampir mencapai lutut berwarna hitam.
Saya tanya, “Mana ortu kamu…”, dia bilang kalau di rumah itu dia cuma tinggal bersama papanya dan pembantu, sedangkan kalau kakaknya dan mamanya di kota lain.

“Oohh jawab saya,” saya tanya lagi “Terus Papa kamu mana?” dia jawab kalau Papa lagi keluar ada rapat lain di hotel (papanya seorang pejabat kira-kira setingkat dengan wagub) jadi saat itu juga kami langsung jalan naik motorku dan tanpa disuruhpun dia langsung memeluk dari belakang, penis saya selama jalan-jalan langsung tegang, habis dada dia begitu kenyal terasa di belakangku seakan -akan memijit-mijit belakangku (motor waktu itu sangat mendukung, yaitu RGR).

Setelah keliling kota dan singgah makan di tempat makan kami langsung pulang ke rumahnya setelah tiba saya lihat rumahnya masih sepi mobil papanya belum datang. Tiba-tiba dia bilang “Masuk yuk!., Papa saya kayaknya belum datang”. Akhirnya setelah menaruh motor saya langsung mengikutinya dari belakang saya langsung melihat pantatnya yang lenggaklenggok berjalan di depanku, saya lihat jam ternyata sudah pukul 21.30, setiba di dalam rumahnya saya lihat tidak ada orang saya bilang “Pembantu kamu mana?”, dia bilang kalau kamar pembantu itu terpisah dari bangunan utama rumah ini agak jauh ke belakang.
“oohh…”, jawab saya.
Saya tanya lagi, “jadi kalau sudah bukakan kamu pintu pembantu kamu langsung pergi ke belakang?”, dia jawab iya.
“Terus Papa kamu yang bukain siapa…”
“saya…” jawabnya.

“Kira-kira Papa kamu pulang jam berapa sih…”, tanya saya. Dia bilang paling cepat juga jam
24.00. (Langsung saja pikiranku ngeres banget) .Saya tanya lagi “Kamu memang mau jadi pacar saya…”.
Dia bilang “Iya…”.
Lalu saya bilang, “kalau gitu sini dong dekat-dekat saya…”, belum sampai pantatnya duduk di kursi sebelahku, langsung saya tarik ke dalam pelukanku dan mengulum bibirnya, dia kaget sekali tapi belum sampai ngomong apa-apa tanganku langsung memegang payudaranya yang benar-benar besar itu sambil saya remas-remas dengan kuat sekali (habis sudah kebelet) diapun mengeluh “Ohh.., oohh sakit”. katanya.

Saya langsung mengulum telinganya sambil berbisik, “Tahan sedikit yah…”, dia cuma mengangguk. Payudaranya saya remas dengan kedua tanganku sambil bibir saya jilati lehernya, kemudian pindah ke bibirnya langsung saya lumat-lumat bibirnya yang agak seksi itu, kamipun berpagutan saling membenamkan lidah kami masing-masing. Penis saya langsung saya rasakan menegang dengan kerasnya. Saya mengambil tangan kirinya dan menuntun memegang penisku dibalik celana saya, dia cuma menurut saja, lalu saya suruh untuk meremasnya. Begitu dia remas, saya langsung mengeluh panjang, “Uuhh…, nikmat sayang”, kata saya.

“Teruss…”, dengan agak keras kedua tanganku langsung mengangkat kaos yang dia kenakan dan membenamkan muka saya di antara payudaranya, tapi masih terhalang BH-nya saya jilati payudaranya sambil saya gigit-gigit kecil di sekitar payudaranya, “aahh…, aahh”. Diapun mendesis panjang tanpa melepas BH-nya saya langsung mengangkat BH-nya sehingga BH-nya berada di atas payudaranya, sungguh pemandangan yang amat menakjubkan, dia mempunyai payudara yang besar dan puting yang berwarna kemerahan dan menjulang keluar kira-kira 1/2 cm dan keras, (selama saya main cewek baruku tahu sekarang bahwa tidak semua perempuan nanti menyusui baru keluar putingnya). Saya jilat kedua payudaranya sambil saya gigit dengan keras putingnya. Dia pun mengeluh sambil sedikit marah. “Aahh…, sakkiitt…”,

tapi saya tidak ambil pusing tetap saya gigit dengan keras. Akhirnya diapun langsung berdiri sambil sedikit melotot kepadaku. Sekarang payudara dia berada tepat di depan wajah saya. Sambil saya memandangi wajahnya yang sedikit marah, kedua tanganku langsung meremas kedua payudaranya dengan lembut. Diapun kembali mendesis, “Ahh…, aahh…”, kemudian saya tarik payudaranya dekat ke wajah saya sambil saya gigit pelan-pelan.

Diapun memeluk kepala saya tapi tangannya saya tepiskan. Sekelebat mata saya menangkap bahwa pintu ruang tamunya belum tertutup saya pun menyuruh dia untuk penutup pintunya, dia pun mengangguk sambil berjalan kecil dia pergi menutup pintu dengan mengendap-endap karena bajunya tetap terangkat sambil memperlihatkan kedua bukit kembarnya yang bikin hati siapa saja akan lemas melihat payudara yang seperti itu.

Setelah mengunci pintu dia pun kembali berjalan menuju saya. Saya pun langsung menyambutnya dengan memegang kembali kedua payudaranya dengan kedua tangan saya tapi tetap dalam keadaan berdiri saya jilati kembali payudaranya. Setelah puas mulut saya pun turun ke perutnya dan tangan saya pelan-pelan saya turunkan menuju liang senggamanya sambil terus menjilati perutnya sesekali mengisap puting payudaranya. Tangan sayapun menggosok-gosok selangkangannya langsung saya angkat pelan-pelan rok yang dia kenakan terlihatlah pahanya yang mulus sekali dan CD-nya yang berwarna putih saya remas-remas liang kewanitaannya dengan terburu buru, dia pun makin keras mendesis,

“aahh…, aakkhh… ohh…, nikmat sekali…”, dengan pelan-pelan saya turunkan cdnya sambil saya tunggu reaksinya tetapi ternyata dia cuma diam saja, (tiba-tiba di kepala muncul tanda setan). Terlihatnya liang kewanitaannya yang ditumbuhi bulu-bulu tapi sangat sedikit. Sayapun menjilatinya dengan penuh nafsu, diapun makin berteriak, “Aakkhh…, akkhh…, lagi…, lagii..”Setelah puas sayapun menyuruhnya duduk di lantai sambil saya membuka kancing celanaku dan saya turunkan sampai lutut terlihatlah CD-ku, saya tuntun tangannya untuk mengelus penis saya yang sudah sangat tegang sehingga sepertinya mau loncat dari CD-ku.

Cerita Mesum Terbaru Diapun mengelusnya terus mulai memegang penis saya. Saya turunkan CD-ku maka penis saya langsung berkelebat keluar hampir mengenai mukanya. Diapun kaget sambil melotot melihat penis saya yang mempunyai ukuran lumayan besar (diameter 3 cm dan panjang kira-kira 15 cm) saya menyuruhnya untuk melepas kaos yang dia kenakan dan roknya juga seperti dipangut dia menurut saja apa yang saya suruh lakukan.

Dengan terburu-buru saya pun melepas semua baju saya dan celana saya kemudian karena dia duduk dilantai sedangkan saya dikursi, saya tuntun penis saya ke wajahnya dia pun cuma melihatnya saja. Saya suruh untuk membuka mulutnya tapi kayaknya dia ragu-ragu. . Setengah memaksa, saya tarik kepalanya akhirnya penisku masuk juga kedalam mulutnya dengan perlahan dia mulai menjilati penis saya, langsung saya teriak pelan, “Aakkhh…, aakkhh…”, sambil ikut membantu dia memaju-mundurkan penis saya di dalam mulutnya. “aakk…, akk…, nikmat sayyaangg…”.

Setelah agak lama akhirnya saya suruh berdiri dan melepaskan CD-nya tapi muncul keraguan di wajahnya sedikit gombal akhirnya CD dan BH-nya dia lepaskan juga maka telanjang bulatlah dia depanku sambil berdiri. Sayapun tak mau ketinggalan saya langsung berdiri dan langsung melepas CD-ya. Saya langsung menubruknya sambil menjilati wajahnya dan tangan saya meremas -remas kedua payudaranya yang putingnya sudah semakin tegang, diapun mendesis, “Aahh…, aahh…, aahh…, aahh”, sewaktu tangan kananku saya turunkan ke liang kemaluannya dan memainkan jari-jariku di sana.

Setelah agak lama baru saya sadar bahwa jari saya telah basah. Saya pun menyuruhnya untuk membelakangiku dan saya siapkan penis saya. Saya genggam penis saya menuju liang senggamanya dari belakang. Saya sodok pelan -pelan tapi tidak maumasuk-masuk saya sodok lagi terus hingga dia pun terdorong ke tembok tangannyapun berpangku pada tembok sambil mendengar dia mendesis, “Aahh…, ssaayaa..,. ssaayaangg…, kaammuu…”, sayapun terus menyodok dari belakang.

Mungkin karena kering penis saya nggak mau masuk-masuk juga saya angkat penis saya lalu saya ludahi tangan saya banyak-banyak dan saya oleskan pada kepala penis saya dan batangnya dia cuma memperhatikan dengan mata sayu setelah itu. Saya genggam penis saya menuju liang senggamanya kembali. Pelan -pelan saya cari dulu lubangnya begitu saya sentuh lubang kemaluannya dia pun langsung mendesis kembali, “Ahh…, aahh…”, saya tuntun penis saya menuju lubang senggamanya itu tapi saya rasakan baru masuk kepalanya saja diapun langsung menegang tapi saya sudah tidak peduli lagi.

Dengan satu hentakan yang keras saya sodok kuat-kuat lalu saya rasa penis saya seperti menyobek sesuatu maka langsung saja dia berontak sambil berteriak setengah menangis, “Ssaakkiitt…”. Saya rasakan penis saya sepertinya dijepit oleh dia keras sekali hingga kejantanan saya terasa seperti lecet di dalam kewanitaannya.

Saya lalu bertahan dalam posisi saya dan mulai kembali menyiuminya sambil berkata “Tahann.. sayang… cuman sebentar kok…”Saya memegang kembali payudaranya dari belakang sambil saya remas-remas secara perlahan dan mulut saya menjilati belakangnya lalu lehernya telinganya dan semua yang bisa dijangkau oleh mulut saya agak lama. Kemudian dia mulai mendesis kembali menikmati ciuman saya dibadan dan remasan tangan saya di payudaranya, “Ahh…, aahh…, ahh…, kamu sayang sama akukan?” dia berkata sambil melihat kepada saya dengan wajah yang penuh pengharapan. Saya cuma menganggukkan kepala padahal saya lagi sedang menikmati penis saya di dalam liang kewanitaannya yang sangat nikmat sekali seakan-akan saya lagi berada di suatu tempat yang dinamakan surga. “Enak sayang?”, kataku.

Dia cuma mengangguk pelan sambil tetap mengeluarkan suara-suara kenikmatan, “Aahh…, aahh…” lalu saya mulai bekerja, saya tarik pelan-pelan penis saya lalu saya majukan lagi tarik lagi majukan lagi dia pun makin keras mendesis, “Aahh…, ahh…, ahhkkhh…” akhirnya ketika saya rasakan bahwa dia sudah tidak kesakitan lagi saya pun mengeluar-masukkan penis saya dengan cepat dia pun semakin melenguh menikmati semua yang saya perbuat pada dirinya sambil terus-meremas payudaranya yang besar itu. Dia teriak “Sayaa mauu keeluuarr…”, Bandar Poker Terbaik.

Sayapun berkata “aahhkkssaayyaanggkkuu…” , saya langsung saja sodok dengan lebih keras lagi sampai -sampai saya rasakan menyentuh dasar dari liang senggamanya tapi saya benar-benar kesetanan tidak peduli lagi dengan suara-suara, “Ahh…, aahh…, ahh…, akkhh…, akkhh…, truss” langsung dia bilang “Sayyaa kkeelluuaarr…, akkhh…, akhh…”, tiba-tiba dia mau jatuh tapi saya tahan dengan tangan saya. Saya pegangi pinggulnya dengan kedua tangan saya sambil saya kocok penis saya lebih cepat lagi,

“Akkhh…, akkhh…, ssaayyaa mauu…, kkeelluuaarr…, akkhh…”, pegangan saya di pinggulnya saya lepaskan dan langsung saja dia terjatuh terkulai lemas. Dari penis saya menyemprotlah air mani sebanyak-banyaknya, “Ccroott…, croott.., ccrroott…, akkhh…, akkhh…”, saya melihat air mani saya membasahi sebagian tubuhnya dan rambutnya, “Akhh…, thanks sayangkuu…”, sambil berjongkok saya cium pipinya sambil saya suruh jilat lagi penisku. Diapun menjilatinya sampai bersih, SumoQQ.

Setelah itu saya bilang pakai pakaian kamu dengan malas dia berdiri mengambil bajunya dan memakainya kembali. Setelah kami berdua selesai saya mengecup bibirnya sambil berkata, “Saya pulang dulu yah sampai besok sayang…!”. Dia cuma mengangguk tidak berkata-kata lagi mungkin lemas mungkin nyesal tidak tahu ahh. Saya lihat jam saya sudah menunjukkan jam 23.35, saya pulang dengan sejuta kenikmatan.


