Tuesday, October 24, 2017

Sinta Penggila Penis Orang Lain

Hari ini Sinta menerima telepon dari suaminya yang baru saja kembali ke Jakarta. Dari airport suaminya langsung menuju ke kantor, dalam perjalanan menuju ke kantor, ia menelepon Sinta memberitahukan bahwa ia sudah berada di Jakarta dan sedang dalam perjalanan menuju ke kantornya, ia menjelaskan kepada istrinya bahwa kepulangannya memang mendadak karena ada pertemuan dengan kliennya di Jakarta.

Sinta pun hanya mengiyakan saja tanpa memberikan komentar apapun, batinnya berkata ada di Jakarta ataupun tidak ada di Jakarta tidak ada pengaruhnya untuk dia, karena selama ini suaminya tidak pernah memberikan nafkah batin untuknya, ia selalu mendapatkan nafkah bathin dari orang lain, jadi kalau suaminya di Jakarta malah membuat sulit Sinta untuk melakukan aktivitas seksnya.

Rencana Sinta hari ini untuk menikmati batang kemaluan kenalan barunya menjadi batal karena telepon suaminya tadi, sementara ia merasakan lubang vaginanya sudah gatal ingin digaruk oleh penis lelaki lain, tapi apa daya suaminya ada di Jakarta, Sinta takut saat dia melakukan persetubuhan dengan kenalan barunya dan saat itu juga suaminya menelpon atau suaminya pulang lebih awal, bisa kacau nanti semuanya. Akhirnya Sinta membatalkan rencananya untuk pergi keluar pada hari ini, hatinya berkata biarlah akan kutunggu sampai suaminya pergi keluar kota lagi, baru kupuaskan dahaga batinku ini.

Siangnya Sinta betul-betul gelisah, dia betul-betul ingin sekali merasakan sodokan-sodokan batang kemaluan lelaki, karena menahan desakan hasrat birahinya, kedua pipinya memerah. Sinta saat itu sedang duduk santai di ruang keluarga menonton TV tanpa sadar tangannya mulai mengusap-usap bibir vaginanya dari balik CDnya, saat itu Sinta mengenakan baju model baby doll, roknya sedikit terangkat sehingga CD putihnya terlihat dan pahanya yang putih mulus pun terlihat dengan jelas, Sinta yang sedang asyik tidak menyadari hal itu, yang ada dalam pikirannya sekarang adalah batang kemaluan lelaki yang tegang dan besar. Usapan tangannya di kelentitnya membuat vaginanya mulai basah,

Sinta mulai mendesah perlahan, menikmati belaian lembut tangannya di kelentit dan dibibir vaginanya, tangan kirinya mulai meremas-remas payudaranya, kedua payudaranya yang tidak mengenakan BH silih berganti diremas-remas oleh tangan kirinya, ia membayangkan selingkuhannya sedang meremas-remas kedua payudaranya silih berganti dan ia juga membayangkan saat itu juga sedang dijilati kelentit dan vaginanya, vaginanya semakin basah, hasrat birahinya semakin memuncak. Ruangan keluarga itu letaknya cukup berjauhan dengan dapur dan ruang makan, jika sedang berada di dapur atau di ruang makan kegiatan apapun yang terjadi di ruang keluarga tidak akan terlihat dari dapur atau ruang makan, begitu pula sebaliknya, dan para pembantunya bila sudah selesai bebenah di ruangan keluarga atau di ruangan lainnya, mereka akan berkumpul di ruangan mereka.

Ruangan itu terletak dekat dengan kamar mereka yaitu dekat dengan garasi mobil, jadi kegiatan Sinta saat ini tidak ada satu orang pun yang melihatnya. Gejolak birahi Sinta semakin meningkat, desahannya semakin sering terdengar, kedua payudaranya yang tidak mengenakan BH sudah tidak tertutup apa-apa lagi, kedua putingnya sudah mengeras dan mencuat keluar, CDnya sudah melorot sampai paha, dan terlihat jari tengah tangan kanannya sudah berada dalam jepitan vaginanya, dan terlihat jari tengahnya sedang keluar masuk di lubang vaginanya, terlihat pantatnya naik-turun dari kursinya seiring dengan keluar masuk jari tengahnya.

