Monday, October 16, 2017

Tante Genitku Amel Seorang Janda Muda

Pada waktu itu aku pulang dari kampus sekitar pukul 20:00 karena ada kuliah malam. Sesampainya di tempat kost, perutku minta diisi. Aku langsung saja pergi ke warung tempat langgananku di depan rumah. Warung itu milik Mba Amel, umurnya 26 tahun. Dia seorang janda ditinggal mati suaminya dan belum punya anak. Orangnya cantik dan bodynya bagus.

Aku melihat warungnya masih buka tapi kok kelihatannya sudah sepi. Wah, jangan-jangan makanannya sudah habis, aduh bisa mati kelaparan aku nanti. Lalu aku langsung masuk ke dalam warungnya.


“Mbak..?”
“Eee.. Leo, mau makan ya?”
“Eee.. ayam gorengnya masih ada, Mbak?”
“Aduhh.. udah habis tuch, ini tinggal kepalanya doang.”
“Waduhh.. bisa makan nasi tok nich..” kataku memelas.
“Kalau Leo mau, ayo ke rumahku. Di rumah aku ada persediaan ayam goreng. Leo mau nggak?”

“Terserah Mbak aja dech..”
“Tunggu sebentar ya, biar Mbak tutup dulu warungnya?”
“Mari saya bantu Mbak.”
Lalu setelah menutup warung itu, saya ikut dengannya pergi ke rumahnya yang tidak jauh dari warung itu. Sesampai di rumahnya..
“Leo, tunggu sebentar ya. Oh ya, kalau mau nonton TV nyalakan aja.. ya jangan malu-malu. Mbak mau ganti pakaian dulu..”
“Ya Mbak..” jawabku.

Lalu Mbak Amel masuk ke kamarnya, terus beberapa saat kemudian dia keluar dari kamar dengan hanya mengenakan kaos dan celana pendek warna putih. Wow keren, bodynya yang sexy terpampang di mataku, puting susunya yang menyembul dari balik kaosnya itu, betapa besar dan menantang susunya itu. Kakinya yang panjang dan jenjang, putih dan mulus serta ditumbuhi bulu-bulu halus.
Dia menuju ke dapur, lalu aku meneruskan nonton TV-nya. Setelah beberapa saat.
“Leo.. coba kemari sebentar?”
“Ya Mbak.. sebentar..” kataku sambil berlari menuju dapur.
Setelah sampai di pintu dapur.

“Ada apa Mbak?” tanyaku.
“E.. Mbak cuman mau tanya, Leo suka bagian mana.. dada, sayap atau paha?”
“Eee.. bagian paha aja, Mbak.” kataku sambil memandang tubuh Mbak Amel yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Tubuhnya begitu indah.
“Leo suka paha ya.. eehhmm..” katanya sambil menggoreng ayam.
“Ya Mbak, soalnya bagian paha sangat enak dan gurih.” kataku.
“Aduhh Leo.. tolong dong.. paha Mbak gatel.. aduhh.. mungkin ada semut nakal.. aduhh..”
Aku kaget sekaligus bingung, kuperiksa paha Mbak. Tidak ada apa-apa.
“Nggak ada semutnya kok Mbak..” kataku sambil memandang paha putih mulus plus bulu-bulu halus yang membuat penisku naik 10%.

“Masak sih, coba kamu gosok-gosok pakai tangan biar gatelnya hilang.” pintanya.
“Baik Mbak..” lalu kugosok-gosok pahanya dengan tanganku. Wow, begitu halus, selembut kain sutera dari China.
“Bagaimana Mbak, sudah hilang gatelnya?”
“Lumayan Leo, aduh terima kasih ya. Leo pintar dech..” katanya membuatku jadi tersanjung.
“Sama-sama Mbak..” kataku.

“Oke, ayamnya sudah siap.. sekarang Leo makan dulu. Sementara Mbak mau mandi dulu ya.” katanya.
“Baik Mbak, terima kasih?” kataku sambil memakan ayam goreng yang lezat itu.
Disaat makan, terlintas di pikiranku tubuh Mbak Amel yang telanjang. Oh, betapa bahagianya mandi berdua dengannya. Aku tidak bisa konsentrasi dengan makanku. Pikiran kotor itu menyergap lagi, dan tak kuasa aku menolaknya. Mbak Amel tidak menyadari kalau mataku terus mengikuti langkahnya menuju kamar mandi. Ketika pintu kamar mandi telah tertutup, aku membayangkan bagaimana tangan Mbak Amel mengusap lembut seluruh tubuhnya dengan sabun yang wangi, mulai dari wajahnya yang cantik, lalu pipinya yang mulus, bibirnya yang sensual, lehernya yang jenjang, susunya yang montok, perut dan pusarnya, terus vaginanya, bokongnya yang montok, pahanya yang putih dan mulus itu. Aku lalu langsung saja mengambil sebuah kursi agar bisa mengintip lewat kaca di atas pintu itu. Di situ tampak jelas sekali.