Friday, October 27, 2017

Tanteku Merampas Perjakaku

Saya terlahir menjadi anak ke tiga dari tujuh saudara kandung, walau kedua orang tua sebagai PNS Golongan I, kehidupan keluarga kami sangat sederhana, rumah yang nyaris disebut gubuk dibangun diatas pekarangan pemberian nenek yang terletak di samping rumahnya.

Saat itu dua kakak, saya dan adik saya (nomor 4) sudah bersekolah, untuk menambah penghasilan memenuhi kebutuhan keluarga termasuk biaya sekolah dan jajanan kami, ibu setiap malam membuat panganan kue yang kemudian dititip di beberapa warung dan sisanya di bawa keliling kampung saat kami pulang sekolah secara bergantian.


Di kota lain saya memiliki seorang tante, adik dari bapak saya, yang selama ini sangat suka dengan saya, setiap dia berkunjung ke rumah kami, hanya saya yang selalu dibawakan oleh-oleh dan membawa jalan-jalan keliling kota. Tanteku ini bersuamikan seorang pengusaha, usia perkawinan mereka sudah empat tahun tetapi belum dikaruniai anak.

Sampai suatu saat karena saya sudah terlanjur lengket sama tanteku itu, dia meminta kepada orang tua saya agar saya bisa di bawa ke kotanya, tinggal bersamanya, dan disekolahkan. Alasannya saya sebagai anak pancingan sehingga tanteku bisa memiliki anak kandung sendiri, saat itu kedua orang tua saya mengijinkan.

Di rumah tanteku kami hanya tinggal berempat bersama seorang pembantu, walau sudah empat tahun menikah tanteku bersama suaminya masih seperti pengantin baru, sering bercumbu (tanpa berhubungan intim) di ruang tengah dan ruang tamu dan tanpa sengaja saya atau si inem memergokinya, tapi tanteku cuek-cuek saja. Si inem sudah 2 tahun lebih menjadi pembantu di keluarga ini, menurut pengakuannya hal itu sudah menjadi pemandangan biasa bagi dirinya, malah dia pernah tanpa sengaja menyaksikan tanteku berhubungan intim di ruang tengah pada malam hari.

Di rumah ini tante saya menyediakan kamar buat saya, tapi seperti kebiasaan di rumah sendiri selalu tidur bareng bersama saudara, sehingga saya tidak berani tidur sendiri di kamar, sehingga tanteku menyuruh inem tidur di kamar saya. Beberapa bulan berlalu berjalan seperti biasa, sampai suatu saat inem sering meminta saya mengkerok badannya karena masuk angin, tanpa sungkan mungkin karena menganggap saya anaknya, pada saat itu inem berumur 29 tahun, saat mengkerok punggung inem, inem melepas baju dan Bhnya jadi hanya tinggal celana dalamnya. Kadang dia meminta memijit-mijit di sekitar daerah-daerah sensitifnya, baik diseputar wilayah tengah maupun di sekwilda. Saya pun menurut saja memenuhi permintaan inem, kalau tidak tentu saya tidak bisa tidur sendiri tanpa ditemani inem.

Sejak kelakuan inem itu, dia sering tidur mengeloni saya berbaju daster tanpa BH dan CD, dalam tidur nyenyak inem seperti tidak sadar memeluk saya dan seringkali menyentuh kelamin saya, karena tubuhnya yang sintal sangat mudah dua gunung nona yang dimilikinya selalu nempel di badan saya, padahal kemudian saya baru ketahui kalau inem hanya pura-pura tidur, ketika saya juga pura-pura sudah tidur nyenyak.

Walaupun beberapa kali inem ketahuan ulahnya, namun dia makin berani, saat ganti pakaian sebelum tidur inem sering bertelanjang di hadapan saya, melihat saya tidak bereaksi sedikitpun inem dalam kondisi tanpa busana malah bercanda memeluk-meluk dan mencium. Saya pun hanya mampu terdiam, kadang geli terkekeh-kekeh, inem malah terus bereaksi mengelus-ngelus jagoan yunior saya.

Sepertinya birahi dan nafsu saat datang beruntungan, walaupun anak kecil, burung saya pun mulai menegang, saat itulah untuk pertama kalinya si inem melakukan panetrasi dengan posisi di atas yang membuat saya ingin kencing, kemudian inem menyuruh saya berada di atas kembali saya ingin kencing dan benar-benar mengencingi si inem, beberapa hari kemudian saya baru mengetahui kalau hal itu saya lagi orgasme, Bandar Poker Terbaik.

Peristiwa ini pun terjadi berulang-ulang berbulan-bulan sebelum kami tidur hampir setiap malam. Sampai saya naik kelas tiga, ibu kemudian menjemput saya kembali ke rumah karena dia merasa kesepian sejak ditinggal pergi oleh saya.

Sejak kepergian itu, saya tidak pernah berjumpa inem lagi, namun sialnya saya mulai ketagihan sex, terbawa-bawa sampai ke perguruan tinggi, saya sering melakukan onani, untungnya saya tidak berani melakukan jajanan sex. Pengalaman ini membuat saya menjadi lelaki minder, tidak pede, kurang percaya diri, saya tidak mampu bergaul dengan banyak orang, biasanya hanya saya mempunyai seorang sahabat di setiap jenjang pendidikan yang saya tempuh, SumoQQ.

Karena sikap perilaku ini, saya selalu terpikir untuk melupakannya dan tidak melakukan onani, akhirnya saya sering mabuk-mabukan sejak duduk dibangku SLTA, untungnya ibu saya sangat memperhatikan setiap perkembangan diri saya, sehingga dia sangat telaten membimbing saya sampai dapat menyelesaikan studi di perguruan tinggi.

Alhamdulillah sampai saat ini usia perkawinan saya sudah 12 tahun dan dikarunia 3 orang anak, saya pun tidak melakukan onani lagi, namun pengalam pahit ini selalu membayang-bayangi saya, terutama saat membaca artikel-artikel bertema sex, sampai saat ini saya masih ngeri membayangkan pengalaman pahit bersama si inem, bagaimana tidak keperjakaan saya terenggut saat saya masih ’child’ belum akil balig, dewasa dan paham sex sebelum waktunya, apalagi menengok anak-anak saya semuanya putra. Selain mengawasi anak-anak saya, kadang saya berdoa semoga hal ini tidak terjadi kepada anak-anak saya dan kepada anak-anak yang lainnya.


Thursday, October 26, 2017

Club Sex diKosanku

Aku mahasiswa di Yogya tingkat hampir akhir. Aku mau berkisah tentang pengalamanku ngesex di sebuah kost-kostan mahasiswa. Kost-kostan itu untuk campur, untuk cowok dan cewek. Sebulan pertama sih normal-normal saja bagiku yang dari luar pulau, tapi beberapa hari setelah bulan kedua kost-kostan tersebut ketahuan belangnya (atau asyiknya, tergantung dari mana melihatnya).

Hari itu aku lagi mau berangkat kuliah siang ketika kulihat dari seberang kamar Hana, si cewek dengan payudara sebesar buah melon yang kebanyakan pupuk, nongol dari kamarnya ke kamar mandi tidak pakai apapun kecuali sandal jepit. Handuk saja cuma ditenteng sama tangan kirinya, sedang tangan kanannya menenteng peralatan mandinya. Kulitnya yang sawo matang semakin membuatnya tampak seksi. Bodinya yang agak pendek semakin menampakkan bongkahan pantatnya wuuihh!!


Aku yang masih normal terang saja terangsang. Aku langsung kena komplikasi mata-jantung-kemaluan. Mata melotot melihat bodinya Hana, jantung langsung berdegup kencang, penis langsung menegang. Setelah masuk ke kamar mandi Hana sedikit menutup pintu untuk menggantungkan handuk dan pandangan matanya bertemu dengan pelototan mataku. Ia tidak terlihat kaget, malah tersenyum menggoda dan sedikit meremas payudaranya sendiri. Ia ternyata, tidak menutup pintu kamar mandi dan mulai mengguyur badan semoknya dengan santai-santai saja seakan aku yang menonton dia mandi adalah hal yang normal.

Beberapa saat setelah mengguyur tubuhnya untuk membersihkan sabun di badannya ia menoleh ke belakang dan cengengesan melihat aku bengong saja di depan pintu kamarku. Kuliah langsung terlupakan begitu dia menggunakan jemari telunjuk kanannya untuk mengajakku ke kamar mandi. Langsung saja aku melemparkan diktat kuliahku ke kamar dan melepas seluruh bajuku, termasuk CD-ku, sehingga batang kemaluanku yang sudah menegang dari tadi langsung seperti terbebas dari kungkungannya. Lalu aku berjalan dengan agak pelan ke kamar mandi bersama itu. Hana ternyata memunggungiku, tidak tahu lagi apa. Saat aku masuk ke kamar mandi ia cuma menoleh sedikit dan tersenyum.

“Eh Ridho belum pernah mandi bareng cewek ya?”
“Belum, apalagi seseksi kamu,” jawabku sambil mengagumi pantat dan pinggulnya yang menggairahkan apalagi dalam keadaan basah begitu.
Sambil tetap memunggungiku ia meraih kedua tanganku dan menggiring keduanya ke payudaranya yang “bujuk buset” itu. Aku lalu meremas puting payudaranya sambil sedikit mengusap-usap dengan gerakan melingkar yang lembut.

Bibirnya yang tebal itu mengeluarkan desahan yang menerbangkan birahiku. “Aaahh.. eemmhh.. eemmhh..” Saat ia sedikit menoleh ke samping, langsung saja kulumat bibir sensualnya itu. Desahannya sedikit tertahan tapi bercampur dengan desahanku sendiri. Lalu tangan kiriku mulai mencari klitorisnya dan mulai mengerjai klitorisnya dengan lembut. Desahannya semakin menggema di dalam mulutku dan dipantulkan oleh dinding kamar mandi.

Aku mulai kepingin penetrasi ke vaginanya. Jadi aku mulai membalik tubuhnya supaya menghadap ke arahku. Tapi ia menolak sambil melepas pagutanku. Sambil sedikit mendesah ia bilang, “Sodomi yuk.. pengen..” Oke deh, pikirku sambil mendorong punggungnya supaya ia menunduk. Dan ia menuruti keinginanku. Ia menunduk dan langsung saja pantatnya aku masuki batang kemaluanku yang sudah tegang tidak keruan. Penisku masuk ke lubang pantatnya dengan perlahan. Tiba-tiba ia memekik keras sekali,
“Aaarrgghh..!!”
“Kenapa Nin?” tanyaku kaget, batang kemaluanku terjepit ketat sekali sehingga terasa nikmat sekali.
“Nikmat.. sekalii.. uuhh.. aargghh..”
Sekali lagi Hana memekik keras waktu aku mulai mendorong pinggulku maju mundur. Hana menyempitkan lubang pantatnya seperti kalau lagi menahan kentut.

Sensasi yang diterima batang kemaluanku rasanya luar biasa sekali. aku juga mulai mendesah-desah keenakan. Aku memegangi pinggul seksinya dan sesekali menampar pantatnya yang montok sekali. Lalu kutempelkan dadaku ke punggungnya dan mulai meremas-remas payudara melonnya yang menggantung berat dengan gemas. Pasti teman-temanku tidak percaya kalau aku berhasil menyetubuhi Hana, the most wanted girl in campus to sex with! “Uuuhh.. aahh..” desahku ditimpali pekikannya Hana. This girl is really hot!

Tiba-tiba aku merasa ada cairan hangat mulai menjalar ke ujung kepala batang kemaluanku. Tanpa sempat kutahan, air maniku keluar sebagian di dalam pantatnya Hana, sedangkan sebagian meloncat keluar mendarat di punggungnya Hana. Semburan kedua Hana sempat berputar dengan cepat dan menerima air maniku di pipi kirinya. Semburan keempat mendarat ke seluruh wajahnya. Setelah itu ia mulai menjilati seluruh mani di wajahnya dan mengusap-usap pantatnya untuk meraup maniku yang ada di punggung dan pantatnya setelah itu ditelannya sampai habis.

Aku merasa agak lemas tapi puas. Dan parahnya aku kepingin lagi. (Tentu donk!). Dan Hana tahu itu. Dia bilang,
“Dilanjutin saja di kamar.”
“Kamarku atau kamarmu?”
“Kamarku saja. Kamarmu berantakan sih!”

Aku nyengir malu. Lalu tiba-tiba aku meraih tubuhnya dan kugendong dia ke kamarnya. Air yang menetes dari tubuhnya semakin membuatnya tampak menggairahkan karena memantulkan sinar matahari. Sesampainya di kamarnya aku rebahkan di kasurnya dan aku mulai menjilati semua air yang menempel di tubuhnya. Dia mulai mendesah-desah lagi saat kujilati putingnya yang sudah keras lagi. Ia lalu secara tiba-tiba meraih kepalaku dan menekannya keras sehingga aku terbenam dalam-dalam ke payudaranya. Aku mulai menggerigiti putingnya dan sekali lagi (jadinya terus-terusan), Hana memperdengarkan pekikan nikmatnya.