Sinta yang sedang berusaha keras untuk mencapai puncak birahinya tidak menyadari ada sepasang mata yang sedang menyaksikan aksinya. Kedua bola mata yang menyaksikan tingkah Sinta itu terbelalak, jantungnya berdegup kencang nafasnya memburu, pemandangan yang disaksikan oleh pemilik kedua bola mata itu, yang dalam mimpinya pun tidak pernah terbayangkan olehnya. Kedua payudara Sinta yang setengah terbuka dan kelihatan kedua putingnya dan sedang diremas-remas bergantian oleh tangan kirinya, kemudian di bawah ia melihat belahan bibir vagina Sinta yang kadang terlihat dan kadang tidak terlihat karena jari tengah tangan kanan Sinta sedang keluar masuk di lubang vaginanya itu, semua itu membuat si empunya mata tersebut berkali-kali menelan ludah, seumur hidupnya belum pernah ia menyaksikan pemandangan indah seperti ini.

Si empunya mata merasakan penisnya mulai mengeras melihat semua itu, hampir tanpa berkedip kedua matanya tertuju ketubuh Sinta, nafasnya semakin memburu melihat ulah Sinta, tubuh Sinta terlihat olehnya meregang-regang, penisnya semakin mengeras, terlihat celana pendeknya menggelembung oleh desakan penisnya yang seolah ingin keluar dari sekapan celana pendeknya, pada saat kepala Sinta mendongak ke belakang, kedua matanya yang setengah terpejam menangkap sesosok tubuh si empunya mata tadi. Sinta sungguh kaget sekali karena ada orang yang sedang menyaksikan ulah liarnya tersebut, aksi liar kedua tangannya berhenti seketika. “Ehhh, Udin…addaaaaa…apaaa…sedaang apa kamuuu…,” Sinta berkata dengan terengah-engah, kaget dan jengkel karena puncak birahinya tidak terlampiaskan. “Eeehhh…aaanuuuu…..aaanuuu…bu…,”

Udin kaget mendengar teguran Sinta, karena saat itu dirinya sedang asyik melihat aksi nyonyanya tersebut. Biarpun kaget tapi kedua mata Udin tidak melepaskan pandangannya dari tubuh Sinta yang masih agak terbuka, hal ini tidak Sinta sadari karena ia kaget dengan kehadiran Udin di ruangan tersebut, yang hanya Sinta ingat saat ia berdiri dari kursinya tadi adalah CDnya yang ia benahi, sehingga saat ia berdiri berhadapan dengan Udin kedua payudaranya yang putih mulus itu masih terpampang dengan jelas di hadapan Udin. “Anu..anu apa,” Sinta berkata kepada Udin dengan jengkel, karena malu dan karena gejolak birahinya tidak terlampiaskan. “Eeehhh…ini..ini..,Bu. Sayaa…mau minta uang untuk beli bahan pembersih kolam, yang kita punya sudah habis,” Udin menjawab agak tergagap-gagap, dengan kedua matanya tetap tertuju ke arah payudara Udin yang seolah-olah menantang ingin diremas.

“Din, apa yang kamu lihat tadi, jangan sampai ada orang lain yang tahu, kalau sampai ada yang tahu, kamu saya pecat,” ancam Sinta, dan saat itu kedua mata Sinta melirik ke arah selangkangan Udin, dan ia melihat tonjolan di celana pendek Udin. Udin betul-betul merasa ketakutan dan merasa bersalah dengan kelakuannya yang melihat tubuh Sinta yang setengah telanjang, tapi kedua matanya tidak pernah beranjak dari payudara Sinta yang menggantung dengan indahnya, payudara Sinta yang putih mulus dihiasi oleh kedua putingnya yang merah muda dan sudah menyembul keluar dan mengeras itu. Setelah menimbang-nimbang dengan segala kemungkinannya,

Sinta pun mengambil keputusan untuk melakukan “quickie sex” dengan Udin, lalu iapun memerintahkan Udin untuk duduk di sofa. Sinta tahu bahwa penis Udin sudah pasti sedang berdiri dengan gagahnya di balik celana pendeknya itu. Hati Sinta mulai ragu antara ingin menikmati sodokan batang kemaluan lelaki dengan takut akan suaminya pulang lebih awal, ia melirik jam dinding yang ada di ruangan tersebut, pukul 13.30 siang, hatinya membatin suaminya tidak mungkin pulang cepat, ia bisa melakukan “quickie sex” dengan Udin untuk meraih puncak kenikmatannya yang terganggu. Akhirnya nafsu birahinya mengalahkan akal sehatnya, Sinta pun mengambil keputusan untuk merasakan batang kemaluan Udin mengaduk-aduk lubang vaginanya. “Iyyaaa…Bu..saya sumpah tidak akan cerita ke orang lain,” jawab Udin ketakutan.

