Friday, November 24, 2017

Rika Pemuas Nafsu

Rika adalah seorang gadis pelajar kelas 3 di sebuah SMU negeri terkemuka di kota YK. Gadis yang berusia 17 tahun ini memiliki tubuh yang sekal dan padat, kulitnya kuning langsat. Rambutnya tergerai lurus sebahu, wajahnya juga lumayan cantik.

Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang pejabat yang kini bersama ibunya tengah bertugas di ibukota, sedang kakak-kakaknya tinggal di berbagai kota di pulau jawa ini karena keperluan pekerjaan atau kuliah.


Maka tinggallah Rika seorang diri di rumah tersebut, terkadang dia juga ditemani oleh sepupunya yang mahasiswi dari sebuah universitas negeri ternama di kota itu. Sebagai anak ABG yang mengikuti trend masa kini, Rika sangat gemar memakai pakaian yang serba ketat termasuk juga seragam sekolah yang dikenakannya sehari-hari.

Rok abu- abu yang tingginya beberapa senti di atas lutut sudah cukup menyingkapkan kedua pahanya yang putih mulus, dan ukuran roknya yang ketat itu juga memperlihatkan lekuk body tubuhnya yang sekal menggairahkan. Penampilannya yang aduhai ini tentu mengundang pikiran buruk para laki- laki, dari yang sekedar menikmati kemolekan tubuhnya sampai yang berhasrat ingin menggagahinya. Salah satunya adalah Hendro, si tukang becak yang mangkal di depan gang rumah Rika.

Hendro, pria berusia 40 tahunan itu, memang seorang pria yang berlibido tinggi, birahinya sering naik tak terkendali apabila melihat gadis-gadis cantik dan seksi melintas di hadapannya. Sosok pribadi Rika memang cukup supel dalam bergaul dan sedikit genit termasuk kepada Hendro yang sering mengantarkan Rika dari jalan besar menuju ke kediaman Rika yang masuk ke dalam gang. Suatu sore, Rika pulang dari sekolah. Seperti biasa Hendro mengantarnya dari jalan raya menuju ke rumah. Sore itu suasana agak mendung dan hujan rintik-rintik, keadaan di sekitar juga sepi, maklumlah daerah itu berada di pinggiran kota YK.

Dan Hendro memutuskan saat inilah kesempatan terbaiknya untuk melampiaskan hasrat birahinya kepada Rika. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk lokasi tempat dimana Rika nanti akan dikerjai. Hendro sengaja mengambil jalan memutar lewat jalan yang lebih sepi, jalurnya agak jauh dari jalur yang dilewati sehari-hari karena jalannya memutar melewati areal pekuburan. “Lho koq lewat sini Pak?”, tanya Rika. “Di depan ada kawinan, jadi jalannya ditutup”, bujuk Hendro sambil terus mengayuh becaknya.

Dengan sedikit kesal Rika pun terpaksa mengikuti kemauan Hendro yang mulai mengayuh becaknya agak cepat. Setelah sampai pada lokasi yang telah direncanakan Hendro, yaitu di sebuah bangunan tua di tengah areal pekuburan, tiba-tiba Hendro membelokkan becaknya masuk ke dalam gedung tua itu. “Lho kenapa masuk sini Pak?”, tanya Rika. “Hujan..”, jawab Hendro sambil menghentikan becaknya tepat di tengah-tengah bangunan kuno yang gelap dan sepi itu. Dan memang hujan pun sudah turun dengan derasnya. Bangunan tersebut adalah bekas pabrik tebu yang dibangun pada jaman belanda dan sekarang sudah tidak dipakai lagi, paling-paling sesekali dipakai untuk gudang warga.

Keadaan seperti ini membuat Rika menjadi semakin panik, wajahnya mulai terlihat was-was dan gelisah. “Tenang.. Tenang.. Kita santai dulu di sini, daripada basah-basahan sama air hujan mending kita basah-basahan keringat..”, ujar Hendro sambil menyeringai turun dari tempat kemudi becaknya dan menghampiri Rika yang masih duduk di dalam becak. Bagai tersambar petir Rikapun kaget mendengar ucapan Hendro tadi. “A.. Apa maksudnya Pak?”, tanya Rika sambil terbengong-bengong. “Non cantik, kamu mau ini?” Hendro tiba-tiba menurunkan celana komprangnya, mengeluarkan penisnya yang telah mengeras dan membesar.