Lalu setelah merasa puas mencicipi payudaranya, aku mulai mengarahkan batang kemaluanku ke dalam vaginanya. Dia memekik kaget saat penetrasi dan langsung kugenjot habis-habisan. Jepitan dinding vaginanya benar-benar yahud deh! Aku mengerang-erang nikmat sekali dan Hana menjerit-jerit keenakan. Lalu aku melumat bibir sensualnya dan dia membalas dengan bergairah. Dada kami bergesekan dan sensasi yang ditimbulkan benar-benar aduhai. Lalu selang beberapa menit kemudian aku keluar lagi tanpa sempat kutahan.

“Han.. eemmhh.. keeluuaar.. dii.. daaleemm.. nniihh..” kata-kataku terputus-putus oleh erang nikmat dan sensasi orgasme.
“Nnggakk.. papa.. kooqq..” rupanya dia juga mengalami sensasi yang sama.
Lalu aku ambruk di sampingnya untuk istirahat. Hana juga lelah kelihatannya.
“Ridho..”
“Ya?”
“Welcome to the club!” katanya membuatku heran.
“What club?”
“The Orgy Club! Gini lho di sini, di kost-kostan ini, sex is totally free. Sama cewek manapun di kost ini, kamu boleh main semaumu. Dan kalau ceweknya tidak mau, kamu boleh perkosa dia.

Di sini ceweknya adalah budak seks. Aku, Wiwik, Rieka, Sabrina yang indo bule itu adalah budak-budak seks cowok di sini. Alex, Leo, Anton, Joko, Mario, Indra, bahkan Mas Deddy yang punya kos, lalu Pak Kasimun satpam sini, dan sekarang kamu berhak merkosa kita berempat.Tapi kami juga boleh minta main kalau kepingin. Dan setiap weekend kita ada orgy di rumahnya Mas Deddy. Istrinya, Mbak Eva, juga anggota klub lho. Pokoknya totally free deh!”

Aku agak kaget dan pusing mendengarnya.
“Semua orang?” tanyaku.
“Pokoknya syaratnya adalah kamu orang kost di sini. Benernya kamu diajak Indra kost ke sini karena dia denger kamu punya kemampuan main sangat dasyat. Dia denger dari mantanmu. Eh sori lho kalau nyinggung perasaanmu tentang mantanmu.”
Aku kaget. Ternyata Indra punya tujuan lain mengajakku kost di sini. Buat melupakan Sarah yang selingkuh dan mengenalkan dunia sex yang lebih bebas. Wahn thank’s Ndra!
“Jadi aku berhak main dengan kalian cewek berempat walaupun kalian tidak mau?”
“Iya!” jawab Hana dengan tersenyum.
“Emm.. weekend itu entar besok. Aku diundang nih?”
“Like i Just said to you, kamu adalah anggota klub ini sekarang. Jadi kamu berhak ke sana.”
“Jadi itu alasan kalian tiap weekend keluar barengan terus?”
“Iya,” terdengar jawaban dari arah pintu.

Kami menoleh ke arah pintu yang lupa kututup. Ternyata si Wiwik, yang bodinya paling proporsional dari mereka. Kubilang dengan dada montok, walaupun tidak semontok Hana. Dia berdiri di depan pintu dengan telanjang bulat. Pinggangnya yang menggiurkan dan kulitnya yang seperti pualam memantulkan sinar marahari. Rupanya ia pakai baby oil sebelum ke sini.

“Eh Wiwik, darimana kamu tahu aku abis main sama Ridho?”
“Teriakan khasmu kalau lagi ngentot dan kalian sama sekali tidak menutup pintu kamar mandi dan kamar tidur. Juga dari TV.”
“TV?”
“Iya tiap kamar ada hidden kameranya, termasuk kamar mandi dan kamar tidur. Kami semua tahu kalau kamu tiap mau tidur selalu onani dan para cowok ngiri liat ukuran batang kemaluanmu,” jawab Hana geli.
“Kalau yang cewek?” tanyaku jahil, kepalang tanggung.
“Kita selalu kepengen dientoti sama penis besar kayak punyamu, walaupun tidak panjang. Hana sudah duluan tuh!”
“Ooo dan kamu kepengen?”
“Iya sih!” jawab Wiwiek sambil wajahnya memerah menahan nafsunya.
“Tapi staminaku abis.”
“Nih Irex!” kata Hana ketawa.

Langsung saja kusambar Irex itu dan kuminum dengan semangat. Selang beberapa menit kemudian aku mulai merasa fit lagi dan ready for fight. Wiwik yang sementara itu mengusap-usap puting dan klitorisnya sendiri serta mendesah-desah. Sudah mulai terangsang rupanya. Aku lalu berdiri dan mendekatinya. Kudorong ia ke dinding dan mulai kujilati bibirnya yang tipis itu. Tapi dia menolak dan langsung jongkok. Tanpa basa-basi dia mencaplok batang kemaluanku. Setelah mengusap-usap batang penisku yang di dalam mulutnya dengan lidahnya, dia mulai mengocok-ngocokku dengan memaju-mundurkan kepalanya. Kadang-kadang lidahnya menyusuri bagian bawah batang kemaluanku dan mengemut buah zakarku. “Aahh.. yaahh.. teruss.. terus.. Wik..” aku mendesah-desah, tidak kuat menahan birahi. Dan aktivitas itu berlangsung agak lama.

Lalu aku tidak sabar dan menarik bodinya Wiwik dan merebahkannya di lantai. Lalu kuangkat kedua kakinya yang panjang dan indah ke bahuku dan mulai kugenjot habis-habisan, tidak ada lembut-lembutnya. Ternyata beda dengan Hana, Wiwik hanya mendesah-desah. “Emmhh.. uuhh.. aahh..” Setelah beberapa menit akhirnya aku keluar juga. “Croott.. croot..” semburan silih berganti masuk ke dalam liang vaginanya. “Aaahh..” desahku. “aahh..” desahnya juga.”Aaahh..” ada desah lain. Ternyata Hana masturbasi sampai orgasme. Saat itu Rieka lewat depan kamarnya Hana. Dia berhenti sejenak lalu hendak meneruskan langkahnya ke kamarnya. Kepalang tanggung aku langsung melepaskan diri dari Wiwik dan kuterjang Rieka.

Rieka adalah cewek yang punya bodi agak pendek, tapi lebih tinggi dari Hana sedikit. Payudaranya tidak seberapa besar, lebih besar sedikit dari punyanya Wiwik, tapi sering pakai BH yang agak kekecilan, sehingga tampak sangat menantang. Kalau melangkah payudaranya sering bergetar naik-turun membangkitkan birahi. Rieka yang tidak siap menerima terjanganku kaget dan semua buku yang didekapnya terjatuh. Dia menjerit kaget sehingga menambah nafsuku. Kuseret dia ke kamarku yang di seberang kamarnya Hana, lalu kudorong dia ke dinding kamar. Nafasnya naik-turun membuat payudaranya juga naik-turun menantang untuk dinikmati.

“Ngapain kamu, aku tidak mau dientot sama kamu!” serunya judes.
Dia mendekap payudaranya dengan kedua tangannya.
“Aturan The Orgy Club: Setiap cewek jadi budak seks. Kalau tidak mau boleh diperkosa. Betul Han?” tanyaku ke Hana tanpa menoleh.
“Yoi man! Rape her as the way you like it!” Hana memberiku semangat.
“Haah.. kamu sudah tahu?”
“Iya. Now enjoy my cock, wether you like it or not!”
“Ahh..” belum sempat Rieka menjawab, tanganku sudah menjangkau kaus ketatnya dan merobeknya sehingga terlihatlah daging payudaranya yang berwarna putih susu.

Lalu kusingkirkan tangannya dan kurenggut BH-nya sampai robek jadi dua. Rieka kelihatan panik.
“Kenapa panik, kamu kan anggota Orgy Club. Budak seks donk?!” kataku menggodanya.
“Ehh.. aku..” belum sempat kalimatnya selesai kulumat bibir sensualnya.

Dia berusaha melepaskan bibirku dari bibirnya dan menjauhkan tanganku dari bodinya. Tidak berhasil karena aku lebih kuat. Kudesak dia ke dinding sambil terus menciumi bibir dan mulutnya. Dia memberontak dan secara tiba-tiba dia berhasil pas dari cengkeramanku. Dia lari keluar kamarku, tapi berhasil kukejar dia dan kudesak lagi ke tiang dinding. Kali ini kujangkau roknya dan kurobek langsung beserta CD-nya. Seketika kuangkat kaki kirinya dan batang kemaluanku langsung kuarahkan masuk ke vaginanya. Mula-mula agak seret tapi lama-lama enak juga, Bandar Poker Terbaik.

Kugenjot dengan agak cepat. Dia teriak-teriak, “Enggakk.. mmaauu..” atau sesuatu seperti itu deh! tidak jelas soalnya. Dan aku cuek saja beibeh! Surga dunia pantang disia-siakan. Apalagi dia rela diperkosa. Setelah beberapa genjotan, Rieka teriakannya dari “Enggakk.. mmaauu..” berubah menjadi “Doonn’t.. ssttoopp.. uugghh.. ffeellss.. goodd!” Kuperhatikan roman wajahnya yang manis itu menjadi semakin menggairahkan kalau lagi horny begitu.

Setelah beberapa menit aku merasa hendak keluar. Tanpa early warning maupun pertanyaan mau dikeluarin dimana, kusemburkan saja semua sisa sperma yang ada ke dalam rahim Rieka.”Aaahh..” Rieka ternyata juga orgasme.

Desahannya barengan dengan desahanku. Air mani beserta spermaku berleleran di sepanjang pahanya yang panjang dan indah. Setelah itu dia dengan gontai pergi ke kamarku untuk mengambil baju dan BH-nya yang robek. Lalu dia menggeletakkan diri di kasurku. Aku susul juga dengan langkah gontai.

Ternyata dia tidur, ngorok lagi biarpun tidak keras. Akhirnya aku merebahkan diri di sampingnya. 4 kali senggama dalam dua jam, wuuihh! It’s my first time dude! jadi boleh dong istirahat sekarang. Aku lalu memeluk dia dan tanganku meremas payudaranya yang aduhai itu, SumoQQ.

Dia cuma mengerang kecil. Akhirnya kami tertidur. Hana dan Wiwik ternyata ngelanjutin aktivitas mereka dengan menjadi lesbian. Bodo ah! Yang penting mereka always ready for use.


Wednesday, October 25, 2017

Jadi Budak Sex Ibu Kost

Sebagai Mahasiswa dari daerah, aku masih lugu sekali tentang kehidupan Ibukota Jakarta. Di Jakarta aku tidak punya sanak famili, jadi aku tinggal disebuah rumah kos yang dikelola oleh seorang wanita dia janda muda. Wanita itu tidak punya suami dan tidak punya anak. Dia tinggal bersama dua orang pembantunya di rumah yang semegah itu.

Aku memilih rumah kos Mba Ririn karena lokasinya dekat dengan Kampusku. Rumah kos itu terdiri dari banyak kamar, yang dihuni oleh Mahasiswa/mahasiswi, pelajar, karyawan swasta, hostess, dan berbagai kalangan profesi. Aku memilih kamar yang paling murah dengan fasilitas yang paling sederhanya, letaknya paling belakang, pojok dekat dengan kamar pembantu.


Aku memilih kamar itu, karena sewanya yang paling murah. Jika mengambil kamar dilantai atas, bisa bangkrut aku. Apalagi kamar yang dekat kamarnya Mba Ririn, barangkali jauh lebih mahal. Memang ada dua kamar disamping kamar Mba Ririn, kamar itu dibiarkan kosong, katanya untuk sanak famili yang menginap.

Pergaulan di rumah kos itu tampaknya acuh tak acuh, Lu ya elu, gue ya gue, individualistis sekali. terus terang, aku yang paling minder disana, karena aku yang paling “kere”. Walau aku kere, tapi terkadang aku sok pede, sok yakin, sok percaya diri. Diantara penghuni kos, akulah yang paling sering ngobrol dengan Ibu Kos. yang lainnya sibuk enggak punya waktu. bahkan pernah diajak makan bersama diruang makannya yang megah itu. Ternyata dia ramah sekali, lembut, sopan santunnya tinggi sekali, bahkan dia selalu memaklumi aku jika aku terlambat membayar uang kos.

Kalau yang lainnya, ada yang sering nunggak bayar kos, dan nasibnya disuruh mengosongkan kamarnya alias disuruh pergi !!! Kabanyakan dari mereka adalah wanita. kayaknya dia tak suka sama wanita. Aku pernah nunggak tujuh bulan, Mba Ririn tetap senyum-senyum saja menerima penjelasanku, kenapa aku terlambat. Dan selalu mengatakan It's Okay No Problem !!!. 

Kamu itu kan adik saya ?!. Jawabannya itu lho ? membuat aku GR banget, dan membuat aku bingung, kenapa hanya aku mendapat pelayanan istimewa ? mendapat prilaku berlebihan ? Semua jawaban itu baru terkuak ketika pada suatu malam dengan hujan yang sangat lebat kira-kira pukul 12.00 malam, dimana rumah kos itu sunyi sekali dan sebagian besar penghuninya pulang kampung karena musim liburan panjang.