“Duduk, kamu,” perintah Sinta. Udin menuruti perintah Sinta untuk duduk, iapun duduk di sofa yang ditunjuk oleh Sinta, dengan hati penuh kebingungan dan dengan tatapan mata yang tidak pernah terlepas dari payudara Sinta. “Ingat kamu jangan cerita kepada siapapun, cukup hanya kita berdua yang tahu masalah ini, hhhmmm ..,” ancam Sinta kembali sambil berjalan menghampiri yang sudah duduk di sofa, tanpa membuang waktu Sintapun mulai menurunkan celana pendek Udin sampai ke lutut. Batang kemaluan Udin yang sudah tegang terangguk-angguk saat celana pendeknya terlepas, ternyata Udin pada saat itu tidak mengenakan CD,

Sinta kaget karena ia tidak menyangka bahwa Udin tidak mengenakan CD, penisnya yang sudah sangat tegang sekali teracung-acung di hadapannya. “Ingat, Din, apapun yang terjadi kamu jangan cerita kepada siapapun,” kembali Sinta berkata. “Iyaah..bu…saaayyyaaa….jaanji…,” jawab Udin gagap, karena ia kaget akan aksi nyonyanya ini yang membuka celana pendeknya. Ia sendiri bingung, dalam hatinya berkata apa yang dikehendaki oleh nyonyanya ini, karena belum pernah selama ini ada perempuan yang melihat penisnya apalagi dalam keadaan tegang, Udin pun merasa malu karena nyonyanya sudah melihat penisnya yang tegang itu.

Tangan kanan Sinta segera meraih batang kemaluan Udin, iapun segera mengangkang di atas pangkuan Udin, sementara tangan kirinya meraih CDnya dan menarik salah satu pinggiran CDnya ke samping, sehingga belahan bibir vaginannya terlihat dengan jelas oleh Udin, Udin yang belum pernah melakukan hubungan badanpun dibuat bingung oleh aksi Sinta, dan saat Sinta mulai mengoles-oleskan kepala penisnya ke bibir vaginanya, Udin merasakan geli yang aneh saat kepala penisnya bersentuhan dengan bibir vagina Sinta, penisnya berdenyut-denyut.

Tanpa membuang waktu Sinta segera menyelipkan batang kemaluan tersebut di bibir vaginanya dan ia mulai menekan pantatnya ke bawah dengan perlahan dan batang kemaluan Udin perlahan-lahan menyeruak masuk di lubang vagina Sinta. Ssleeeepppp…..bleeessss….bleeesss…..bleesss… Dengan perlahan-lahan penis Udin mulai melesak masuk di lubang memek Sinta dan akhirnya terbenam seluruhnya, Udin merasakan kenikmatan yang luar biasa yang belum pernah ia alami selama ini, rasa geli yang aneh menyelimuti dirinya, saat penisnya terjepit dalam lubang vagina Sinta , Udin merasakan penisnya seperti ada yang meremas-remas. “Ooouuuggghhhh…..,” Sinta melenguh saat lubang memeknya diterobos oleh penisnya Udin. “Eeeeggghhhh……..,”

Udinpun mengerang merasakan jepitan lubang vagina Sinta di penisnya. Dengan kedua tangan bertumpu pada sandaran kepala sofa, Sinta perlahan-lahan mulai bergerak, menaik turunkan pantatnya, kedua payudaranyapun terguncang naik turun seiring dengan naik turun pantatnya. Udin yang masih bingung dengan apa yang terjadi hanya bisa melotot melihat kedua payudara Sinta yang terombang-ambing di hadapan matanya. “Aaagghhh…eenaaakkk…Din, kaamuuu…jangan melongo..saaaajjaa…ooogghhh… hisap kedduaaa…tetekku… remaaassss….remaaasss…,” Sinta mendesah keenakan. Udin yang mendengar perintah Sinta mulai melakukannya, kedua tangannya mulai meraih payudara Sinta yang sedang terombang-ambing itu, lalu ia meremas kedua payudara tersebut, karena belum pernah ia melakukan hal tersebut,