Rika terkejut setengah mati dan tubuhnya seketika lemas ketika melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat selama ini. “J.. Jaangan Pak.. Jangann..” pinta Rika dengan wajah yang memucat. Sejenak Hendro menatap tubuh Rika yang menggairahkan, dengan posisinya yang duduk itu tersingkaplah dari balik rok abu-abu seragam SMU-nya kedua paha Rika yang putih bersih itu. Kaos kaki putih setinggi betis menambah keindahan kaki gadis itu.

Dan di bagian atasnya, kedua buah dada ranum nampak menonjol dari balik baju putih seragamnya yang berukuran ketat. “Ampunn Pak.. Jangan Pak..”, Rika mulai menangis dalam posisi duduknya sambil merapatkan badan ke sandaran becak, seolah ingin menjaga jarak dengan Hendro yang semakin mendekati tubuhnya. Tubuh Rika mulai menggigil namun bukan karena dinginnya udara saat itu, tetapi tatkala dirasakannya sepasang tangan yang kasar mulai menyentuh pahanya.

Tangannya secara refleks berusaha menampik tangan Hendro yang mulai menjamah paha Rika, tapi percuma saja karena kedua tangan Hendro dengan kuatnya memegang kedua paha Rika. “Oohh.. Jangann.. Pak.. Tolongg.. Jangann..”, Rika meronta-ronta dengan menggerak-gerakkan kedua kakinya.

Akan tetapi Hendro malahan semakin menjadi-jadi, dicengkeramnya erat-erat kedua paha Rika itu sambil merapatkan badannya ke tubuh Rika. Rika pun menjadi mati kutu sementara isak tangisnya menggema di dalam ruangan yang mulai gelap dan sepi itu. Kedua tangan kasar Hendro mulai bergerak mengurut kedua paha mulus itu hingga menyentuh pangkal paha Rika.

Tubuh Rika menggeliat ketika tangan-tangan Hendro mulai menggerayangi bagian pangkal paha Rika, dan wajah Rika menyeringai ketika jari-jemari Hendro mulai menyusup masuk ke dalam celana dalamnya. “Iihh..”, pekikan Rika kembali menggema di ruangan itu di saat jari Hendro ada yang masuk ke dalam liang vaginanya. Tubuh Rika menggeliat kencang di saat jari itu mulai mengorek-ngorek lubang kewanitaannya. Desah nafas Hendro semakin kencang, dia nampak sangat menikmati adegan ‘pembuka’ ini.

Ditatapnya wajah Rika yang megap-megap dengan tubuh yang menggeliat-geliat akibat jari tengah Hendro yang menari-nari di dalam lubang kemaluannya. “Cep.. Cep.. Cep..”, terdengar suara dari bagian selangkangan Rika. Saat ini lubang kemaluan Rika telah banjir oleh cairan kemaluannya yang mengucur membasahi selangkangan dan jari-jari Hendro. Puas dengan adegan ‘pembuka’ ini, Hendro mencabut jarinya dari lubang kemaluan Rika. Rika nampak terengah-engah, air matanya juga meleleh membasahi pipinya.

Hendro kemudian menarik tubuh Rika turun dari becak, gadis itu dipeluknya erat- erat, kedua tangannya meremas- remas pantat gadis itu yang sintal sementara Rika hanya bisa terdiam pasrah, detak jantungnya terasa di sekujur tubuhnya yang gemetaran itu. Hendro juga menikmati wanginya tubuh Rika sambil terus meremas remas pantat gadis itu. Selanjutnya Hendro mulai menikmati bibir Rika yang tebal dan sensual itu, dikulumnya bibir itu dengan rakus bak seseorang yang tengah kelaparan melahap makanan.