Kamarku yang dibelakang dan pojok, malam itu bocor, gentingnya memang sudah pada enggak karuan, kasurku basah kuyup, aku kuwalahan menghadapi air hujan sialan itu. Aku hanya bisa mojok sambil kedinginan. Dan…..tiba-tiba pintu diketuk dari luar. Aku membukanya, astaga ! Ibu Ririn yang datang. ” Kamarmu bocor ya ?, yuk pindah diatas saja, kasihan kamu kedinginan ” Ajaknya. Aku mengangguk dan tanpa pikir panjang lantas bergegas pergi ke kamar atas bersama Mba kosku.

Aku diajaknya ke kamar dia, dan aku diberikan handuk untuk mengeringkan rambutku yang kena bocoran air hujan tadi dikamarku. Aku menuruti perintahnya, disuruhnya sekalian saja aku mandi air hangat di kamar mandi pribadinya, aku nurut saja. Kapan lagi ? kesempatan mendapat pelayanan dengan fasilitas yang sangat OK. Selesai mandi, aku keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melingkar dibagian perutku, hanya untuk menutupi bagian vital tubuhku saja.

Begitu aku melihat Mba Ririn, aku terkejut sekali, dia sudah ganti pakaian dengan busana tidur yang tipis sekali, dia tidak pakai BH dan bagian bawahnya tampaknya juga begitu, gaun itu transparant sekali diterpa sinar lampu kamar itu yang terang benderang. Dia berdiri dihadapanku, aku sempat gugup dan salah tingkah. Tiba-tiba dia menarik lenganku, aku dipeluknya dan bibirku diciumnya. Kontan saja handuk yang melingkari alat vitalku melorot dan membuat aku bugil. Aku masih terdiam, pasrah saja, gugup tidak tahu apa yang harus kuperbuat.

Tanganku ditarik Mba Ririn, ditempelkannya di teteknya yang besar itu. ” Remas-remas dong sayang ? remas yang mesra ya ?” pintanya. Aku melakukannya dan ku elus dan kuremas-remas tetek itu. Dia menggeliat-geliat. Posisi kami masih berdiri tegak, alat vitalku berdiri tegak pula besar dan kencang sekali. Mba Ririn melepas pelukannya dan lantas menatapku sambil tersenyum manis sekali. ” Bingung ya ?” Tanyanya. Aku menggeleng tersipu. ” jangan takut, enggak ada siapa-siapa disini, tidak ada yang berani naik ke kamarku ini. Kamu suka ?” Aku mengangguk ****. Mba Ririn menuntunku ke tepi tempat tidurnya. Dia merebahkan tubuhnya dengan kaki menjulur keluar tempat tidur. Posisinya menantang sekali.

Lekuk tubuhnya tampak jelas sekali menerawang dari gaun transparan itu. Aku masih berdiri bugil. Ku perhatikan mekinya Mba Ririn yang besar dan seksi itu. Dia memberi isyarat agar aku mendekat. Setelah aku duduk disisinya, dia bangkit dan langsung membuka gaunnya hingga kami sama-sama bugil alias telanjang bulat. Jari jemari Mba Ririn mengelus-elus alat vitalku, sambil dia mendesah-desah manarik nafasnya panjang panjang. Dia birahi sekali tampaknya.

Tak lama kemudian dia menjilati alat vitalku, dari mulai biji kemaluanku hingga ke ujung atau kepala kemaluanku. Lantas diisapnya dengan penuh penghayatan. Matanya merem melek. Dikocok-kocoknya alat vitalku, yang membuat semakin tegang dan semakin membesar. ” Wah besar sekali ? ” katanya terkagum kagum melihat alat vitalku. ” Kamu macho banget, jantan sekalii . Tidak salah aku memilih kamu, kamu masih muda punyamu kelas super ” sambungnya sambil mengocok-ngocok kemaluanku. ” Kita main di sofa saja ya ? ”

Ajaknya mesra. ” Baik Mba” jawabku. ” Jangan panggil aku Mba, panggil saja aku Ririn, begitu kan lebih dekat rasanya “. Kami pindah ke sofa, aku disuruhnya duduk dengan kaki dibuka lebar. Dia naik diatasku dan langsung memasukkan kemaluan ke dalam lubang mekinya, lalu beraksi dengan gerakan naik turun mengocok-ngocok kontolku. Ku peluk dia, kuciumi teteknya, dia semakin bernafsu. Diluar sementara hujan semakin lebat angin bertiup kencang sekali. malam itu kami larut dalam buaian surga dunia yang indah dan nikmat sekali.

Ririn orangnya nyentrik sekali. Dibagian bahunya ada tato kupu-kupu, gaya hidupnya juga kayak anak muda. Meki Ririn pulen sekali rasanya dan dalam. Tubuhnya langsing tinggi, rambutnya sebahu lebat sekali, sama lebatnya seperti bulu mekinya itu. Kami masih bertempur habis-habisan diatas sofa. Aku masih dibawah, dia diatas. Goyangannya indah sekali, tampak dia profesional sekali melayani aku. ” Kamu sering jajan ya ?” tanyanya. ” Maksud kamu apa Ririn?

” Aku balik bertanya. ” Yah..itu tuh…sering cari itu tuh….wanita “P” , sering main dimana kamu ?” ” Ah…mana saya punya uang untuk yang begitu ” ” Tapi mainanmu lihay sekali, nyodoknya juga oke banget lho, aku sudah dua kali orgasme, masih belum puas, tapi kamu masih tetap bertahan kuat” Jelasnya memuji. Aku diam saja, aku masih menjilati teteknya yang besar dan montok itu. ” Sekarang kita main di tempat tidur, kamu diatas ya ?” Pintanya. Kami main diatas ranjang, aku posisi diatas. Aku dipeluknya erat sekali, bibirku dilumat habis oleh Mba Ririn. Wah permainanya hot sekali. ” Sudah lama aku kesepian, tolong puaskan aku Don, sepuas-puasnya ” Pintanya. ” Sampai pagi ?” jawabku. ” Ya bila perlu sampai pagi. Remas tetekku, goyangnya yang kenceng dong ? terus Don…terus Don…semakin kedalam, Oohhh..mentok Don ! enak banget Don, kontolmu besar banget, sampai mentok banget nih…? tapi nikmat sekali, jilati tetekku Don aku sudah mau keluar, bareng ya keluarnya ? ” Pintanya memelas.

” Baik, aku juga sudah mau keluar. Goyangin dong biar aku keluar “. Secara reflek Ririn menggoyangkan pinggulnya dengan gerakan memutar-mutar seperti penari hula-hula Hawai. Gila banget goyangnya, aku dibuatnya kleenger…dan aku OOhhh….terus Rin…terus…..nikmat Rin…mau keluar nih….” Aku juga Don, nikmat banget ya ? mainanmu itu enak banget…OOhhh…Donyku sayang……peluk aku Don…..yang dalam Don…..terus…terus….mentok…..OOHhh….Dony aku keluar Don ??!!!” Ririn langsung meremas lenganku sekuat kuatnya, dia orgasme dan nikmat sekali tampakya hingga dia meremas lenganku kuat-kuat. ” Gila lu ?! pinter banget, aku sudah tiga kali kamu baru keluar ” Kata Ririn sambil bangkit dari tempat tidur dan memukulku dengan bantal dengan gaya bercanda. Dia duduk di sofa, kakiya ngangkang, tubuhnya direbahkan disandaran sofa, tampak dia lemas sekali.

Mekinya masih tampak memerah, teteknya masih ereksi, karena putingnya tampak besar dan kencang, warnanya pink, indah sekali, sesuai dengan kulitnya yang kuning langsat. ” Kamu berbakat jadi Gigolo Don ” ” Gigolo ? mana mungkin ? apa modalku ?” ” Ya, kamu jadi gigoloku saja !, kita bisa setiap saat begini ” ” Kamu juga mainnnya hot banget Rin ?! sudah pengalaman sekali, belajar dimana ?” ” Belajar ? ya dari pengalaman !. Tahu enggak kamu ? aku tidak bersuami ? kenapa ? karena aku takut mendapat laki-laki hidung belang. Soalnya, semua yang pernah meniduriku adalah laki-laki hidung belang, hanya butuh tubuhku saja. Dulu aku wanita panggilan, klienku orang-orang top, orang VIP, tarifku selangit, Bandar Poker Terbaik.

Tapi setelah aku Sudah memiliki Modal aku mulai membangun rumah kos kosan, dan aku memilih pensiun, Karena cape kerja begitu ” Jawabnya tegas. ” Tapi kamu kaya raya Ririn ?! kok tidak pilih suami yang mantap ?” ” Kamu kan suamiku” Jawabnya bercanda. ” Kamu sering main dimana ? sering jajan ya ? “kata Ririn. ” Yah….kadang-kadang, jika kebelet banget. Dulu sering dengan cewekku, dengan janda tetangga juga pernah, tapi enggak OK, janda kampung ! dengan banci juga pernah, tapi yang paling hot dengan kamu Ririn ?! ” Ya jelas dong ? aku kan sudah lama banget enggak main, enggak ngerasain ****** ! Tapi mulai malam ini, kamu akan aku ikat, kamu harus jadi pacarku, bila perlu jadi suamiku.

Aku jatuh cinta denganmu Dony, sudah lama aku menaruh simpati padamu ” Balas Ririn sambil menghampiriku dan memelukku serta melumat bibirku dengan bibirnya. Kami birahi lagi, sambil berpelukan dengan kaki diangkat sebelah dan diposisikan ke sandaran sofa, Ririn menuntun kontolku dan dimasukkan kedalam liang kemaluannya.

Dia beraksi lagi, goyangannya membuat aku melayang-layang ke awang-awang. Baru kali ini aku merasakan goyangan yang begitu penuh gairah dan tenaga. Ririn melepas kontolku, dan dengan segera dia naik ke rajang dan posisinya nungging. Waduhhhh…mekinya tampak besar sekali dan hot, sepontan kumasukkan alat viatlku kedalam meki itu melalui posisi seperti ****** kawin. ” Aduhhh Dony, kok enak banget ya ? lebih dalam lagi Don, Ooohhh mentok … Don” ”

Sama, enak banget punya kamu Ririn, kamu sudah lama ya tidak main, kok barangmu pulen sekali ” ” Aku rawat terus sayang…apalagi aku jarang main, paling-paling pakai dildo, ya lama-lama bosen juga. Terus Don..terus goyangnya, sambil remas tetekku, gigit bahuku Don, OOhhh……aku nikmat banget. Gigitanmu membuat aku semakin nafsu. Ohhh terus Don…OOhhh Don aku keluar, aku keluar lagi, aku kalah Don ?! ” Sejak saat itu, aku dan Ririn intim terus. Dia pindah rumah, ke rumahnya yang baru. Begitu juga aku diajaknya disana tinggal serumah. Rumah kosnya dikelola oleh pembantu rumah tangganya. Dirumah barunya Ririn, aku bebas melakukan persetubuhan kapan saja, dengan gaya dan posisi apa saja.

Mba kos ku ini, Mba Ririn ternyata mantan pelacur yang selalu kesepian dan ketagihan sex. Ada satu hal yang menyakitkan aku, kuliahku gagal, putus ditengah jalan, karena sering aku bolos kuliah, bangun kesiangan kelewat capek lembur semalam suntuk. Tapi aku dan Ririn hidup kumpul kebo bergelimang harta dan uang, SumoQQ.

Aku disuruhnya mengelola duabelas armada angkot dan kesemuanya pemilikannya diserahkan kepadaku. Aku bukan gigolo, karena aku tidak pernah minta bayaran, aku menyayangi Ririn, karena aku memang betul-betul mencintainya sepenuh hati. Usia kami berbeda tidak begitu jauh, tetapi pernah dengar Cinta dan nafsu tidak memandang Umur ? mungkin itu yang terjadi dengan aku dan Mba Ririn saat ini.


Tuesday, October 24, 2017

Sinta Penggila Penis Orang Lain

Hari ini Sinta menerima telepon dari suaminya yang baru saja kembali ke Jakarta. Dari airport suaminya langsung menuju ke kantor, dalam perjalanan menuju ke kantor, ia menelepon Sinta memberitahukan bahwa ia sudah berada di Jakarta dan sedang dalam perjalanan menuju ke kantornya, ia menjelaskan kepada istrinya bahwa kepulangannya memang mendadak karena ada pertemuan dengan kliennya di Jakarta.

Sinta pun hanya mengiyakan saja tanpa memberikan komentar apapun, batinnya berkata ada di Jakarta ataupun tidak ada di Jakarta tidak ada pengaruhnya untuk dia, karena selama ini suaminya tidak pernah memberikan nafkah batin untuknya, ia selalu mendapatkan nafkah bathin dari orang lain, jadi kalau suaminya di Jakarta malah membuat sulit Sinta untuk melakukan aktivitas seksnya.