Udin merasakan remasan tangan Udin di kedua payudaranya agak kasar, tapi sensasi yang ditimbulkan oleh remasan kasar tangan Udin membuatnya merasakan hal baru, gairah birahinya yang sempat tertunda tadi mulai meningkat lagi. Mulut Udinpun mulai bergantian menghisap-hisap kedua payudara Sinta, hisapan-hisapan mulut Udinpun tidak beraturan, Udin betul-betul menghisap tetek Sinta seperti ia menyedot minuman, akibatnya Sinta kembali merasakan sensasi yang berbeda daripada biasanya, hisapan-hisapan kuat Udin pada kedua teteknya membuat ia menggelinjang, Sintapun merasakan geli yang aneh di kedua payudaranya tersebut. Udin yang belum pernah melakukan seks ini, merasakan kenikmatan yang luar biasa, kenikmatan yang belum pernah ia alami selama ini, mulutnya mendesah-desah di tengah kesibukannya menghisap-hisap payudara Sinta,

matanya merem melek menikmati jepitan lubang vagina Sinta pada penisnya, Udin merasakan penisnya bergesekan dengan lubang vagina Sinta, ia merasakan geli yang luar biasa, penisnya semakin berdenyut dengan kuat dan semakin menegang, Sinta merasakan penis Udin yang semakin mengeras. Sinta merasakan penis itu begitu tegang dan keras, dinding lubang vaginanya merasakan kekerasan penisnya Udin tersebut, cairan birahinya semakin banyak bercampur dengan cairan birahi Udin, akibatnya suara berdecak dari pertemuan dua kemaluan merekapun terdengar, menambah semangat Sinta untuk menaik-turunkan pantatnya. Sinta sudah lupa akan kemungkinan suaminya pulang cepat, yang ada sekarang ini Sinta betul menikmati sodokan-sodokan batang kemaluan Udin di vaginanya. Tak lama berselang Udin melenguh keras, penisnya berdenyut dengan keras, penisnya mulai menembakkan air maninya.

Crreeeettt….creeettt….creeett……. air mani Udin berhamburan keluar membasahi lubang vagina Sinta. “Ouuuuggghhh….hhhmmmmmhhh….sssllrrppppp…ssslrrrppp p….hhhmmm…..,” Udin melenguh merasakan letupan-letupan lahar kenikmatannya yang sedang mengalir dari penisnya membasahi vagina Sinta sambil mulutnya tetap menghisap-hisap payudaranya. Sinta merasakan letupan-letupan air mani Udin di dinding vaginanya, ia tahu Udin sudah meraih puncak kenikmatannya, Sintapun semakin gencar menaik turunkan pantatnya, ia merasa takut akan tidak berhasil meraih puncak kenikmatannya, karena penisnya Udin sudah menyemburkan lahar kenikmatan, ia merasa takut bahwa sebentar lagi batang kemaluan Udin akan melemas setelah menyemburkan cairan kenikmatan itu.

“Oouuugghh…aaagghhh….ssshhhh..aaagghhh…sssshhhh…aa aaghhhh….. ,” Sinta mendesah keenakan merasakan lesakan batang kemaluan Udin di vaginanya dan merasakan hangat di dinding vaginanya akibat semburan air mani Udin. Udin merasa lemas saat penisnya menyemburkan tetes terakhir cairan kenikmatannya di lubang vagina Sinta, tapi mulutnya masih tetap menghisap-hisap payudara Sinta, penisnya masih berdenyut-denyut. Sinta yang merasakan batang kemaluan Udin tidak menyemburkan cairan kenikmatannya lagi, merasa kaget karena penisnya Udin tidak mengalami perubahan, Sinta merasakan penisnya Udin masih keras dan tegang, biasanya batang kemaluan lelaki perlahan-lahan akan menciut setelah melepaskan cairan kenikmatannya, tapi tidak untuk penisnya Udin,

penisnya Udin sudah berhenti mengeluarkan cairan kenikmatan tapi Sinta masih merasakan keras dan tegang. Udin yang berhasil meraih puncak kenikmatannya, dalam sekejap sudah kembali pulih, perlahan-lahan gairah birahinya kembali bangkit, dengan semangat 45 hisapan dan remasan di payudara Sinta semakin gencar, ia hanya merasakan sedikit ngilu di kepala penisnya, tapi lama-lama rasa ngilu itu hilang berganti dengan rasa nikmat. Udin memang belum berpengalaman dalam hal bersetubuh, tapi stamina tubuhnya terutama penisnya, betul-betul membuat takjub Sinta. Udinpun semakin gencar menaik-turunkan pantatnya, dari lubang vaginanya perlahan-lahan keluar cairan putih yang bercampur dengan cairan bening,