Mbak Amel tampak mulai mengangkat ujung kaosnya ke atas hingga melampaui kepalanya. Tubuhnya tinggal terbalut celana pendek dan BH, itu pun tak berlangsung lama, karena segera dia melucutinya. Dia melepaskan celana pendek yang dikenakannya, dan dia tidak memakai CD. Kemudian dia melepaskan BH-nya dan meloncatlah susunya yang besar itu. Lalu, dengan diguyur air dia mengolesi seluruh tubuhnya dengan sabun LUX, lalu tangannya meremas kedua susunya dan berputar-putar di ujungnya. Kejantananku seakan turut merasakan pijitannya jadi membesar sekitar 50%. Dengan posisi berdiri sambil bersandar tembok, Mbak Amel meneruskan gosokannya di daerah selangkangan, sementara matanya tertutup rapat, mulutnya menyungging.
Beberapa saat kemudian..

“Ayo, Leo.. masuk saja tak perlu mengintip begitu, kan nggak baik, pintunya nggak dikunci kok!” tiba-tiba terdengar suara dari Mbak Amel dari dalam. Seruan itu hampir saja membuatku pingsan dan amat sangat mengejutkan.
“Maaf yah Mbak. Leo tidak sengaja lho,” sambil pelan-pelan membuka pintu kamar mandi yang memang tidak terkunci. Tetapi setelah pintu terbuka, aku seperti patung menyaksikan pemandangan yang tidak pernah terbayangkan. Mbak Amel tersenyum manis sekali dan..
“Ayo sini dong temani Mbak mandi ya, jangan seperti patung gitu?”
“Baik Mbak..” kataku sambil menutup pintu.

“Leo.. burungnya bangun ya?”
“Iya Mbak.. ah jadi malu saya.. abis Leo liat Mbak telanjang gini mana harum lagi, jadi nafsu saya, Mbak..”
“Ah nggak pa-pa kok Leo, itu wajar..”
“Leo pernah ngesex belum?”
“Eee.. belum Mbak..”
“Jadi, Leo masih perjaka ya, wow ngetop dong..”
“Akhh.. Mbak jadi malu, Leo.”
Waktu itu bentuk celanaku sudah berubah 70%, agak kembung, rupanya Mbak Amel juga memperhatikan.
“Leo, burungnya masih bangun ya?”
Aku cuman mengangguk saja, dan diluar dugaanku tiba-tiba Mbal Amel mendekat dengan tubuh telanjangnya meraba penisku.

“Wow besar juga burungmu, Leo..” sambil terus diraba turun naik, aku mulai merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan.
“Leo.. boleh dong Mbak liat burungnya?” belum sempat aku menjawab, Mbak Amel sudah menarik ke bawah celana pendekku, praktis tinggal CD-ku yang tertinggal plus kaos T-shirtku.
“Oh.. besar sekali dan sampe keluar gini, Leo.” kata Mbak sambil mengocok penisku, nikmat sekali dikocok Mbak Amel dengan tangannya yang halus mulus dan putih itu. Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku tahu, penisku ternyata sudah digosok-gosokan diantara buah dadanya yang montok dan besar itu. “Ough.. Mbak.. nikmat Mbak.. ough..” desahku sambil bersandar di dinding.
Setelah itu, Mbak Amel memasukkan penisku ke bibirnya, dengan buasnya dia mengeluar-masukkan penisku di mulutnya sambil sekali-kali menyedot, kadang-kadang juga dia menjilat dan menyedot habis 2 telur kembarku. Aku kaget, tiba-tiba Mbak Amel menghentikan kegiatannya. Dia pegangi penisku sambil berjalan ke arah bak mandi, lalu Mbak Amel nungging membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas di depanku, Bandar Poker Terbaik.