Rencana Sinta hari ini untuk menikmati batang kemaluan kenalan barunya menjadi batal karena telepon suaminya tadi, sementara ia merasakan lubang vaginanya sudah gatal ingin digaruk oleh penis lelaki lain, tapi apa daya suaminya ada di Jakarta, Sinta takut saat dia melakukan persetubuhan dengan kenalan barunya dan saat itu juga suaminya menelpon atau suaminya pulang lebih awal, bisa kacau nanti semuanya. Akhirnya Sinta membatalkan rencananya untuk pergi keluar pada hari ini, hatinya berkata biarlah akan kutunggu sampai suaminya pergi keluar kota lagi, baru kupuaskan dahaga batinku ini.

Siangnya Sinta betul-betul gelisah, dia betul-betul ingin sekali merasakan sodokan-sodokan batang kemaluan lelaki, karena menahan desakan hasrat birahinya, kedua pipinya memerah. Sinta saat itu sedang duduk santai di ruang keluarga menonton TV tanpa sadar tangannya mulai mengusap-usap bibir vaginanya dari balik CDnya, saat itu Sinta mengenakan baju model baby doll, roknya sedikit terangkat sehingga CD putihnya terlihat dan pahanya yang putih mulus pun terlihat dengan jelas, Sinta yang sedang asyik tidak menyadari hal itu, yang ada dalam pikirannya sekarang adalah batang kemaluan lelaki yang tegang dan besar. Usapan tangannya di kelentitnya membuat vaginanya mulai basah,

Sinta mulai mendesah perlahan, menikmati belaian lembut tangannya di kelentit dan dibibir vaginanya, tangan kirinya mulai meremas-remas payudaranya, kedua payudaranya yang tidak mengenakan BH silih berganti diremas-remas oleh tangan kirinya, ia membayangkan selingkuhannya sedang meremas-remas kedua payudaranya silih berganti dan ia juga membayangkan saat itu juga sedang dijilati kelentit dan vaginanya, vaginanya semakin basah, hasrat birahinya semakin memuncak. Ruangan keluarga itu letaknya cukup berjauhan dengan dapur dan ruang makan, jika sedang berada di dapur atau di ruang makan kegiatan apapun yang terjadi di ruang keluarga tidak akan terlihat dari dapur atau ruang makan, begitu pula sebaliknya, dan para pembantunya bila sudah selesai bebenah di ruangan keluarga atau di ruangan lainnya, mereka akan berkumpul di ruangan mereka.

Ruangan itu terletak dekat dengan kamar mereka yaitu dekat dengan garasi mobil, jadi kegiatan Sinta saat ini tidak ada satu orang pun yang melihatnya. Gejolak birahi Sinta semakin meningkat, desahannya semakin sering terdengar, kedua payudaranya yang tidak mengenakan BH sudah tidak tertutup apa-apa lagi, kedua putingnya sudah mengeras dan mencuat keluar, CDnya sudah melorot sampai paha, dan terlihat jari tengah tangan kanannya sudah berada dalam jepitan vaginanya, dan terlihat jari tengahnya sedang keluar masuk di lubang vaginanya, terlihat pantatnya naik-turun dari kursinya seiring dengan keluar masuk jari tengahnya.

Sinta yang sedang berusaha keras untuk mencapai puncak birahinya tidak menyadari ada sepasang mata yang sedang menyaksikan aksinya. Kedua bola mata yang menyaksikan tingkah Sinta itu terbelalak, jantungnya berdegup kencang nafasnya memburu, pemandangan yang disaksikan oleh pemilik kedua bola mata itu, yang dalam mimpinya pun tidak pernah terbayangkan olehnya. Kedua payudara Sinta yang setengah terbuka dan kelihatan kedua putingnya dan sedang diremas-remas bergantian oleh tangan kirinya, kemudian di bawah ia melihat belahan bibir vagina Sinta yang kadang terlihat dan kadang tidak terlihat karena jari tengah tangan kanan Sinta sedang keluar masuk di lubang vaginanya itu, semua itu membuat si empunya mata tersebut berkali-kali menelan ludah, seumur hidupnya belum pernah ia menyaksikan pemandangan indah seperti ini.

Si empunya mata merasakan penisnya mulai mengeras melihat semua itu, hampir tanpa berkedip kedua matanya tertuju ketubuh Sinta, nafasnya semakin memburu melihat ulah Sinta, tubuh Sinta terlihat olehnya meregang-regang, penisnya semakin mengeras, terlihat celana pendeknya menggelembung oleh desakan penisnya yang seolah ingin keluar dari sekapan celana pendeknya, pada saat kepala Sinta mendongak ke belakang, kedua matanya yang setengah terpejam menangkap sesosok tubuh si empunya mata tadi. Sinta sungguh kaget sekali karena ada orang yang sedang menyaksikan ulah liarnya tersebut, aksi liar kedua tangannya berhenti seketika. “Ehhh, Udin…addaaaaa…apaaa…sedaang apa kamuuu…,” Sinta berkata dengan terengah-engah, kaget dan jengkel karena puncak birahinya tidak terlampiaskan. “Eeehhh…aaanuuuu…..aaanuuu…bu…,”

Udin kaget mendengar teguran Sinta, karena saat itu dirinya sedang asyik melihat aksi nyonyanya tersebut. Biarpun kaget tapi kedua mata Udin tidak melepaskan pandangannya dari tubuh Sinta yang masih agak terbuka, hal ini tidak Sinta sadari karena ia kaget dengan kehadiran Udin di ruangan tersebut, yang hanya Sinta ingat saat ia berdiri dari kursinya tadi adalah CDnya yang ia benahi, sehingga saat ia berdiri berhadapan dengan Udin kedua payudaranya yang putih mulus itu masih terpampang dengan jelas di hadapan Udin. “Anu..anu apa,” Sinta berkata kepada Udin dengan jengkel, karena malu dan karena gejolak birahinya tidak terlampiaskan. “Eeehhh…ini..ini..,Bu. Sayaa…mau minta uang untuk beli bahan pembersih kolam, yang kita punya sudah habis,” Udin menjawab agak tergagap-gagap, dengan kedua matanya tetap tertuju ke arah payudara Udin yang seolah-olah menantang ingin diremas.

“Din, apa yang kamu lihat tadi, jangan sampai ada orang lain yang tahu, kalau sampai ada yang tahu, kamu saya pecat,” ancam Sinta, dan saat itu kedua mata Sinta melirik ke arah selangkangan Udin, dan ia melihat tonjolan di celana pendek Udin. Udin betul-betul merasa ketakutan dan merasa bersalah dengan kelakuannya yang melihat tubuh Sinta yang setengah telanjang, tapi kedua matanya tidak pernah beranjak dari payudara Sinta yang menggantung dengan indahnya, payudara Sinta yang putih mulus dihiasi oleh kedua putingnya yang merah muda dan sudah menyembul keluar dan mengeras itu. Setelah menimbang-nimbang dengan segala kemungkinannya,

Sinta pun mengambil keputusan untuk melakukan “quickie sex” dengan Udin, lalu iapun memerintahkan Udin untuk duduk di sofa. Sinta tahu bahwa penis Udin sudah pasti sedang berdiri dengan gagahnya di balik celana pendeknya itu. Hati Sinta mulai ragu antara ingin menikmati sodokan batang kemaluan lelaki dengan takut akan suaminya pulang lebih awal, ia melirik jam dinding yang ada di ruangan tersebut, pukul 13.30 siang, hatinya membatin suaminya tidak mungkin pulang cepat, ia bisa melakukan “quickie sex” dengan Udin untuk meraih puncak kenikmatannya yang terganggu. Akhirnya nafsu birahinya mengalahkan akal sehatnya, Sinta pun mengambil keputusan untuk merasakan batang kemaluan Udin mengaduk-aduk lubang vaginanya. “Iyyaaa…Bu..saya sumpah tidak akan cerita ke orang lain,” jawab Udin ketakutan.

“Duduk, kamu,” perintah Sinta. Udin menuruti perintah Sinta untuk duduk, iapun duduk di sofa yang ditunjuk oleh Sinta, dengan hati penuh kebingungan dan dengan tatapan mata yang tidak pernah terlepas dari payudara Sinta. “Ingat kamu jangan cerita kepada siapapun, cukup hanya kita berdua yang tahu masalah ini, hhhmmm ..,” ancam Sinta kembali sambil berjalan menghampiri yang sudah duduk di sofa, tanpa membuang waktu Sintapun mulai menurunkan celana pendek Udin sampai ke lutut. Batang kemaluan Udin yang sudah tegang terangguk-angguk saat celana pendeknya terlepas, ternyata Udin pada saat itu tidak mengenakan CD,

Sinta kaget karena ia tidak menyangka bahwa Udin tidak mengenakan CD, penisnya yang sudah sangat tegang sekali teracung-acung di hadapannya. “Ingat, Din, apapun yang terjadi kamu jangan cerita kepada siapapun,” kembali Sinta berkata. “Iyaah..bu…saaayyyaaa….jaanji…,” jawab Udin gagap, karena ia kaget akan aksi nyonyanya ini yang membuka celana pendeknya. Ia sendiri bingung, dalam hatinya berkata apa yang dikehendaki oleh nyonyanya ini, karena belum pernah selama ini ada perempuan yang melihat penisnya apalagi dalam keadaan tegang, Udin pun merasa malu karena nyonyanya sudah melihat penisnya yang tegang itu.

Tangan kanan Sinta segera meraih batang kemaluan Udin, iapun segera mengangkang di atas pangkuan Udin, sementara tangan kirinya meraih CDnya dan menarik salah satu pinggiran CDnya ke samping, sehingga belahan bibir vaginannya terlihat dengan jelas oleh Udin, Udin yang belum pernah melakukan hubungan badanpun dibuat bingung oleh aksi Sinta, dan saat Sinta mulai mengoles-oleskan kepala penisnya ke bibir vaginanya, Udin merasakan geli yang aneh saat kepala penisnya bersentuhan dengan bibir vagina Sinta, penisnya berdenyut-denyut.

Tanpa membuang waktu Sinta segera menyelipkan batang kemaluan tersebut di bibir vaginanya dan ia mulai menekan pantatnya ke bawah dengan perlahan dan batang kemaluan Udin perlahan-lahan menyeruak masuk di lubang vagina Sinta. Ssleeeepppp…..bleeessss….bleeesss…..bleesss… Dengan perlahan-lahan penis Udin mulai melesak masuk di lubang memek Sinta dan akhirnya terbenam seluruhnya, Udin merasakan kenikmatan yang luar biasa yang belum pernah ia alami selama ini, rasa geli yang aneh menyelimuti dirinya, saat penisnya terjepit dalam lubang vagina Sinta , Udin merasakan penisnya seperti ada yang meremas-remas. “Ooouuuggghhhh…..,” Sinta melenguh saat lubang memeknya diterobos oleh penisnya Udin. “Eeeeggghhhh……..,”

Udinpun mengerang merasakan jepitan lubang vagina Sinta di penisnya. Dengan kedua tangan bertumpu pada sandaran kepala sofa, Sinta perlahan-lahan mulai bergerak, menaik turunkan pantatnya, kedua payudaranyapun terguncang naik turun seiring dengan naik turun pantatnya. Udin yang masih bingung dengan apa yang terjadi hanya bisa melotot melihat kedua payudara Sinta yang terombang-ambing di hadapan matanya. “Aaagghhh…eenaaakkk…Din, kaamuuu…jangan melongo..saaaajjaa…ooogghhh… hisap kedduaaa…tetekku… remaaassss….remaaasss…,” Sinta mendesah keenakan. Udin yang mendengar perintah Sinta mulai melakukannya, kedua tangannya mulai meraih payudara Sinta yang sedang terombang-ambing itu, lalu ia meremas kedua payudara tersebut, karena belum pernah ia melakukan hal tersebut,

Udin merasakan remasan tangan Udin di kedua payudaranya agak kasar, tapi sensasi yang ditimbulkan oleh remasan kasar tangan Udin membuatnya merasakan hal baru, gairah birahinya yang sempat tertunda tadi mulai meningkat lagi. Mulut Udinpun mulai bergantian menghisap-hisap kedua payudara Sinta, hisapan-hisapan mulut Udinpun tidak beraturan, Udin betul-betul menghisap tetek Sinta seperti ia menyedot minuman, akibatnya Sinta kembali merasakan sensasi yang berbeda daripada biasanya, hisapan-hisapan kuat Udin pada kedua teteknya membuat ia menggelinjang, Sintapun merasakan geli yang aneh di kedua payudaranya tersebut. Udin yang belum pernah melakukan seks ini, merasakan kenikmatan yang luar biasa, kenikmatan yang belum pernah ia alami selama ini, mulutnya mendesah-desah di tengah kesibukannya menghisap-hisap payudara Sinta,

matanya merem melek menikmati jepitan lubang vagina Sinta pada penisnya, Udin merasakan penisnya bergesekan dengan lubang vagina Sinta, ia merasakan geli yang luar biasa, penisnya semakin berdenyut dengan kuat dan semakin menegang, Sinta merasakan penis Udin yang semakin mengeras. Sinta merasakan penis itu begitu tegang dan keras, dinding lubang vaginanya merasakan kekerasan penisnya Udin tersebut, cairan birahinya semakin banyak bercampur dengan cairan birahi Udin, akibatnya suara berdecak dari pertemuan dua kemaluan merekapun terdengar, menambah semangat Sinta untuk menaik-turunkan pantatnya. Sinta sudah lupa akan kemungkinan suaminya pulang cepat, yang ada sekarang ini Sinta betul menikmati sodokan-sodokan batang kemaluan Udin di vaginanya. Tak lama berselang Udin melenguh keras, penisnya berdenyut dengan keras, penisnya mulai menembakkan air maninya.