cairan itu keluar seiring dengan keluar masuknya batang kemaluan Udin di lubang vaginanya, lenguhan-lenguhan nikmat semakin sering terdengar dari mulut Sinta, sementara dari mulut Udin hanya terdengar dengusan-dengusan keenakan karena mulutnya masih sibuk dengan kedua payudara Sinta. Kedua manusia berlainan jenis ini sudah lupa dengan keadaan sekitarnya, yang mereka tahu hanyalah nikmatnya persetubuhan mereka ini, Sintapun sudah tidak perduli akan kemungkinan suaminya pulang lebih cepat, yang ia perdulikan hanyalah meraih puncak kenikmatannya, yang ia perdulikan hanyalah penisnya Udin yang sedang keluar masuk dalam lubang vaginanya. Kedua sosok tubuh mereka sudah basah dengan keringat, nafas keduanya pun terdengar memburu, kedua mata mereka merem-melek menikmati persetubuhan mereka ini, mereka berdua sudah lupa akan status mereka.

“Oouughhh, Diiinn….kontolmu betul-betul enaaak….kkoontollmu…keras sekali… oougghh… shhhh….aaahh…sssshh.. aaaahhh…..,” Sinta mengerang keenakan merasakan sodokan-sodokan batang kemaluan Udin di lubang vaginanya, Sinta merasakan batang kemaluan Udin tegang dan keras seperti kayu saja layaknya. “Hhmmm…ssllrrppp….hhhmmmm…ssllrpppp….,” Udin bergumam keenakan sambil mulutnya tetap sibuk menghisap tetek Sinta. Remasan tangan Udin di payudara Sintapun tidak pernah berhenti, tangannya meremas-remas kedua payudara Sinta dengan agak kasar. Sintapun menggelinjang akibat hisapan-hisapan kuat mulut Udin dan remasan-remasan kasar di payudaranya, sensasi yang agak sedikit kasar ini belum pernah dialami oleh Sinta, kedua puting payudaranya semakin mencuat keluar dan keras, Sinta semakin mengerang keenakan dibuatnya. “Oouugghhh…aaaaaagghhh… hiisaaapp…

Diiinnnn, hissaaappp…kuaaatt..kuatt… yachhh…aaaghh…ssshhsss…oougghh.,” Sinta mengerang-ngerang merasakan kerasnya hisapan mulut Udin. “Kaaammuuu…pernah melaakukaan ini..Diiinnnn….” tanya Sinta tanpa menghentikan genjotan pantatnya. “Beeelumm…sssrrrlppp…Bu,…ssslrrpp…,”jawab Udin sambil asyik menghisap tetek Sinta. Tubuh Sintapun berganti posisi dari setengah berjongkok sekarang posisinya duduk di atas pangkuan Udin, sementara gerakkannya yang naik turun sekarang berganti dengan gerakkan maju mudur, kedua tangannyapun tidak berada di sandaran kepala sofa tetapi sekarang kedua tangannya sedang meremas-remas kepala Udin yang sedang asyik bermain di kedua payudaranya. Tali baju Sinta pun sudah terlepas dari kedua pundak Sinta, akibatnya kedua payudaranya sudah tidak terhalang oleh apapun, sehingga kedua tangan Udinpun bebas meremas-remas kedua payudara tersebut. Udin memang baru pertama kali ini melakukan hubungan seks,

tapi karena usia Udin yang masih sangat muda sehingga penisnya yang tadi sudah mengeluarkan sperma masih berdiri dengan gagahnya dan siap untuk bertempur kembali, yang kurang dari Udin hanya pengalaman saja, tapi untuk Sinta itu sudah cukup yang penting penisnya Udin keras dan tegang dan bisa mengobrak-abrik lubang vaginanya yang haus akan batang kemaluan lelaki. “Hhhhmmm…ssslrrppp…sssslrrppp…hhmmm….,” Udin masih asyik dengan aksi hisapannya di payudara Sinta, yang satu ia hisap yang satunya ia remas, kedua payudara Sinta bergantian dihisap dan diremas. “Ouuughh…aaaaghhhh…ssshh…eenaaakk…Diiiinn…eennaaakk.. nikmaattt sekali… terus hisaaaapp…reeemaaass….yaachhh…jangan berhentiiii…ouughhh..aaaagghh ….kontooolllmuuu….eenaaakkk…keeraaassss…….,” Sinta merintih-rintih menikmati semua ini. Gerakan maju mundur tubuh Sinta semakin cepat, Sinta merasakan kelentitnya geli-geli enak bergesekan dengan jembut Udin,