“Leo.. berbuatlah sesukamu.. kerjain Mbak ya?!”
Aku melihat pemandangan yang begitu indah, vagina dengan bulu halus yang tidak terlalu lebat. Lalu langsung saja kusosor vaginanya yang harum dan ada lendir asin yang begitu banyak keluar dari vaginanya. Kulahap dengan rakus vagina Mbak Amel, aku mainkan lidahku di klitorisnya, sesekali kumasukkan lidahku ke lubang vaginanya.
“Ough Leo.. ough..” desah Mbak Amel sambil meremas-remas susunya.
“Terus Le.. Leo..” aku semakin keranjingan, terlebih lagi waktu kumasukkan lidahku ke dalam vaginanya ada rasa hangat dan denyut-denyut kecil semakin membuatku gila.

Kemudian Mbak Amel tidur terlentang di lantai dengan kedua paha ditekuk ke atas.
“Ayo Leo.. Mbak udah nggak tahan.. mana burungmu Le?”
“Mbak udah nggak tahan ya?” kataku sambil melihat pemandangan demikian menantang, vaginanya dengan sedikit rambut lembut, dibasahi cairan harum asin demikian terlihat mengkilat, aku langsung menancapkan penisku di bibir vaginanya.
“Aoghh..” teriak Mbak Amel.

“Kenapa Mbak..?” tanyaku kaget.
“Nggak.. Nggak apa-apa kok Le.. teruskan.. teruskan..”
Aku masukkan kepala penisku di vaginanya.
“Sempit sekali Mbak.. sempit sekali Mbak?”
” Nggak pa-pa Le.. terus aja.. soalnya udah lama sich Mbak nggak ginian.. ntar juga enak kok..”
Yah, aku paksa sedikit demi sedikit, baru setengah dari penisku amblas. Mbak Amel sudah seperti cacing kepanasan menggelepar kesana kemari.

“Ough.. Le.. ouh..Le .. enak Le.. terus Le.. oughh..” desah Mbak Amel, begitu juga aku walaupun penisku masuk ke vaginanya cuman setengah tapi kempotannya sungguh luar biasa, nikmat sekali. Semakin lama gerakanku semakin cepat, kali ini penisku sudah amblas dimakan vagina Mbak Amel. Keringat mulai membasahi badanku dan badan Mbak Amel.

Tiba-tiba Mbak Amel terduduk sambil memelukku dan mencakarku.
“Oughh Le.. ough.. luar biasa.. oughh.. Le..” katanya sambil merem melek.
“Kayaknya aku mau orgasme.. ough..” penisku tetap menancap di vagina Mbak Amel.
“Leo udah mau keluar ya?”

Aku menggeleng, kemudian Mbak Amel terlentang kembali. Aku seperti kesetanan menggerakkan badanku maju mundur, aku melirik susunya yang bergelantungan karena gerakanku, aku menunduk, kucium putingnya yang coklat kemerahan. Mbak Amel semakin mendesah, “Ough.. Le..” tiba-tiba Mbak Amel memelukku sedikit agak mencakar punggungku.

“Oughh.. Le.. aku keluar lagi..”
Vaginanya kurasakan semakin licin dan semakin besar, tapi denyutannya semakin kerasa. Aku dibuat terbang rasanya. Ah, rasanya aku sudah mau keluar. Sambil terus goyang, kutanya Mbak Amel.
“Mak.. aku keluarin di mana Mbak..? Di dalam boleh nggak..?”
“Terseraahh.. Leeee..” desah Mbak Amel, SumoQQ.

Kupercepat gerakanku, burungku berdenyut keras, ada sesuatu yang akan dimuntahkan oleh penisku. Akhirnya semua terasa enteng, badanku serasa terbang, ada kenikmatan yang sangat luar biasa. Akhirnya kumuntahkan laharku dalam vagina Mbak Amel, masih kugerakkan badanku dan rupanya Mbak Amel orgasme kembali lalu dia gigit dadaku, “Oughh..”
“Leee.. Leee.. kamu memang hebat..”
Aku kembali mangenakann CD-ku serta celana pendekku. Sementara Mbak Amel masih tetap telanjang, terlentang di lantai.

“Leoo.. kalo mau beli makan malam lagi yah.. jam-jam sekian aja ya..” kata Mbak Amel menggodaku sambil memainkan puting dan klitorisnya yang masih nampak bengkak.
“Mbak ingin Leo sering makan di rumah Mak ya..” kata Mbak Amel sambil tersenyum genit.
Kemudian aku pulang, aku jadi tertawa sendiri karena kejadian tadi. Ya gimana tidak ketawa cuma gara-gara “Ayam Goreng” aku bisa menikmati indahnya bercinta dengan Mbak Amel. Dunia ini memang indah.


0 comments:

Post a Comment