Crreeeettt….creeettt….creeett……. air mani Udin berhamburan keluar membasahi lubang vagina Sinta. “Ouuuuggghhh….hhhmmmmmhhh….sssllrrppppp…ssslrrrppp p….hhhmmm…..,” Udin melenguh merasakan letupan-letupan lahar kenikmatannya yang sedang mengalir dari penisnya membasahi vagina Sinta sambil mulutnya tetap menghisap-hisap payudaranya. Sinta merasakan letupan-letupan air mani Udin di dinding vaginanya, ia tahu Udin sudah meraih puncak kenikmatannya, Sintapun semakin gencar menaik turunkan pantatnya, ia merasa takut akan tidak berhasil meraih puncak kenikmatannya, karena penisnya Udin sudah menyemburkan lahar kenikmatan, ia merasa takut bahwa sebentar lagi batang kemaluan Udin akan melemas setelah menyemburkan cairan kenikmatan itu.

“Oouuugghh…aaagghhh….ssshhhh..aaagghhh…sssshhhh…aa aaghhhh….. ,” Sinta mendesah keenakan merasakan lesakan batang kemaluan Udin di vaginanya dan merasakan hangat di dinding vaginanya akibat semburan air mani Udin. Udin merasa lemas saat penisnya menyemburkan tetes terakhir cairan kenikmatannya di lubang vagina Sinta, tapi mulutnya masih tetap menghisap-hisap payudara Sinta, penisnya masih berdenyut-denyut. Sinta yang merasakan batang kemaluan Udin tidak menyemburkan cairan kenikmatannya lagi, merasa kaget karena penisnya Udin tidak mengalami perubahan, Sinta merasakan penisnya Udin masih keras dan tegang, biasanya batang kemaluan lelaki perlahan-lahan akan menciut setelah melepaskan cairan kenikmatannya, tapi tidak untuk penisnya Udin,

penisnya Udin sudah berhenti mengeluarkan cairan kenikmatan tapi Sinta masih merasakan keras dan tegang. Udin yang berhasil meraih puncak kenikmatannya, dalam sekejap sudah kembali pulih, perlahan-lahan gairah birahinya kembali bangkit, dengan semangat 45 hisapan dan remasan di payudara Sinta semakin gencar, ia hanya merasakan sedikit ngilu di kepala penisnya, tapi lama-lama rasa ngilu itu hilang berganti dengan rasa nikmat. Udin memang belum berpengalaman dalam hal bersetubuh, tapi stamina tubuhnya terutama penisnya, betul-betul membuat takjub Sinta. Udinpun semakin gencar menaik-turunkan pantatnya, dari lubang vaginanya perlahan-lahan keluar cairan putih yang bercampur dengan cairan bening,

cairan itu keluar seiring dengan keluar masuknya batang kemaluan Udin di lubang vaginanya, lenguhan-lenguhan nikmat semakin sering terdengar dari mulut Sinta, sementara dari mulut Udin hanya terdengar dengusan-dengusan keenakan karena mulutnya masih sibuk dengan kedua payudara Sinta. Kedua manusia berlainan jenis ini sudah lupa dengan keadaan sekitarnya, yang mereka tahu hanyalah nikmatnya persetubuhan mereka ini, Sintapun sudah tidak perduli akan kemungkinan suaminya pulang lebih cepat, yang ia perdulikan hanyalah meraih puncak kenikmatannya, yang ia perdulikan hanyalah penisnya Udin yang sedang keluar masuk dalam lubang vaginanya. Kedua sosok tubuh mereka sudah basah dengan keringat, nafas keduanya pun terdengar memburu, kedua mata mereka merem-melek menikmati persetubuhan mereka ini, mereka berdua sudah lupa akan status mereka.

“Oouughhh, Diiinn….kontolmu betul-betul enaaak….kkoontollmu…keras sekali… oougghh… shhhh….aaahh…sssshh.. aaaahhh…..,” Sinta mengerang keenakan merasakan sodokan-sodokan batang kemaluan Udin di lubang vaginanya, Sinta merasakan batang kemaluan Udin tegang dan keras seperti kayu saja layaknya. “Hhmmm…ssllrrppp….hhhmmmm…ssllrpppp….,” Udin bergumam keenakan sambil mulutnya tetap sibuk menghisap tetek Sinta. Remasan tangan Udin di payudara Sintapun tidak pernah berhenti, tangannya meremas-remas kedua payudara Sinta dengan agak kasar. Sintapun menggelinjang akibat hisapan-hisapan kuat mulut Udin dan remasan-remasan kasar di payudaranya, sensasi yang agak sedikit kasar ini belum pernah dialami oleh Sinta, kedua puting payudaranya semakin mencuat keluar dan keras, Sinta semakin mengerang keenakan dibuatnya. “Oouugghhh…aaaaaagghhh… hiisaaapp…

Diiinnnn, hissaaappp…kuaaatt..kuatt… yachhh…aaaghh…ssshhsss…oougghh.,” Sinta mengerang-ngerang merasakan kerasnya hisapan mulut Udin. “Kaaammuuu…pernah melaakukaan ini..Diiinnnn….” tanya Sinta tanpa menghentikan genjotan pantatnya. “Beeelumm…sssrrrlppp…Bu,…ssslrrpp…,”jawab Udin sambil asyik menghisap tetek Sinta. Tubuh Sintapun berganti posisi dari setengah berjongkok sekarang posisinya duduk di atas pangkuan Udin, sementara gerakkannya yang naik turun sekarang berganti dengan gerakkan maju mudur, kedua tangannyapun tidak berada di sandaran kepala sofa tetapi sekarang kedua tangannya sedang meremas-remas kepala Udin yang sedang asyik bermain di kedua payudaranya. Tali baju Sinta pun sudah terlepas dari kedua pundak Sinta, akibatnya kedua payudaranya sudah tidak terhalang oleh apapun, sehingga kedua tangan Udinpun bebas meremas-remas kedua payudara tersebut. Udin memang baru pertama kali ini melakukan hubungan seks,

tapi karena usia Udin yang masih sangat muda sehingga penisnya yang tadi sudah mengeluarkan sperma masih berdiri dengan gagahnya dan siap untuk bertempur kembali, yang kurang dari Udin hanya pengalaman saja, tapi untuk Sinta itu sudah cukup yang penting penisnya Udin keras dan tegang dan bisa mengobrak-abrik lubang vaginanya yang haus akan batang kemaluan lelaki. “Hhhhmmm…ssslrrppp…sssslrrppp…hhmmm….,” Udin masih asyik dengan aksi hisapannya di payudara Sinta, yang satu ia hisap yang satunya ia remas, kedua payudara Sinta bergantian dihisap dan diremas. “Ouuughh…aaaaghhhh…ssshh…eenaaakk…Diiiinn…eennaaakk.. nikmaattt sekali… terus hisaaaapp…reeemaaass….yaachhh…jangan berhentiiii…ouughhh..aaaagghh ….kontooolllmuuu….eenaaakkk…keeraaassss…….,” Sinta merintih-rintih menikmati semua ini. Gerakan maju mundur tubuh Sinta semakin cepat, Sinta merasakan kelentitnya geli-geli enak bergesekan dengan jembut Udin,

remasan tangannya di kepala Udin semakin menjadi akibat hisapan dan remasan Udin di kedua payudaranya. Kepala Sinta bergoyang ke kanan dan ke kiri, mulutnya merintih-rintih keenakan, matanya merem melek menikmati sensasi persetubuhan ini. Tak lama berselang gerakan tubuh Sinta mulai tidak beraturan, tubuhnya mulai mengejut-ngejut, nampaknya puncak kenikmatannya akan segera ia rengkuh, tiba-tiba Sinta menekan pantatnya ke belakang seolah-olah ia ingin penisnya Udin masuk dengan biji pelernya di lubang vaginanya, dan… Sssrrrrr……srrrrrrrr…..ssssrrr… Memeknya menyemburkan cairan kenikmatannya, cairan hangat itu menyiram batang kemaluan Udin, Udin merasakan penisnya menjadi hangat oleh siraman cairan kenikmatan Sinta, Udin juga merasakan dinding vagina Sinta seolah meremas-remas penisnya. “OOuuuggggghhh….aakuuu….keluuuarrr…Diiinnnnn, aaaakuuu…aaagghh..enaakkk

nikkmaaat….aaagghhh….,” erang Sinta menikmati puncak kenikmatannya yang berhasil ia rengkuh. Tubuh Sinta mengejang, gerakannya terhenti, tangannya meremas kepala Udin dengan kuat, nafasnya tersengal-sengal, saat vaginanya meneteskan tetes terakhir dari cairan kenikmatannya, Sintapun melenguh panjang, dinding vaginanya masih berkedut-kedut, yang dirasakan oleh Udin seolah-olah meremas-remas penisnya. Dengan nafas yang masih memburu, Sintapun ambruk di atas pangkuan Udin, Udin hanya bisa diam, dia tidak tahu apa yang harus diperbuat, perlahan-lahan Sinta membuka matanya lalu berkata, “Kamu suudah keluar, din,” Tanya Sinta. “Belum, Bu,”jawab Udin polos. “Hhhmmmm kamu termasuk ayam pejantan juga,” Sinta berkata dengan genit. Dengan perlahan-lahan Sinta mulai menggerakkan tubuhnya lagi, pantatnya ia maju mundurkan, sehingga batang kemaluan Udin mulai kembali keluar masuk vagina Sinta. Sebetulnya Sinta sudah merasa puas dengan pencapaian puncak kenikmatannya ini, tapi karena dia tahu bahwa Udin belum berpengalaman, Bandar Poker Terbaik,

akhirnya ia mengambil keputusan untuk memuaskan penisnya Udin sampai mengeluarkan cairan kenikmatannya lagi. Udin merasakan kembali penisnya keluar masuk vagina Sinta, Sinta bergerak dengan cepat, ia ingin cepat-cepat menuntaskan permainan ini, karena hasrat birahinya sudah terpenuhi dia mulai sedikit khawatir akan kedatangan suaminya, tubuhnya maju mundur dengan cepat, penisnya Udinpun akibatnya keluar masuk dengan sangat cepat, Blleeesssss….sssrrrttt….bleeeessss…ssrtttttt…blees sss….sssrtttt…. Sinta memaju mundurkan pantatnya dengan cepat, batang kemaluan Udinpun keluar masuk di lubang vagina Sinta seiring dengan gerakan maju mundur, dengan gerakan Sinta yang cepat ini membuat Udin agak kesulitan menghisap payudara Sinta, sehingga yang bisa ia lakukan hanya meremas-remas payudara tersebut, dan suara erangan Udinpun mulai terdengar jelas.

“Aaaaghhh….ssshhhh…ooougghh….sssshhh… enaaakk…Bu…eenaaakkk…,” Udinpun mengerang kenikmatan, merasakan jepitan memek Sinta di penisnya. “Ehhmmm…enaak…Din…aaayoo…keluaaariinn…ceppaat…,” Sintapun mendesah. Tubuh Sinta menghentak-hentak dengan cepat, goyangan pantatnya semakin bertambah cepat, batang kemaluan Udin semakin mengeras jadinya, Sinta merasakan batang kemaluan Udin seperti batang kayu yang dimasukkan ke dalam vaginanya, seluruh dinding vaginanya merasakan kerasnya batang kemaluan Udin tersebut, gairah birahinyapun menanjak dengan cepat. “Ouughh…Diiinn..Koontooollmmmu…..keeraasssss…seekaal liii…sssshhh…aaaggh nikmaaat betuulll…aaarrggghhh….aaakkuuu…ingin teruuusss…merasakannyaaaa oooohhhhh…..” Sinta merintih-rintih keenakan. “Aaahhh…iiyaaaahh….mmmmmm….eeennaakkk….ooohhh…puny aa….ibuuu..juga enaaaak….,” Udin mengerang nikmat. Sinta sibuk dengan goyangan dan maju mundur pantatnya sementara.

Udin sibuk dengan kedua belah tangannya yang meremas-remas kuat payudara Sinta. Nafas mereka berduapun terdengar memburu, puncak pendakian kenikmatan mereka sudah mulai di ambang pintu. Gerakan Sintapun semakin menggila dan liar, rintihan-rintihannya semakin terdengar, erangan Udinpun semakin sering terdengar, suara rintihan dan erangan mereka terdengar bergantian, diselingi dengan suara decakan akibat beradunya kedua kemaluan mereka, lubang vagina Sinta semakin banjir, batang kemaluan Udinpun semakin leluasa keluar masuk di lubang vagina Sinta, tanpa hentinya Sinta melenguh-lenguh keenakan.