remasan tangannya di kepala Udin semakin menjadi akibat hisapan dan remasan Udin di kedua payudaranya. Kepala Sinta bergoyang ke kanan dan ke kiri, mulutnya merintih-rintih keenakan, matanya merem melek menikmati sensasi persetubuhan ini. Tak lama berselang gerakan tubuh Sinta mulai tidak beraturan, tubuhnya mulai mengejut-ngejut, nampaknya puncak kenikmatannya akan segera ia rengkuh, tiba-tiba Sinta menekan pantatnya ke belakang seolah-olah ia ingin penisnya Udin masuk dengan biji pelernya di lubang vaginanya, dan… Sssrrrrr……srrrrrrrr…..ssssrrr… Memeknya menyemburkan cairan kenikmatannya, cairan hangat itu menyiram batang kemaluan Udin, Udin merasakan penisnya menjadi hangat oleh siraman cairan kenikmatan Sinta, Udin juga merasakan dinding vagina Sinta seolah meremas-remas penisnya. “OOuuuggggghhh….aakuuu….keluuuarrr…Diiinnnnn, aaaakuuu…aaagghh..enaakkk

nikkmaaat….aaagghhh….,” erang Sinta menikmati puncak kenikmatannya yang berhasil ia rengkuh. Tubuh Sinta mengejang, gerakannya terhenti, tangannya meremas kepala Udin dengan kuat, nafasnya tersengal-sengal, saat vaginanya meneteskan tetes terakhir dari cairan kenikmatannya, Sintapun melenguh panjang, dinding vaginanya masih berkedut-kedut, yang dirasakan oleh Udin seolah-olah meremas-remas penisnya. Dengan nafas yang masih memburu, Sintapun ambruk di atas pangkuan Udin, Udin hanya bisa diam, dia tidak tahu apa yang harus diperbuat, perlahan-lahan Sinta membuka matanya lalu berkata, “Kamu suudah keluar, din,” Tanya Sinta. “Belum, Bu,”jawab Udin polos. “Hhhmmmm kamu termasuk ayam pejantan juga,” Sinta berkata dengan genit. Dengan perlahan-lahan Sinta mulai menggerakkan tubuhnya lagi, pantatnya ia maju mundurkan, sehingga batang kemaluan Udin mulai kembali keluar masuk vagina Sinta. Sebetulnya Sinta sudah merasa puas dengan pencapaian puncak kenikmatannya ini, tapi karena dia tahu bahwa Udin belum berpengalaman, Bandar Poker Terbaik,

akhirnya ia mengambil keputusan untuk memuaskan penisnya Udin sampai mengeluarkan cairan kenikmatannya lagi. Udin merasakan kembali penisnya keluar masuk vagina Sinta, Sinta bergerak dengan cepat, ia ingin cepat-cepat menuntaskan permainan ini, karena hasrat birahinya sudah terpenuhi dia mulai sedikit khawatir akan kedatangan suaminya, tubuhnya maju mundur dengan cepat, penisnya Udinpun akibatnya keluar masuk dengan sangat cepat, Blleeesssss….sssrrrttt….bleeeessss…ssrtttttt…blees sss….sssrtttt…. Sinta memaju mundurkan pantatnya dengan cepat, batang kemaluan Udinpun keluar masuk di lubang vagina Sinta seiring dengan gerakan maju mundur, dengan gerakan Sinta yang cepat ini membuat Udin agak kesulitan menghisap payudara Sinta, sehingga yang bisa ia lakukan hanya meremas-remas payudara tersebut, dan suara erangan Udinpun mulai terdengar jelas.