“Eemmgghh.. Mmpphh..”, Rika mendesah-desah di saat Hendro melumat bibirnya. Dikulum-kulum, digigit-gigitnya bibir Rika oleh gigi dan bibir Hendro yang kasar dan bau rokok itu. Ciuman Hendro pun bergeser ke bagian leher gadis itu. “Oohh.. Eenngghh..”, Rika mengerang-ngerang di saat lehernya dikecup dan dihisap-hisap oleh Hendro.

Cengkeraman Hendro di tubuh Rika cukup kuat sehingga membuat Rika sulit bernafas apalagi bergerak, dan hal inilah yang membuat Rika pasrah di hadapan Hendro yang tengah memperkosanya. Setelah puas, kini kedua tangan kekar Hendro meraih kepala Rika dan menekan tubuh Rika ke bawah sehingga posisinya berlutut di hadapan tubuh Hendro yang berdiri tegak di hadapannya. Langsung saja oleh Hendro kepala Rika dihadapkan pada penisnya.

“Ayo.. Jangan macam-macam non cantik.. Buka mulut kamu”, bentak Hendro sambil menjambak rambut Rika. Takut pada bentakan Hendro, Rika tak bisa menolak permintaannya. Sambil terisak-isak dia sedikit demi sedikit membuka mulutnya dan segera saja Hendro mendorong masuk penisnya ke dalam mulut Rika. “Hmmphh..”, Rika mendesah lagi ketika benda menjijikkan itu masuk ke dalam mulutnya hingga pipi Rika menggelembung karena batang kemaluan Hendro yang menyumpalnya. “Akhh..” sebaliknya Hendro mengerang nikmat.

Kepalanya menengadah keatas merasakan hangat dan lembutnya rongga mulut Rika di sekujur batang kemaluannya yang menyumpal di mulut Rika. Rika menangis tak berdaya menahan gejolak nafsu Hendro. Sementara kedua tangan Hendro yang masih mencengkeram erat kepala Rika mulai menggerakkan kepala Rika maju mundur, mengocok penisnya dengan mulut Rika.

Suara berdecak- decak dari liur Rika terdengar jelas diselingi batuk-batuk. Beberapa menit lamanya Hendro melakukan hal itu kepada Rika, dia nampak benar-benar menikmati. Tiba- tiba badan Hendro mengejang, kedua tangannya menggerakkan kepala Rika semakin cepat sambil menjambak-jambak rambut Rika. Wajah Hendro menyeringai, mulutnya menganga, matanya terpejam erat dan.. “Aakkhh..”, Hendro melengking, croot.. croott.. crroott..

Seiring dengan muncratnya cairan putih kental dari kemaluan Hendro yang mengisi mulut Rika yang terkejut menerima muntahan cairan itu. Rika berusaha melepaskan batang penis Hendro dari dalam mulutnya namun sia-sia, tangan Hendro mencengkeram kuat kepala Rika. Sebagian besar sperma Hendro berhasil masuk memenuhi rongga mulut Rika dan mengalir masuk ke tenggorokannya serta sebagian lagi meleleh keluar dari sela-sela mulut Rika. “Ahh”, sambil mendesah lega, Hendro mencabut batang kemaluannya dari mulut Rika.

Nampak batang penisnya basah oleh cairan sperma yang bercampur dengan air liur Rika. Demikian pula halnya dengan mulut Rika yang nampak basah oleh cairan yang sama. Rika meski masih dalam posisi terpaku berlutut, namun tubuhnya juga lemas dan shock setelah diperlakukan Hendro seperti itu. “Sudah Pak.. Sudahh..” Rika menangis sesenggukan, terengah- engah mencoba untuk ‘bernego’ dengan Hendro yang sambil mengatur nafas berdiri dengan gagahnya di hadapan Rika.

Nafsu birahi yang masih memuncak dalam diri Hendro membuat tenaganya menjadi kuat berlipat-lipat kali, apalagi dia telah menenggak jamu super kuat demi kelancaran hajatnya ini sebelumnya. Setelah berejakulasi tadi, tak lama kemudian nafsunya kembali bergejolak hingga batang kemaluannya kembali mengacung keras siap menerkam mangsa lagi. Hendro kemudian memegang tubuh Rika yang masih menangis terisak- isak. Rika sadar akan apa yang sebentar lagi terjadi kepadanya yaitu sesuatu yang lebih mengerikan.