Tubuh Sintapun mulai bergerak tidak beraturan, tubuh Udin mulai terlihat mengejang, otot-otot di tangannya terlihat, puncak pendakian kenikmatan mereka akhirnya berhasil mereka rengkuh, dengan sekali hentak Sinta menekan dalam-dalam pantatnya. Ccrreeeeetttt….sssssrrrrrrr…ccreeetttt…creeeettttt …ssssrrrrrr….. Kemaluan mereka berdua secara bersamaan menyemprotkan lahar kenikmatan mereka.

“Ooouugghhh…akuuu..keluaarrr..lagiiii…aaaagghhh…en aaakkk…nikmaattt…. kamuuu betul…betullll…perkaaassaaa….Diiinnn,” erang Sinta menikmati puncak pendakian kenikmatannya yang kedua kalinya. “Hhhhhmmm…aaaaahh..ssshh…aaakuuu…jugaa….keluaarrr… Buuu,” Udinpun melenguh keenakan. Tubuh Sintapun ambruk kembali di pangkuan Udin, nafas keduanya terdengar memburu, perlahan-lahan batang kemaluan Udin mulai mengecil dan terlepas dari jepitan memek Sinta.

Seiring terlepasnya batang kemaluan Udin dari lubang vagina Sinta kemudian mengalir cairan putih bercampur dengan cairan bening dan jatuh ke paha Udin. Setelah nafas mereka kembali normal, Sinta mengingatkan kembali ke Udin untuk tidak menceritakan kejadian barusan kepada siapapun dan ia juga mengingatkan Udin untuk kapanpun jika ia sedang ingin melakukan hubungan badan, Udin harus siap, SumoQQ.

Sinta juga menambahkan agar Udin bertingkah seperti biasanya saja, Udin hanya mengiakan kehendak nyonyanya tersebut, Udin berpikir alangkah bodohnya ia bila menceritakan hal tersebut ke orang lain yang bisa berakibat ia tidak dapat menikmati tubuh mulus nyonyanya lagi dan tidak bisa merasakan surga dunia. Udinpun beranjak setelah mengenakan celananya menuju ke kamarnya, sementara Sintapun merapikan pakaian dan CDnya beranjak ke kamarnya, Sinta membersihkan badannya di kamar mandi, setelah selesai mandi Sinta mengambil daster satu tali yang mini, dalamannya ia hanya mengenakan CD saja tanpa BH, dan beranjak keluar kamarnya menuju ke ruangan keluarga dan menonton TV sambil menunggu kedatangan suaminya.


Monday, October 23, 2017

Pelajaran Sex Dari Pembantu Orang Tua Asuhku

Ayah ibuku adalah orang susah. Hidup sebagai petani, bukan masalah mudah. Kemiskinan terus mendera keluarga kami. Aku anak tertua dari tiga bersaudara. Setamat SD, usiaku 13 tahun, karena aku terlambat masuk ksekolah, aku diminta oleh sebuah keluarga, untuk disekolahkan di tempatnya. Keluarga itu berharap aku bisa membantunya di rumahnya sepulang sekolah. Dengan berat hati orangtuaku mengizinkannya, namun aku sangat gembira, bisa melanjutkan sekolah.


Tanpa bekal apa-apa kecialu ijazah SD, aku dibawa Bu Rina dan suaminya ke kota tempat mereka tinggal. Pagi-pagi sekali aku harus sudah bangun dan mempersiapkan segalanya, mulai dari menjerang air sampai membuat minum,. kemudian mengepel rumah, menyiram bunga-bunga di taman depan rumah, baru aku mandi, sarapan kemudian naik sepeda ke sekolah. Bu Rina dan suaminya serta dua anaknya, ikut naik mobil untuk diantar ke sekolah. Aku iri pada mereka dan aku bertekad, satu saat aku harus kaya agar aku bisa menyenangkan ayah dan ibuku serta adik-adikku naik mobil.



Aku mengerjakan pekerjaanku dengan baik tanpa memikirkan apa-apa. Yang penting aku dapat tempat tinggal, pakaian, buku2 sekolah, makan dan terpenting aku tidak terlantar. Aku biasanya belajar mulai pukul 20.00 setelah aku menyelesaikan pekerjaanku bersama si Bibi, pembantu yang tinggal dan untuk sementara sekamar denganku.


Setiap kali aku belajar pembantu yang ku panggil Bibi itu, selalu menemaniku, karena dia tak punya anak walau pernah menikah selama 10 tahun. Dia dicerai oleh suaminya, karena tak bisa melahirkan anak. Bibi sangat sayang padaku. Dia selalu menyiapkan makanan ringan untukku saat aku belajar, bahkan membuat teh manis panas, sesekali dia rela mencuri susu dan dibuatkan untukku. Bibi suka menciumku dengan kasih sayangnya.

Malam itu udara sangat gerah. Bibi yang berusia 29 tahun itu, membuka pakaiannya, kecuali sarung yang menutupi tubuhnya dan telanjang dada dibalut Bra pada bagian tertentu tubuhnya. Dia duduk disampingku, memperhatikan aku belajar. Kulit sawo matang yang dipertontonkan kepadaku serta buah dadanya yang besar, sampai-sampai bra yang dipakainya tak mampu menampungnya. Aku jadi horny dibuatnya. Dia tersenyum saat aku menatap buah dadanya yang besar itu. Tapi aku tahu, dia bangga pada buah dadanya yang besar itu.

“Kamu belum pernah lihat buah dada seperti ini Zal?” dia bertanya. Aku menggeleng.
“Apa di dalam ada air suysunya, Bi?” tanyaku polos ketika itu.
“Belum ada.”
“Begitu besar kok tidak ada. Tetanggaku, walau tak sebesar itu ada airnya. Aku lihat dia menyusui anaknya,” kataku.
“Oh.. itu kalau suadh melahirkan dia akan ada. Tapi kalau tidak hamil dan tidak melahirkan anak, air susunya tidak ada,” kata Bibi menjelaskan.

Dengan kepolosanku ketika itu, aku menjamah tetek Bibi pada belahannya. Bibi tersenyum. Lalu Bibi melepas pengait Branya, lalu tersembullah teteknya yang besar itu.

“Nah… peganglah,” katanya tersenyum. Aku memegangnya dan mengelus-elusnya.
“Kalau kamu mau coba mengisapnya juga boleh kok, Zal,” Bibi seperti mengerti keinginanku. Dia lalu menyodorkan buah dadanya ke mulutku dan aku mengemut pentilnya yang hitam dan mulai mengisap-isapnya. Bibi mendesis dan mengelus kepalaku..
“Kenapa Bi? Sakit ya?” tanyaku ketakutan.
“Tidak, nak Zal. Tidak Malah bibi merasa enak. Tapi ingat, kamu tak boleh cerita kepada siapapun juga,” katanya. Aku mengangguk. Bibi menyodorkan kembali teteknya ke mulutku dan mengisapnya. Aku suka mengisap teteknya. Diarahkannya sebelah tanganku untuk mengelus dan meremas buah dadanya yang lain. Aku melakukannya dan Bibi mendesis-desis yang katanya enak. Aku diminta bergangtian mengisap Teteknya, kiri dan kanan. Aku pun menjadi semakin suka. Kontolku mengeras dan menegang.

Bibi menaikan tubuhku ke gendongannya. Kedua kakiku mengangkangi keduakakinya dan terus diminta mengisap pentil teteknya dan kepalaku terus menerus dielusnya. Dia selalu mendesis yang mengatakan sayang padaku. Bajuku pun dibukanya, sampai aku juga seperti Bibi tanpa baju.

Bibi menurunkan diriku dari pangkuannya dan mematikan lampu, kemudian menghidupkan lampu 5 watt warna biru, lalu dibawanya aku tidur di tempat tidurnya. Di kamar itu ada dua buah tempat tidur. Kami masing-masing satu tempat tidur. Kali ini, aku diajaknya tidur seranjang denganya. Sembari tidur, dia terus memintaku untuk mengisap teteknya. Bibi melepaskan kain sarungnya dan kini dia sudah telanjang bulat. Dia arahkannya tanganku untuk mengelus-elus rambut yang tumbuh pada memeknya. Aku merasakan jemariku yang diarahkannya menyentuh lendir hangat di sela-sela memeknya.
“Terus sayang. Terus masukkan jarimu ke dalam,” katanya. Aku melakukannya.

Pagi-pagi sekali Bibi sudah terbangun dan sudah mengerjakan pekerjaan. Aku mendengar, ibu rumah menanyakan kepada Bibi kenapa aku belum bangun aku terkejut dan melompat dari tempat tidur.
“Zal kelihatannya demam Nyonya. Aku mau mengompresnya dan memberinya obat. Biar saya mengerjakan pekerjaannya,” kata Bibi. Mendengar itu aku kembali ke tempat tidurku dan menyelimuti diriku. Begitu selesai menyelimuti diriku, pintu kamar terbuka dan ibu rumah masuk lalu mendekatiku, Bandar Poker Terbaik.

Kamu tak usah sekolah. Nanti Bibi akan membelikan obat untukmu. Istirahat, biar saya nanti yang permisikan kepada gurumu,” kata ibu rumah kepadaku. Alu hanya mengangguk saja dan mataku tetap terpejam. Aku mendengar pintu tertutup dan ibu berbicara kepada Bibi.
“Ni uang. Nanti belikan Panadol atau apa saja obat demam. Tanyakan apotik apa yang harus diberikan kepadanya,” kata ibu memberikan uang kepada Bibi. Bibi menyanggupinya dan setengah jam kemudian, rumah jadi sepi dan aku mendengar suara mobil keluar dari garasi.

Setelah menutup gerbang, Bibi berlari ke kamar dan tersenyum aku pun terbangun.“Ayo kita mandi,” kata Bibi, menyeretku ke kamar mandi. Kami sama-sama masuk. Kukira, aku akan dimandikan oleh bibi atau apa, ternyata Bibi menelanjangi dirinya dan menelanjangi diriku dan kami mandi berdua. Usai mandi kami sarapan di meja dapur, memang itu adalah bagian kami..

“Ayo kita tiduran lagi yuk,” Bibi mengajakku kembali ke kamar. Akau menuruti saja. Sesampainya di kamar, Bibi kembali menelanjangi dirinya dan diriku. Kembali aku diminta mengisap pentil teteknya. Bibi mengajariku berciuman bibir. Mulanya aku enggan. Tapi aku harus selamat. Di rumah ini, hanya Bibi yang memperhatikanku dan hanya dia temanku. Dia yang suka membuat makanan untukku, bahkan selalu menyimpan makanan untuk dan disimpan di kolong ranjang, Zal, SumoQQ.

Aku menikmati juga ciuman bibir. Aku menikmati juga mengisap bibirnya dan mengisap lidahnya, seperti apa yang dia perlakukan untukku. Mulai dari sana, kami selalu melakukan apa saja, begitu aku usai belajar atau mengerjakan PR pada malam hari. Bagaimana aku menjilati memeknya, bagaimana aku menjilati lehernya, bagaimana aku memasukkan kontolku ke lubang memeknya. Ada hari-hari tertentu, aku harus memasukkan kontolku ke lubang duburnya.

Setahun lebih aku diajarinya, sampai aku benar-benar mampu melakukannya dengan sempurna dan tubuhku yang memang tinggi, karena kerja keras, aku jadi laki-laki berotot. Pemilik rumah yang mengasuhku pun senang, karena aku naik kelas dua, dengan nilai yang sangat bagus.


Saturday, October 21, 2017

Bercinta Dengan Kawan Lama

Seminar tentang management terkadang merupakan refreshing dari kesibukan di kantor, apa lagi kalau pembicaranya menarik. Meskipun sebenarnya aku tidak terlalu berminat, tapi karena tugas dari kantor maka mau tidak mau harus berangkat juga.

Session pertama tidaklah terlalu menarik, topiknya bagus tapi pembicaranya terlalu datar dalam menyampaikan, begitu juga pembicara kedua tidak ada yang istimewa hingga acara makan siang. Session ketiga adalah paling berat, dimana serangan kantuk datang, pembicaranya haruslah pintar membawa suasana.


Begitu session ketiga, berjalanlah ke podium seorang wanita cantik dengan anggunnya, menyihir pesona peserta seminar. Dengan santai dan penuh percaya diri dia duduk di deretan pembicara dan moderator, lalu sang moderator membacakan Curiculum Vitae dia, namanya Kartika Jatinegara. Tersentak aku mendengarnya setelah semua CV dibaca.

Kupandang lebih seksama, aku hampir yakin bahwa dia adalah Tika, teman SMA dulu, wanita pertama kepada siapa aku jatuh cinta dan wanita pertama pula yang membuatku patah hati karena cintaku yang tidak terbalas.

Selama session dia, aku tidak dapat mengkonsentrasikan pada materi seminar, kunikmati penampilan Bu Kartika, nama resminya, hingga tidak terasa session dia sudah habis dan dilanjutkan dengan coffea break.

Bu Kartika dikelilingi banyak peserta seminar untuk melanjutkan tanya jawab yang tidak terakomodir di forum seminar. Dengan tangkasnya dia menjawab semua pertanyaan. Hingga pada suatu kesempatan dimana dia sendirian saat mengambil kue, kusapa dia dengan nama akrabnya.
“Tika..?” sapaku agak ragu.
Langsung Bu Kartika membalikkan badannya, rambutnya yang terurai menebarkan harum semerbak.