“Aaaaghhh….ssshhhh…ooougghh….sssshhh… enaaakk…Bu…eenaaakkk…,” Udinpun mengerang kenikmatan, merasakan jepitan memek Sinta di penisnya. “Ehhmmm…enaak…Din…aaayoo…keluaaariinn…ceppaat…,” Sintapun mendesah. Tubuh Sinta menghentak-hentak dengan cepat, goyangan pantatnya semakin bertambah cepat, batang kemaluan Udin semakin mengeras jadinya, Sinta merasakan batang kemaluan Udin seperti batang kayu yang dimasukkan ke dalam vaginanya, seluruh dinding vaginanya merasakan kerasnya batang kemaluan Udin tersebut, gairah birahinyapun menanjak dengan cepat. “Ouughh…Diiinn..Koontooollmmmu…..keeraasssss…seekaal liii…sssshhh…aaaggh nikmaaat betuulll…aaarrggghhh….aaakkuuu…ingin teruuusss…merasakannyaaaa oooohhhhh…..” Sinta merintih-rintih keenakan. “Aaahhh…iiyaaaahh….mmmmmm….eeennaakkk….ooohhh…puny aa….ibuuu..juga enaaaak….,” Udin mengerang nikmat. Sinta sibuk dengan goyangan dan maju mundur pantatnya sementara.

Udin sibuk dengan kedua belah tangannya yang meremas-remas kuat payudara Sinta. Nafas mereka berduapun terdengar memburu, puncak pendakian kenikmatan mereka sudah mulai di ambang pintu. Gerakan Sintapun semakin menggila dan liar, rintihan-rintihannya semakin terdengar, erangan Udinpun semakin sering terdengar, suara rintihan dan erangan mereka terdengar bergantian, diselingi dengan suara decakan akibat beradunya kedua kemaluan mereka, lubang vagina Sinta semakin banjir, batang kemaluan Udinpun semakin leluasa keluar masuk di lubang vagina Sinta, tanpa hentinya Sinta melenguh-lenguh keenakan.

Tubuh Sintapun mulai bergerak tidak beraturan, tubuh Udin mulai terlihat mengejang, otot-otot di tangannya terlihat, puncak pendakian kenikmatan mereka akhirnya berhasil mereka rengkuh, dengan sekali hentak Sinta menekan dalam-dalam pantatnya. Ccrreeeeetttt….sssssrrrrrrr…ccreeetttt…creeeettttt …ssssrrrrrr….. Kemaluan mereka berdua secara bersamaan menyemprotkan lahar kenikmatan mereka.

“Ooouugghhh…akuuu..keluaarrr..lagiiii…aaaagghhh…en aaakkk…nikmaattt…. kamuuu betul…betullll…perkaaassaaa….Diiinnn,” erang Sinta menikmati puncak pendakian kenikmatannya yang kedua kalinya. “Hhhhhmmm…aaaaahh..ssshh…aaakuuu…jugaa….keluaarrr… Buuu,” Udinpun melenguh keenakan. Tubuh Sintapun ambruk kembali di pangkuan Udin, nafas keduanya terdengar memburu, perlahan-lahan batang kemaluan Udin mulai mengecil dan terlepas dari jepitan memek Sinta.

Seiring terlepasnya batang kemaluan Udin dari lubang vagina Sinta kemudian mengalir cairan putih bercampur dengan cairan bening dan jatuh ke paha Udin. Setelah nafas mereka kembali normal, Sinta mengingatkan kembali ke Udin untuk tidak menceritakan kejadian barusan kepada siapapun dan ia juga mengingatkan Udin untuk kapanpun jika ia sedang ingin melakukan hubungan badan, Udin harus siap, SumoQQ.

Sinta juga menambahkan agar Udin bertingkah seperti biasanya saja, Udin hanya mengiakan kehendak nyonyanya tersebut, Udin berpikir alangkah bodohnya ia bila menceritakan hal tersebut ke orang lain yang bisa berakibat ia tidak dapat menikmati tubuh mulus nyonyanya lagi dan tidak bisa merasakan surga dunia. Udinpun beranjak setelah mengenakan celananya menuju ke kamarnya, sementara Sintapun merapikan pakaian dan CDnya beranjak ke kamarnya, Sinta membersihkan badannya di kamar mandi, setelah selesai mandi Sinta mengambil daster satu tali yang mini, dalamannya ia hanya mengenakan CD saja tanpa BH, dan beranjak keluar kamarnya menuju ke ruangan keluarga dan menonton TV sambil menunggu kedatangan suaminya.


0 comments:

Post a Comment