Badan Rika bergetar ketika Hendro menidurkan tubuh Rika di lantai gudang yang kotor itu, Rika yang mentalnya sudah jatuh seolah tersihir mengikuti arahan Hendro. Setelah Rika terbaring, Hendro menyingkapkan rok abu-abu seragam SMU Rika hingga setinggi pinggang. Kemudian dengan gerakan perlahan, Hendro memerosotkan celana dalam putih yang masih menutupi selangkangan Rika.

Kedua mata Hendro pun melotot tajam ke arah kemaluan Rika. Kemaluan yang merangsang, ditumbuhi rambut yang tidak begitu banyak tapi rapi menutupi bibir vaginanya, indah sekali. Hendro langsung saja mengarahkan batang penisnya ke bibir vagina Rika.

Rika menjerit ketika Hendro mulai menekan pinggulnya dengan keras, batang penisnya yang panjang dan besar masuk dengan paksa ke dalam liang vagina Rika. “Aakkhh..”, Rika menjerit lagi, tubuhnya menggelepar mengejang dan wajahnya meringis menahan rasa pedih di selangkangannya. Kedua tangan Rika ditekannya di atas kepala, sementara ia dengan sekuat tenaga melesakkan batang kemaluannya di vagina Rika dengan kasar dan bersemangat.

“Aaiihh..”, Rika melengking keras di saat dinding keperawanannya berhasil ditembus oleh batang penis Hendro. Darah pun mengucur dari sela- sela kemaluan Rika. “Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh..” Hendro mendesis nikmat. Setelah berhasil melesakkan batang kemaluannya itu, Hendro langsung menggenjot tubuh Rika dengan kasar. “Oohh.. Oogghh.. Oohh..”, Rika mengerang-ngerang kesakitan.

Tubuhnya terguncang-guncang akibat gerakan Hendro yang keras dan kasar. Sementara Hendro yang tidak peduli terus menggenjot Rika dengan bernafsu. Batang penisnya basah kuyup oleh cairan vagina Rika yang mengalir deras bercampur darah keperawanannya.

Sekitar lima menit lamanya Hendro menggagahi Rika yang semakin kepayahan itu, sepertinya Hendro sangat menikmati setiap hentakan demi hentakan dalam menyetubuhi Rika, sampai akhirnya di menit ke- delapan, tubuh Hendro kembali mengejang keras, urat-uratnya menonjol keluar dari tubuhnya yang hitam kekar itu dan Hendro pun berejakulasi. “Aahh..”

Hendro memekik panjang melampiaskan rasa puasnya yang tiada tara dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam rongga kemaluan Rika yang tengah menggelepar kepayahan dan kehabisan tenaga karena tak sanggup lagi mengimbangi gerakan-gerakan Hendro. Dan akhirnya kedua tubuh itupun kemudian jatuh lunglai di lantai diiringi desahan nafas panjang yang terdengar dari mulut Hendro, Bandar Poker Terbaik.

Hendro puas sekali karena telah berhasil melaksanakan hajatnya yaitu memperkosa gadis cantik yang selama ini menghiasi pandangannya dan menggoda dirinya. Setelah rehat beberapa menit tepatnya menjelang Isya, akhirnya Hendro dengan becaknya kembali mengantarkan Rika yang kondisinya sudah lemah pulang ke rumahnya. Karena masih lemas dan akibat rasa sakit di selangkangannya, Rika tak mampu lagi berjalan normal hingga Hendro terpaksa menuntun gadis itu masuk ke dalam rumahnya.

Suasana di lingkungan rumah yang sepi membuat Hendro dengan leluasa menuntun tubuh lemah Rika hingga sampai ke teras rumah dan kemudian mendudukkannya di kursi teras. Setelah berbisik ke telinga Rika bahwa dia berjanji akan datang kembali untuk menikmati tubuhnya yang molek itu, Hendro pun kemudian meninggalkan Rika dengan mengayuh becaknya menghilang di kegelapan malam, meninggalkan Rika yang masih terduduk lemas di kursi teras rumahnya, SumoQQ.


0 comments:

Post a Comment