“Haii.., Robin ya..?” sapa Tika terkejut.
“Kamu sekarang lain, tidak seperti waktu dulu masih SMA, jauh berubah..” lanjut Tika, ada binar kebahagiaan di matanya.
“Kamu juga lain, congratulation good presentation, banyak kemajuan baik penampilan maupun kedewasaan..” balasku.
“Gimana kabarmu dan dimana aja kamu selama ini..?” lanjutku.
“Aku di sekitaran sini aja setelah dari Australia, sekarang aku nginap di hotel ini, habis ini mampir ya, aku udah kangen pingin tahu cerita lainnya..” jawab Tika kegirangan.
“Oke, abis acara ini bagaimana..?” usulku.
“Oke aku di kamar 806, langsung aja ke kamar setelah acara..” katanya sambil meninggalkanku karena acara berikutnya segera dimulai.

Sisa session sudah tidak kuperhatikan lagi, bayangan Tika masih terbayang di mataku, sungguh anggun dan dewasa penampilannya. Setelan jas dan baju kerjanya tidak dapat menutupi postur tubuhnya yang dari dulu kuimpikan, malah lebih seksi, dan penampilannya yang penuh percaya diri menambah keanggunan dan inner beauty-nya.

Pukul 4.30 sore acara sudah selesai, bergegas aku menuju lantai 8 kamar 06 yang ternyata letaknya di pojok. Agak ragu kupencet bell di pintu. Tidak lama kemudian muncullah Tika dari balik pintu, dengan mengenakan pakaian santai t-shirt dan celana pendek sungguh jauh berbeda dengan penampilan saat di podium. Sekarang kulihat Tika yang kukenal dulu, tidak jauh berbeda, dengan make-up tipis nyaris tidak kelihatan, dia begitu cantik alami.

“Sorry agak lama ya, abis aku tadi ketiduran sih, masuk Rob, santai saja.., anggap rumah sendiri..,” sapanya sambil mempersilakan aku masuk.
“Ah nggak apa..” jawabku.
“Baru bangun tidur saja cantiknya seperti itu,” pikirku.
“Nggak ada yang marah nih kalau kita berdua saja di kamar..?” kataku mulai memancing.
“Ah nggak ada, paling juga bini kamu..,” jawabnya.

Akhirnya kami mengobrol dan bernostalgia, kemudian aku tahu kalau dia tidak punya anak dan sudah berpisah dengan suaminya sekitar tiga tahun yang lalu, karena mereka sama-sama mengejar karier, dan suaminya punya affair dengan rekan sekantornya. Untuk menghibur diri dan pelarian, Tika melanjutkan study managemant di Australia, dan sekarang inilah dia, seorang wanita karier dan consultant management yang sedang menanjak.

Aku permisi ke kamar mandi, tanpa sengaja melihat benda aneh di tumpukan handuk setelah kuperhatikan, ternyata sebuah set vibrator dengan berbagai ukuran dan model, pikiranku mulai menebak-nebak dan memaklumi perbuatannya, sebagai seorang wanita normal kebutuhan sex memang perlu, apalagi sudah beberapa tahun tanpa lelaki pendamping. Lagi asyik aku memperhatikan vibrator itu, tiba-tiba pintu diketuk dari luar.

“Rob, mandi aja sekalian..” teriak Tika dari luar.
“Eh.., anu.. emm.. emang aku ingin mandi kok..!” jawabku gugup dan sekenanya.
Segera kubuka pakaianku sambil mengamati peralatan toiletrees miliknya, ternyata kutemukan juga lubricant alias pelumas, mungkin pasangan vibrator pikirku lagi.

Setelah aku selesai mandi, gantian Tika mandi, ternyata dia sudah menyiapkan kimono untukku. Tidak lama kemudian dia selesai mandi dan hanya berbalut handuk di tubuhnya. Tika keluar kamar mandi, takjub aku dibuatnya, tubuhnya begitu mulus dan seksi.

“Rob, kamu tadi lihat ini ya..?” katanya penuh selidik sambil mempertunjukkan vibratornya.
“Eh.., anu.., nggak sengaja kok, maaf ya, sunguh aku nggak sengaja, jangan marah ya..,” kataku membela diri takut dia marah karena privacy-nya terganggu.
“Nggak apa kok, kita sama-sama dewasa. Selama ini alat inilah yang memuaskan kebutuhanku.” katanya tanpa ada nada sungkan, tapi kulihat kepedihan di matanya.

Kupegang tangannya dan kutarik Tika ke pelukanku, dia tidak melawan dan membalas pelukanku, kepalanya disandarkan di bahuku, harum rambutnya membuat birahiku naik.
“Rob, temani aku malam ini, I’ll do everything for you, demi masa lalu kita, ya, please..!” bisiknya meminta dan merajuk.
Tanpa menjawab, kucium keningnya, pipinya dan kulumat bibir manisnya, terasa begitu lembut dan penuh getaran-getaran yang aku sendiri tidak tahu. Jantungku berdegub kencang, aliran darah serasa mencapai ubun-ubun, dan dengan sedikit gemetar tanganku membelai rambutnya.

Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi, berhadapan dengan Tika, kepada siapa aku pertama kali fall in love, membuatku menjadi begitu nervous. Aku hanya berani mencium pipi dan bibirnya saja, tidak ada keberanian untuk lebih jauh, meskipun nafsu sudah meninggi. Ternyata Tika salah pengertian, dia melepaskan pelukanku.

“Rob, kalau kamu keberatan temani aku nggak apa kok, aku mengerti dan nggak marah,” katanya sambil memandang mataku dengan tajam.
“Bukan itu Tik, terus terang aku nervous berhadapan sama kamu, mengingat masa lalu cinta yang nggak kesampaian,” jelasku.
Tika langsung menerjang ke pelukanku hingga kami berdua terjatuh ke ranjang. Kembali mulut kami memadu kasih, permainan lidah yang sungguh indah karena bukan hanya sekedar nafsu, tapi ada feeling yang tidak terlukiskan.

Sepertinya kami saling melepas rindu yang sudah jauh terpendam. Kugulingkan tubuh kami hingga sekarang aku menindih tubuh Tika, ciumanku langsung mendarat di lehernya yang jenjang, tanganku menarik handuk penutup tubuhnya hingga terlepas, dan ternyata dia sudah tidak memakai pakaian dalam lagi. Kulepas kimono dan celana dalamku, sambil menikmati keindahan tubuh Tika yang sudah telanjang, ternyata jauh lebih indah dan lebih seksi dari imajinasiku.

Badannya yang putih mulus sangat menggoda, buah dadanya yang tidak tampak menonjol di balik jas dan blasernya tadi siang ternyata cukup montok dan kencang, paling tidak 34C. Perutnya rata seperti halnya seorang peragawati, dan yang paling seksi adalah bulu rambut bawahnya dirapihkan hingga membentuk V, pemandangan yang tiada duanya.

Aku kembali naik ke atas tubuhnya, kucium dan kujilati lehernya, terus turun hingga ke belahan buah dadanya, kunaiki bukit itu hingga putingnya yang masih kemerahan. Jilatanku menggoda dan mengundang kegelian pada Tika, dibelainya rambutku.
“Ssshh.. sshh.., trus sayang..! Yaa.. he.. emm..!” desahnya.
Jilataan dan sedotanku berpindah dari puncak satu ke lainnya, sambil tanganku mengusap bibir vaginanya yang ternyata sudah basah.

Tika menggelinjang, entah sudah berapa lama tidak dicumbu oleh laki-laki, cengkeraman di rambutku makin kencang dan desahannya semakin keras. Lidahku sudah menjelajah ke daerah perut, berlanjut hingga paha. Kupermainkan jilatan di lututnya, membuat dia menggeliat-geliat, kemudian betis, terakhir kukulum jari-jari kakinya kiri dan kanan.
“Rob, kamu sungguh romantis..,” katanya sambil melihatku menjilati jari kakinya.

Giliran selanjutnya adalah selangkangan, aromanya sungguh merangsang, kujilati dari bibir luar hingga masuk ke dalam.
“Aaagghh.., sshh.. hhmm.. yess..!” desah Tika ketika kujilat sambil kumasukkan jari tanganku ke vagina dan mengocoknya.
Kumainkan lidahku menjelajahi bibir dan luar vagina, jilatan terus turun hingga ke lubang anus dan kembali lagi ke bibir vagina. Tidak tahan diperlakukan seperti itu lebih lama, Tika memintaku untuk telentang, kemudian dia bersimpuh di antara kakiku.

“Ini adalah penis kedua yang kupegang setelah suamiku, jauh lebih besar dari punya dia, dan aku tak pernah malakukan ini.” kata Tika langsung menjilati ujung kejantananku.
Sambil mengocok, dimasukkan kepala kejantananku ke mulutnya, tanpa kesulitan yang berarti dia mengulum lebih dari setengah batang 17 cm penisku (mungkin biasa dengan dildo), lalu dikocoknya keluar masuk dengan mulut mungilnya. Takut keterusan, kutarik tubuhnya hingga dia telentang, kemudian kembali kutindih tubuh sexy-nya.

Kali ini kami sama-sama telanjang, bagitu hangat. Kami berciuman lagi, sementara tangan Tika menuntun kejantananku ke vaginanya, disapukan ke seluruh permukaan bibir vagina dan dengan sekali dorong amblaslah kejantananku ke vagina yang pertama kali kuimpikan, masuk semua.
“Aaahh.. sshh.. yaa.. oeh.., yaa..!” desahnya.
Kubiarkan sesaat, kami berdua sama-sama tidak bergerak, saling menikmati saat-saat indah yang sudah lama kudambakan. Kupandangi wajahnya dengan penuh kasih, sorotan matanya memancarkan kerinduan yang dalam.

“Rob, I miss you soo much..!” katanya sambil mencium bibirku.
Perlahan kutarik keluar, tapi Tika menahannya, memintaku untuk tetap diam.
“Biarkan aku menikmati saat indah ini..,” katanya lagi, hingga terasa denyutan ringan dari dalam vaginanya, kuanggap sebagai tanda.
Maka pelan-pelan kutarik keluar, kemudian pelan-pelan pula kudorong masuk lagi.
“Ooouugghh.. yess.., Rob.. fuck mee..!” desahnya.
Pinggulku makin cepat turun naik, kocokanku bertambah cepat dan keras aku menyodoknya.
“Fuck mee..! Pleaassee.., harder.. harder.., yess.. begitu.., teruss..!” Tika mulai mengerang.

Berulang kali dia mencium dan mengigit ringan bibirku karena gemas, tangannya mencengkeram tanganku, sementara satunya meremas ujung bantal. Kaki Tika menjepit pinggangku sehingga pinggulnya sedikit terangkat, lebih memudahkan aku untuk mendorong lebih dalam dan lebih cepat. Erangan dan desahan Tika makin keras, sepertinya dia meluapkan rasa dahaganya, pinggulnya ikut bergoyang mengimbangi goyanganku.

Tiba-tiba Tika terdiam, remasan di tanganku makin kencang.
“Sayang, aa.. kuke.. ke.., lu.. aarrgghh.., yaa.. yess..! Oh my god.., yess.., Roobbb..!” teriak Tika ketika kurasakan denyutan berkepanjangan seirama dengan teriakan Tika, kemudian tubuhnya melemas.
Kuhentikan gerakanku untuk memberi dia waktu, tapi sepertinya Tika tidak mau berhenti, pinggulnya kembali bergoyang.
“Ayo sayang, keluarkan di dalam, aku sudah lama tidak merasakan semprotan sperma di vaginaku..,” pinta Tika mempercepat goyangannya.

Kunaikkan kembali tempo goyanganku dan makin keras, apalagi setelah Tika menaikkan kakinya ke pundakku, kejantananku serasa menyentuh dinding rahimnya. Desahan demi desahan keluar dari mulut Tika, goyangan dan gelinjangan tubuh Tika membuatku tidak dapat bertahan lebih lama, ditambah perasaan kangen yang mendalam sehingga pertahananku runtuh, maka menyemburlah spermaku di vaginanya, Bandar Poker Terbaik.

“Ooouuhh.., yess.. oohh my god yess, ya Sayang.., terus.., yess.. oh.., I like it.., yess.. oohh..,” desahnya ketika semburanku menghantam dinding vaginanya.
Denyut demi denyut mengalir di liang vaginanya, ternyata teriakannya lebih histeris dibandingkan kalau dia sendiri yang orgasme. Dapat dimaklumi, karena vibrator maupun dildo tidak dapat memberikan sensasi denyutan yang seperti itu, dan hal itu mengisi dahaga Tika. Kami berciuman lagi, hingga kejantananku melemas dengan sendirinya, SumoQQ.

“Thank you Rob.., kamu telah mengisi kedahagaanku, I love you..,” katanya sambil kembali menciumku dan kami telentang sambil berpelukan, kepalanya direbahkan di dadaku.
Sesaat kami terdiam mengenang peristiwa indah yang baru terjadi, impian yang menjadi kenyataan setelah lebih dari sepuluh tahun terpendam……